Part 12

2K 299 4
                                    

Indira menutup pintu kamarnya. Perutnya terasa sangat kenyang dan kini ia bersiap tidur.

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor asing.



Ini papa. Maaf, papa ada pekerjaan penting di Vienna. Tunggu papa 3 hari lagi. Semoga harimu menyenangkan, little fire.

From: +43xxx



Pastilah Aaron yang mengirimi pesan itu. Indira hanya membacanya tanpa berniat membalas pesan yang masuk. Mungkin ia akan menelfon ibunya dulu.

Tadi pagi ia mendapatkan kabar jika ibunya sudah menjalani kemo pertamanya. Efek sampingnya sudah terasa. Menurut suster yang berjaga, ibunya merasa perih dan tubuh yang terbakar.

"Halo, Suster?" sapa Indira saat suara telfon mereka tersambung.

"Mama lagi istirahat ya, Sus?"

"Kalau gitu, saya telfon nanti saja. Kabari saya kalau ada apa-apa ya, Sus."

Telfonnya kembali tertutup. Ibunya tengah beristirahat. Tidak mungkin Indira mengganggu tidur ibunya.

Pasti ia lelah menahan rasa sakit seharian. Mungkin besok Indira akan menelfon lagi.



~~~



Arka berdiri di depan kamar Indira. Ia sudah selesai bersiap. Begitu pintu kamar Indira terbuka, Arka tersenyum melihatnya.

Indira menuruti permintaan Arka untuk memakai baju yang paling nyaman di hari ini. Karena banyak hal yang akan mereka lakukan.

"Nice. Gue jamin lo ga akan ngerasa kayak kemaren."

Kemarin Indira mengeluh kakinya terasa tidak nyaman karena ia menggunakan celana jeans panjang. Kini Indira mengganti pakaiannya menjadi celana dengan bahan lain yang lebih nyaman untuknya.

"Kita mau ngapain hari ini?" tanya Indira saat keluar dari penginapan.

"Yang jelas sarapan dulu. Gue nemu tempat enak buat sarapan. Habis itu kita jadi burung," jawab Arka.

Dahi Indira berkerut tanda ia bingung dengan jawaban Arka. Jadi burung? Apanya jadi burung? Burung apaan nih? Indira sibuk bertanya-tanya dalam diam.

"Jadi burung gimana ceritanya?" tanya Indira saat sarapan.

"Udah ikutin aja dulu. Ga akan aneh-aneh," jawab Arka sambil sibuk mengunyah sosis panggangnya.

Indira memilih untuk menurut dan mempercayai semua yang akan Arka lakukan. Toh kemarin harinya berjalan menyenangkan bersama Arka.

Selesai dengan sarapan, Arka kembali mengajaknya menuju cabel car yang mereka tumpangi.

Dua kali menaiki cable car, Indira tetap saja terpesona dengan pemandangan yang ia dapatkan. Rasanya selalu menarik mata untuk terus menatap Kota Saint Gilgen dari ketinggian.

Mereka turun dari cable car dan berjalan hingga sampai di sebuah bangunan mungil di atas gunung. Ada beberapa mobil jeep terparkir. Lalu tulisan SkyTandem menghiasi bagian depan bangunan itu.

"Astaga!" pekik Indira saat tau kemana Arka akan membawanya.

Paralayang dan parasailing. "Arka, jangan bercanda!" erang Indira saat mereka berada di depan resepsionis.

"Ayo, Dir. Ini pasti seru." Arka terus memohon pada Indira.

"Arka, gue gamau!" tolak Dira keras.

Mengejar Papa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang