Bab 5

7 2 0
                                    

Gathan memasuki kamarnya dengan sedikit terhuyung karena efek alkohol yang diminumnya. Seketika dia langsung melihat Aniela yang begitu damai dalam tidurnya. Perlahan kakinya semakin mendekati ranjang istrinya hingga ia terduduk di tepi ranjang. Matanya tak lepas dari sosok yang tetap cantik meskipun kulitnya pucat seperti kertas. Aniela terlihat tenang sekali dalam tidurnya, seolah tak terganggu dengan suara apapun yang Gathan timbulkan. Menghela napas, Gathan mencoba mencari kata yang tepat seolah dia sedang menghadapi kemarahan Aniela. Sedikitnya Gathan sadar dia sudah melakukan kesalahan dengan meminum racun itu lagi. Dia kembali menyesal telah mengikuti ajakan temannya yang sialan itu. Karena temannya, dia melanggar janji pada Aniela untuk tak mengkonsumsi alkohol lagi.

"Sayang, maafkan aku." Hanya itu yang bisa dia ungkapkan dari banyaknya kata yang ada. Jika wanita itu dalam keadaan sadar, entah akan semarah apa melihat kondisi Gathan yang berbau alkohol dan setengah sadar.

"Aku memang bodoh, seharusnya aku tidak pergi memenuhi ajakan mereka. Karena kesal aku kembali mengkonsumsi racun itu. Ela, bangunlah... marahi aku seperti biasanya. Aku merindukan semua itu, entah sampai kapan kau akan terus mendiamkan aku seperti ini. Aku merasa tidak lengkap tanpamu, Sayang."

Gathan terdiam sejenak. Dia meraih tangan pucat istrinya dan mengelusnya lembut, seolah itu adalah benda pecah belah yang akan hancur jika sedikit saja tergores.

"Sayang, seminggu lagi aku akan ke luar kota. Ini pertama kalinya aku akan meninggalkanmu sendirian, aku tidak menyukainya. Tapi, aku tidak punya pilihan lain. Cabang rumah sakit yang ada di sana mengalami masalah serius. Mau tidak mau aku harus mengeceknya. Aku janji tidak akan lama, aku akan segera pulang dan kembali padamu."

"Aku akan menelpon Gaby untuk menemanimu di sini. Jangan khawatir, sepupuku akan menjagamu dengan baik."

Gathan menguap saat kantuk menyerangnya. Sadar jika dia tak akan bisa bertahan lama menahan kantuknya, pria itu memutuskan untuk mengakhiri perbincangan singkat dengan istrinya. Dia beranjak dari sana tanpa ciuman selamat malam. Bukan karena Gathan tidak ingin, tapi dia tahu Aniela tidak akan suka mencium bau alkohol dari mulutnya. Karena itu dia akan langsung tidur malam ini.

***

Keesokan harinya Gathan bangun dengan kepala yang pening. Tangannya terangkat mengurut hidungnya mencoba menghilangkan pening di kepalanya dengan cara sederhana itu. Setelah merasa lebih baik dia menoleh menatap wajah damai istrinya.

"Selamat pagi, Sayang. Semoga kau cepat sadar. Aku sungguh merindukanmu. Biasanya kau akan bangunkan aku setiap pagi. Tapi sekarang aku harus bangun sendiri, rasanya ada yang kurang...." Suara itu semakin melirih di akhir.

Gathan berdiri beranjak ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. Setelah itu dia bersiap dengan setelan formalnya. Kakinya seolah punya insting sendiri karena sebelum diperintahkan sudah bergerak menghampiri Aniela.

"Ela, aku pergi bekerja dulu, ya. Kau baik-baik di sini. Hari ini dokter Kathrine akan mengecek keadaanmu. Cepatlah buka matamu, aku yakin kau juga merindukan aku dan anak kita." Selepas mengatakan semua isi hati dan pikirannya Gathan menunduk mengecup bibir pucat itu selama beberapa detik sebelum melepasnya lagi. Dia beralih menuju kening dan mengecupnya cukup lama dengan mata terpejam menghirup dalam-dalam aroma khas istrinya yang bercampur bau cairan medis. Namun, Gathan sama sekali tidak terganggu, dia melepaskan ciumannya perlahan. Dia menatap sekali lagi wajah teduh istrinya sebelum kemudian pergi menutup pintu putih itu menuju ruang makan.

Di sana Clara dan Niel sudah menunggunya. Kecuali Daniela yang sudah selesai makan sejak tadi. Gathan memang sengaja meminta agar anaknya di dahulukan.

"Daddy...." Daniela berceloteh senang melihat ayahnya yang dibalas senyuman lembut Gathan. Hal itu berhasil membuat Clara menahan napas karena terpesona untuk kesekian kali. Percayalah, Gathan yang tersenyum lembut akan lebih menambah ketampanannya wajahnya seribu kali lipat.

I Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang