Musim semi, 2025
Langit terlihat cerah dengan warna birunya siang itu, angin berhembus hangat menggelitik orang-orang yang beraktivitas di luar, bunga-bunga bermekaran setelah sebelumnya membeku oleh musim dingin.
Sebuah mobil Audi hitam terparkir apik di depan panti asuhan. Di dalamnya seorang pria yang baru saja dilantik menjadi presiden rumah sakit besar itu, terlihat membenarkan rambutnya yang sudah rapi, atau letak dasinya yang sudah lurus, dia amat perfeksionis dalam segala hal, jadi sekarang penampilannya juga tidak boleh mengecewakan."Anda sudah sempurna, Tuan Gathan." Sang asisten di depan sampai menegur karena jika dibiarkan mereka bisa saja terlambat ke acara selanjutnya.
"Baiklah, tunjukkan aku panti asuhan yang kau maksud," ujar Gathan penuh wibawa.
Mereka pun turun dari mobil, angin yang bertiup lembut memainkan rambut cokelat keemasan Gathan, sebenarnya pria itu risih, tapi mau bagaimana lagi karena angin tak bisa dihalau, dia akhirnya tetap berjalan dengan tegap hingga matanya yang setajam elang melihat pemandangan paling indah dalam hidupnya. Bukan bangunan panti asuhan yang besar dan cukup layak, bukan juga anak-anak yang berlarian di halaman panti, melainkan sosok malaikat berambut sewarna madu sedang tertawa lepas karena kesusahan mengendalikan balon warna-warni yang terus ditiup angin musim semi. Setelahnya dia memberikan balon itu kepada anak-anak, masing-masing satu balon. Hal itu menerbitkan senyum ceria pada setiap anak, ada juga yang bergerak tak sabaran, tapi malaikat berambut cokelat itu tetap sabar menghadapi serbuan anak-anak.
"Tuan, Anda baik-baik saja?" Pertanyaan asistennya berhasil membawa Gathan pada realita. Dia menoleh dan mengangguk singkat, mereka pun melanjutkan langkah, sesekali Gathan akan melemparkan pandangannya pada malaikat berambut cokelat.
Sang asisten berbincang dengan pemilik panti sebagai perantara, sebelum kemudian Gathan berkesempatan menyampaikan sendiri niat baiknya.
"Jadi saya ingin mendaftar menjadi donatur tetap panti asuhan ini, Nyonya Kaline. Bagaimana?" Pertanyaan Gathan sukses membuat sang sekertaris mengerutkan keningnya, donatur tetap? Kapan bosnya bilang begitu? Ah mungkin dia yang salah dengar.
Ternyata itu juga terjadi pada Nyonya Kaline yang tercenung mendengar perbedaan maksud antara asisten dan bosnya. Namun, sadar telah bersikap tak sopan dia buru-buru membuka suara.
"O-oh, tentu saja boleh Tuan Gathan, tapi karena Anda orang pertama yang ingin menjadi donatur tetap kami belum menyiapkan surat-suratnya. Mungkin nanti akan saya buatkan dulu, dan untuk donasi pertama Anda ...."
"Dua juta dollar," potong Gathan cepat. Nyonya Kaline terkejut, namun tetap mengangguk. Sang asisten bahkan sudah tidak mengerti lagi kenapa hari ini atasannya berbuat hal-hal di luar rencana.
Gathan tak peduli eskpresi dua orang di dekatnya yang seperti orang bodoh, karena matanya tengah mencari sosok malaikat dengan rambut sewarna madu. Hal itu ternyata disadari oleh Nyonya Kaline.
"Tuan, Anda sedang mencari seseorang?" tanyanya langsung. Gathan menoleh dan menggaruk tengkuknya salah tingkah.
Sang asisten ternyata menemukan apa yang membuat bosnya bertingkah aneh sejak tadi. Dia melihat seorang gadis berambut coklat madu sedang mengajak seorang anak berbincang.
"Ya, tidak, maksudku Anda mengenal perempuan berambut cokelat di taman sana?" tanya Gathan tampak malu-malu, namun tetap memberanikan diri.
Nyonya Kaline melongok sebentar dan tersenyum hangat. "Apa gadis bergaun putih di sana yang Anda maksud?" tanya sang Nyonya memastikan.
Gathan mengangguk membenarkan.
"Tentu saja, dia dulu hidup di panti ini. Namanya Aniela Marthadiana."
Dan Gathan terus mengingat nama itu di dalam hati.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need You
Romance"Sayang, bangunlah... aku merindukanmu." Gathan "Tuan, aku mencintaimu." Clara Tapi, Aniela tak bisa berkata apa-apa karena tidur panjangnya.