Part 10

2.2K 313 2
                                    

Beberapa anak kecil terlihat berlarian di halaman belakang rumah itu. Beberapa juga sibuk bermain di deck pinggir danau. 

Aaron tinggal dan membangun panti asuhan ini sendirian. Totalnya hanya ada 7 orang anak termasuk anak gadis berumur 17 tahun yang tadi membukakan pintu untuk Indira. 

"Adolf! Henry! Geh nicht zu weit! (Adolf! Henry! Jangan terlalu jauh!)" Suara Aaron terdengar mengingatkan dua anak yang sibuk bermain air di dekat deck pribadi panti asuhan. 

"Ja! (Ya!)" Suara salah satu anak itu terdengar menyahuti Aaron. 

Indira tersenyum melihat anak-anak di sekitarnya. Mereka bahagia dan ayahnya yang membawa kebahagiaan itu untuk mereka. 

"Kamu cantik. Putri kecilku sangat cantik," ujar Aaron yang melihat Indira tersenyum. 

Mendengar Aaron yang masih cukup fasih berbicara bahasa Indonesia membuat Indira sedikit terkejut. "Papa masih ingat semua bahasa yang papa pelajari di Indonesia," tambah Aaron lagi. 

"Bagaimana kamu bisa temukan papa di sini?" tanya Aaron pada Indira. 

Indira mulai bercerita tentang kedatangannya untuk mencari Aaron. Bagaimana ia mendatangi flat lama Aaron di Vienna lalu berakhir di Mostviertel dan sekarang sampai di hadapan Aaron. 

Senyum bangga terukir di wajah Aaron. Putrinya yang pemberani. Begitu pikir Aaron begitu mendengar semua cerita Indira. 

"Lalu pria itu?" tanya Aaron sambil menunjuk Arka yang sibuk bermain bola dengan dua orang anak laki-laki di halaman belakang rumahnya.

"Dia yang dipilih kakek untuk Dira," jawab Dira Indira pada Aaron.

"Kamu suka sama dia? Cinta sama dia?" tanya Aaron lagi. 

Apa ini rasanya menceritakan tentang seorang pria pada ayahnya? Rasanya aneh. Indira selama ini tertutup untuk urusan percintaannya dengan Triyani. 

Tapi di sini Aaron, ia sangat santai dan terbuka menanyakan hal itu. Bahkan membuat Indira juga merasa nyaman untuk bercerita. Seingat Indira, beberapa temannya mengatakan ayah mereka adalah orang yang protektif ketika itu menyangkut kekasih mereka.

Indira terdiam mendengarnya. "Tidak tau, Pa. Dia hanya membantu Dira selama mencari Papa. Tidak lebih dari itu. Arka juga tidak memaksa Dira untuk menerimanya. Dia bilang Dira bisa menolak jika tidak mau." 

Aaron sedikit menyayangkan bagaimana ia melewati semua fase kehidupan putrinya lalu kini Indira datang dengan seorang pria yang akan menjadi teman hidupnya nanti. Sebagai ayah, ia tak bisa melarang ataupun mengiyakan. 

Ia belum mengenal terlalu dalam darah dagingnya sendiri. Namun Aaron yakin jika Indira tau apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. 

"Lakukan apa yang kamu mau, Dira. Apapun yang kamu suka. Tidak ada yang bisa melarang itu." Aaron mengusap puncak kepala Indira. 

Jadi begini ya rasanya? Mengobrol ringan dengan seorang ayah? Usapan tangan ayah di kepala? Indira tidak bisa memungkiri jika ia merasa sangat senang dan asing di waktu yang bersamaan.

Indira kembali tersenyum tipis. Ia senang merasakan usapan lembut tangan ayahnya. Seperti memberikan perasaan hangat dan nyaman untuk Indira. Seakan-akan usapan itu bisa berbicara jika semua akan baik-baik saja. 

Seketika Indira teringat tujuannya untuk mencari Aaron. Demi ibunya. Ia tak punya banyak waktu untuk mengobrol ringan bersama ayahnya walaupun Indira sangat ingin merasakannya.

"Papa, bagaimana jika Papa ikut Dira? Kita bertemu Mama," tanya Indira pada Aaron. 

Ajakan Indira membuat Aaron membuang tatapannya. Tidak ingin menatap wajah putrinya yang mengingatkannya dengan Triyani. "Papa tidak bisa, Dira." 

Mengejar Papa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang