Balik Kanan Mantan : 15 | Sebuah Pengakuan

22.9K 4.7K 721
                                    

Terima kasih karena akhirnya Babas bisa mencapai vote 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih karena akhirnya Babas bisa mencapai vote 2.5k huhu bahagia sekaliii. Semoga selalu sabar menunggu ya, semoga mau ikutin cerita Babas sampai akhir ❤️


Silakan tandai typo-nya. Selamat membacaaa. ❤️
***


Pukul lima sore, Aubry baru saja menyelesaikan pekerjaannya, masih berada di kubikel dengan berkas-berkas yang berantakan. Saat itu, getar ponsel mengalihkan perhatiannya, dan suara Karin yang hampir menangis dari balik speaker ponsel membuatnya panik.

"Ayara muntah-muntah, badannya demam, menggigil," ujar Karin dengan suara terengah. "Sekarang gue udah di rumah sakit diantar Kevin. Sori, gue mengambil keputusan ini tanpa persetujuan dari lo, tapi—"

"Rumah sakit mana?" Aubry membereskan berkas-berkasnya dengan tergesa.

"Cleon Hospital," jawab Karin cepat.

Aubry tidak mengingat apa-apa selain meminta izin pulang lebih cepat pada Mbak Sairish yang disetujui tanpa banyak pertanyaan lagi.

Aubry menggigit bibirnya kuat tanpa sadar selama perjalanan di dalam taksi, dengan ponsel yang digenggamnya erat menunggu kabar dari Karin. Gugup seperti ini kembali ia rasakan, saat keadaan ibu dan ayahnya memburuk dan pergi dalam selang waktu yang tidak terlalu jauh.

Kehilangan-kehilangan itu membuatnya ketakutan. Tidak boleh terjadi lagi, pada satu-satunya orang yang ia miliki di dunia, satu-satunya yang menjadi alasan ia bertahan di dunia. Aubry yakin dunia tidak sekejam itu. Tidak ada lagi kehilangan berikutnya.

Ponsel di tangannya bergetar saat ia baru saja membayar ongkos taksi dan turun di pelataran gedung rumah sakit. Nama Evan muncul di layar, dan ia membuka sambungan telepon tanpa langkah yang terhenti.

"Bry, aku nunggu kamu di lobi, tapi kamu nggak ada. Kamu ke mana?"

Kepanikan Aubry mampu melupakan apa pun, terlebih jika menyangkut Ayara. "Ruang Gufi nomor dua ada di sebelah mana ya, Suster?" Aubry menyebutkan ruangan yang dikabarkan oleh Karin selama di perjalanan tadi.

Wanita berseragam perawat serba putih di hadapan Aubry itu mendekap map di dada, satu tangan kanannya terulur ke arah koridor sebelah kanan. "Ibu lurus ke arah sana. Setelah menemukan ruang Melati, Ibu belok ke kanan, lalu lurus lagi. Ruang Gufi ada di sampingnya."

"Terima kasih." Aubry melangkah dengan ponsel yang masih menempel di telinga, mengabaikan suara Evan yang kembali bertanya dalam kebingungan di seberang sana.

"Bry, kamu di mana?" ulang Evan.

"Di Cleon Hospital, Ayara masuk rumah sakit." Aubry memperhatikan petunjuk yang diberikan perawat tadi, dan menemukannya. Ia mengabaikan ponselnya setelah mendengar suara Evan yang berkata akan menyusul ke sana.

Di depan salah satuh ruang rawat anak, ada Kevin yang tengah berdiri, seperti sengaja menunggu kedatangan Aubry. "Karin dan Ayara ada di dalam," ujarnya saat Aubry tiba.

Balik Kanan MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang