Indira sibuk berada di dapur panti asuhan dibantu dengan Marsha. Sedangkan Arka sibuk bermain dengan anak-anak lainnya.
Sebenarnya Indira hanya ingin membantu Marsha. Itu alasan Indira menarik Arka pagi-pagi untuk kembali ke panti asuhan ini. Kemarin Marsha mengatakan jika sedang tidak ada Aaron maka ia yang mengambil seluruh tugas rumah dan menyiapkan makanan anak-anak.
Walaupun anak-anak yang lain juga ikut membantunya.
Indira memanggang beberapa sosis dan bacon untuk sarapan mereka. Sedangkan Marsha sibuk mengurusi susu dan roti.
"Dira sudah sarapan?" tanya Marsha. Indira mengangguk mengiyakan.
"Sudah sebelum ke sini bersama Arka," jawab Indira.
"Saat pertama aku lihat kamu kemarin, kamu seperti Aaron in a woman shape."
Tawa Indira pecah mendengar perkataan Marsha. "Really?" tanya Indira seakan tak percaya.
"Ja! (Ya!). Kamu mirip sekali," tambah Marsha.
"I must be handsome," ucap Indira sambil memindahkan sosis dan bacon dari pemanggang ke masing-masing piring.
"No! You are pretty! Really pretty. Even as baby."
Alis Indira berkerut mendengar perkataan Marsha. "As a baby?" tanya Indira bingung.
"Ya, I saw your picture in Aaron's workspace," jawab Marsha.
Teriakan Marsha memanggil anak-anak terdengar. Tak lama suara dentuman kaki yang bergerombol terdengar. Tanda anak-anak berlarian masuk ke arah ruang makan.
Kini ruang kursi meja makan itu sudah terisi penuh. Hanya ada satu bangku tersisa untuk diduduki. Bangku milik Aaron.
"Lass uns beten, (Mari berdoa,)" ajak seorang anak perempuan kecil yang memegang boneka bayinya.
Indira tersenyum melihat pemandangan di depannya. Ayahnya memang hebat. Anak-anak ini seakan bukan anak-anak yang sedih ditinggal orang tuanya.
"Papa wird heute zurück sein, (Papa bakal balik hari ini,)" ujar salah satu anak dengan rambut pirang dan mata abu-abunya dengan nada semangat.
"Wisst ihr diese hübsche dame ist Papas tochter? (Apa kalian tau kalau wanita cantik ini adalah anak perempuan pertama papa?)" tanya Marsha pada adik-adiknya.
"Warum lebst du nicht bei uns? (Kenapa dia ga tinggal sama kita?)" Anak yang lain bertanya balik.
Semua mata menatap Indira dengan penuh penasaran. Mendapatkan tatapan yang menuntut, Indira memang wajah bingungnya karena ia tidak mengerti.
"Mereka bilang, lo kan anak papa, kenapa ga tinggal sama mereka? Sama papa juga," bisik Arka yang duduk di samping Indira.
"Tolong balesin, Ka. Gue tinggal sama papa pas bayi. Setelah itu papa punya tugas balik ke sini," pinta Indira pada Arka.
"Sie lebte mit Papa, als sie ein Baby war. Aber Papa ging zurück nach Wien. So lebt sie mit ihrer mama zusammen. (Dia dulu tinggal sama papa pas bayi. Tapi papa harus balik ke Vienna jadi dia tinggal sama mamanya.)"
Semua anak itu mengangguk mengerti pada penjelasan Indira. "You must be papa's little fire," tebak seorang anak yang tampak memiliki keturunan asia di sana.
Ketika mendengar tebakan anak itu, seluruh meja mulai berisik membicarakan hal yang Indira tidak mengerti. "Mereka bilang mereka seneng bisa ketemu sama api kecilnya Aaron. Kata Aaron api kecilnya cantik sekali. Terus kenyataannya emang bener." Arka merangkum semua obrolan anak-anak di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Papa [COMPLETED]
General FictionIndira Seraphine Wicaksono adalah seorang wanita berusia 27 tahun. Dibesarkan seorang diri oleh ibunya yang berasal dari keluarga berada, kehidupan Indira tidaklah semulus yang orang pikirkan. Ia akan dinikahkan dengan seorang pria yang bahkan Indi...