Gathan tiba di rumah sakit, namun dia terkejut karena ketiga temannya sudah nangkring di ruangannya. Mereka semua bertemu saat kuliah, meskipun pembawaan Gathan sudah seperti tembok berjalan, datar dan dingin. Tapi bukan berarti Gathan tidak bisa bergaul, well memang sulit mendapatkan teman seperjuangan seperti teman-temannya. Karena itu temannya tidak lebih dari tiga. Dulu mereka satu tim dalam club basket, meskipun berbeda jurusan namun berkat basket mereka saling mengenal. Dan diantara yang lain hanya Gathan yang mengambil jurusan kedokteran, itulah yang membuat ketiga temannya heran begitu dapat rekan dari fakultas kedokteran, terlebih dokter spesialis bedah. Karena biasanya jarang ada yang peduli pada bidang olahraga, anak kedokteran dikenal sebagai orang-orang serius yang fokus pada pelajaran saja. Sayangnya Gathan berbeda, dia menyukai basket sejak SMA. Sedangkan dirinya mengambil jurusan itu karena dorongan sang ayah yang sudah memegang rumah sakit sebelumnya.
Satu diantaranya mengambil jurusan entertainment, dia adalah pemilik management keartisan sekarang. Lalu dua lagi mengambil jurusan bisnis internasional.
"Kalian sedang apa di sini?" tanya Gathan tak ada basa basi seperti kebiasaannya.
"Wow. Santai kawan, kami hanya ingin menemui kawan lama. Hei, kita sudah cukup lama tidak berkumpul. Apa kau tidak merindukan kami?" Yang berkacamata dengan setelah semi formal angkat bicara. Dia sudah tahu betul tabiat Gathan yang to the point. Well ini bukan pertama kalinya Gathan terlihat tidak senang dengan kehadiran teman-temannya. Tenang saja, itu tak berarti Gathan membenci teman-temannya. Pria itu hanya akan merasa terganggu ketika jam kerjanya direcoki.
"Tidak sama sekali," sahut Gathan dengan kejamnya. Padahal dia juga sedikit merindukan teman-temannya. Tentu dia gengsi untuk mengakuinya secara terang-terangan. Beruntung teman-temannya makhluk paling peka sedunia karena meskipun jawaban Gathan berkebalikan teman-temannya akan dengan percaya diri mengatakan Gathan pasti merindukan mereka. Karena itu Gathan tidak khawatir temannya akan tersinggung meskipun ucapannya tajam dan menyakitkan.
"Oh lihatlah, dia juga merindukan kita." Kali ini yang berpakaian formal menyahut dengan percaya dirinya. Lihat? Gathan tak pernah salah mengenali teman-temannya.
"Omong-omong kita sudah lama tidak ke club malam, bagaimana kalo malam ini kita ke sana? Maksudku ayo bersenang-senang," ajak Yuan. Dia yang memiliki management besar dengan beberapa agensi besar. Dialah si pria keturunan ras Cina yang berkacamata.
"Aku tidak ikut," sahut Gathan tiba-tiba membuat semua mata tertuju padanya yang terlihat santai membuka berkas di meja kerja.
"Hei, apa-apaan itu? Kenapa tidak?" Yuan memprotes. Tapi Gathan diam saja.
"Yuan, kau tidak mengerti Gathan sudah berumah tangga. Tidak seperti kita yang masih lajang," sahut pria yang sejak tadi diam menyimak. Dia Richard, seorang pengusaha sukses di bidang perhotelan dan resort. Aroma uang mengelilinginya. Dia yang paling mengerti Gathan diantara yang lainnya.
"Lalu apa masalahnya?" tanya Yuan gemas. Tapi tak ada yang menanggapi.
"Omong-omong bagaimana kondisi istrimu sekarang?" tanya orang terakhir di sana. Dia Kenzie seorang pengusaha juga. Dia sukses di bidang transportasi air dan udara. Memiliki beberapa maskapai penerbangan skala internasional.
"Sama saja, tidak ada perkembangan apapun," sahut Gathan dengan pahit. Teman-temannya jelas tahu apa yang menimpa Gathan enam bulan yang lalu. Meskipun mereka sulit untuk bertemu tapi, dalam enam bulan ini beberapa bulan mereka selalu menyempatkan bertemu dan tukar cerita.
"Kami mengerti perasaanmu, Athan. Tapi sepertinya ajakan Yuan ada baiknya. Setidaknya kau bisa menghibur dirimu di sana. Jangan terus menyiksa dirimu dalam kesedihan, kau berhak menghibur dirimu," ucap Kenzie serius. Gathan terdiam menimbang lagi ajakan temannya. Apa sebaiknya dia ikut? Tapi bagaimana dengan Daniela? Ah anaknya itu, bukankah ada pengasuhnya? Baiklah, sepertinya tidak apa sesekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need You
Romance"Sayang, bangunlah... aku merindukanmu." Gathan "Tuan, aku mencintaimu." Clara Tapi, Aniela tak bisa berkata apa-apa karena tidur panjangnya.