Tatapan mata Indira terlihat sayu. Selama 27 tahun bernafas di permukaan bumi, barulah ia tau jika ayahnya ternyata masih hidup.
Ia terduduk di kursi ruang tunggu rumah sakit dengan lemas. Ayahnya masih hidup, ibunya yang sudah sekarat, dan berita terbaru yang Indira ketahui kemarin. Dijodohkan dengan seseorang hanya karena status sosial keluarganya.
Yang Indira tau, ia dibesarkan oleh ibunya seorang diri. Selama ini semua orang berkata jika ayahnya meninggal karena kecelakaan pesawat.
Lalu ibunya yang datang dari keluarga terpandang dan berada membuat Indira dibesarkan sesuai dengan aturan keluarga itu. Termasuk siapa teman hidupnya nanti.
Papa kamu masih ada, Dira. Dia di Austria, negara asalnya. Aaron Walter.
Indira masih ingat bagaimana ibunya tersenyum menyebutkan nama pria yang menjadi ayah Indira.
Mata Indira terpejam sejenak. Terlalu banyak kejadian selama dua hari ini. Kepalanya terasa mau meledak.
Tch, jadi orang dewasa emang ga ada serunya! Gerutu Indira.
Bayangan senyum di wajah ibunya kembali terngiang. Ibunya punya waktu 6 bulan menurut perkiraan dokter. Ia sudah mengajukan untuk merujuk ibunya ke sebuah rumah sakit di Penang, Malaysia untuk melanjutkan pengobatannya.
Kanker memang ganas, namun beberapa kerabat mereka lolos dari maut dengan berobat ke sana. Indira akan mencobanya untuk menyembuhkan sang ibu.
Kemarin saat meminta persetujuan Kakek Wicaksono, ia mengiyakan permintaan Indira.
Syanendra Wicaksono sangat menyayangi putri bungsunya, Triyani Wicaksono hingga ia rela melakukan apapun demi menyelamatkan ibu Indira.
Walaupun ada permintaan Triyani yang ia tolak belakangan ini. Membatalkan perjodohan Indira. Pria berumur 80 tahun itu tidak bisa mengiyakan permintaan putri kesayangannya.
Syanendra tidak ingin cucunya mengambil jalan yang sama dengan Triyani. Ia tak mau Indira akhirnya jatuh pada pria yang tidak pantas dengan keluarga mereka.
Akhirnya Indira sampai di kediaman Wicaksono. Rumah peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh di pusat ibukota. Setiap sisinya terawat dengan sangat baik.
Halamannya yang luas serta beberapa mobil klasik koleksi Syanendra berada di depan. Penjaga rumah serta para supir tengah berkumpul di pos satpam, tempat mereka biasa bersenda gurau.
Indira tidak begitu menyukai ketika harus kembali ke rumah ini. Seperti ada hawa yang mengikatnya dengan aturan keluarga Wicaksono.
Walaupun ia selalu dimanjakan tapi rasa tidak nyaman itu tetap ada.
"Bi, kakek ada?" tanya Indira saat bertemu salah satu asisten rumah di ruang tengah.
"Ada, Non. Di serambi belakang, lagi main sama si Blus," jawab bibi itu.
Langkah kaki Indira tergerak menuju serambi belakang. Selain halaman yang luas, serambi belakang rumah ini juga luas. Kakeknya memiliki kebun buah, kolam ikan yang cukup besar, kolam renang, bahkan sampai sangkar burung raksasanya.
Blus si anjing rottweiler milik kakeknya juga bisa berlarian kesana kemari dengan leluasa di halaman belakang ini.
Dahulu Syanendra bekerja di pemerintahan pada zaman orde baru sebagai salah satu menteri kabinet orde baru untuk beberapa periode. Kakeknya juga salah satu tentara dengan jabatan tinggi yaitu Jendral.
Latar belakang ini yang membuat Syanendra keras pada kehidupan anak-anaknya. Termasuk menentukan pilihan hidup mereka.
"Kakek," sapa Indira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Papa [COMPLETED]
General FictionIndira Seraphine Wicaksono adalah seorang wanita berusia 27 tahun. Dibesarkan seorang diri oleh ibunya yang berasal dari keluarga berada, kehidupan Indira tidaklah semulus yang orang pikirkan. Ia akan dinikahkan dengan seorang pria yang bahkan Indi...