Indira membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sangat berat. Silau matahari memaksanya bangun dari tidurnya.
"Argh!" erang Indira pelan.
Ia bergelung kembali di dalam selimutnya. Tapi keinginannya kembali bergelung kini sirna melihat Arka yang berbaring di sofa.
Tubuh Indira langsung terduduk tegak di atas kasur. Ini bukan kamar yang ia sewa.
Astaga! Gue tidur di kamar Arka?! Gue mabok banget ya semalem? Pekik Indira dalam diam.
Indira mengusap wajahnya pelan. Ia mencoba berdiri perlahan tanpa membangunkan Arka. Naas sekali. Saat turun dari kasur, Indira malah menabrak kaki meja yang ada di sampingnya.
"Aw!" jeritnya setengah tertahan. Indira dengan cepat memegang ibu jari kakinya yang terasa sakit.
"Euggh?"
Tatapan Indira tertuju pada Arka. Pria itu terbangun karena pekikan Indira barusan.
"Maaf," cicit Indira kecil.
Arka kini sudah duduk di sofa kamar. Wajahnya terlihat tak jauh berbeda dari Indira. Sama-sama bengkak dan rambut yang beranyakan.
"Ya, lo boleh keluar kok kalo lo mau." Suara serak itu akhirnya terdengar.
Mendengar perkataan Arka, Indira berjalan keluar dari kamar Arka. Ia merutuk dalam diam. Kebodohannya dari semalam memang keterlaluan.
Sudah tau dirinya tidak bisa minum alkohol dan malah mabuk. Lalu tidak sadarkan diri pakai merepotkan orang tidur di kasur mereka.
"Dasar Dira tolol!" gerutu Indira di bawah guyuran air showernya.
Belum lagi ia teringat obrolan tentang nama naga yang akan menjadi anak mereka nanti. Bisa-bisanya Indira dengan enteng mengatakan itu.
"Udah kakek nyusahin dia, lo malah makin buat malu. Dira oh Dira." Indira terus memaki dirinya.
Selesai mandi dan bersiap, ia melihat ponselnya. Pesan masuk dari kakek dan ibunya yang menanyakan kabar.
Perut Indira mulai bersuara tanda meminta makaman. Ia harus makan segera. Sebelum penyakit sialan bernama maag itu kambuh.
Ia mengetuk pintu Arka. Ketukan ketiga dan akhirnya pintu itu terbuka. "Oke, ayo turun."
Mereka sudah melewatkan sesi sarapan dari penginapan itu. Jatuhnya ini sarapan yang dirapel dengan makan siang.
"Mau makan apa?" tanya Arka. "Gue masih oyong dikit nih. Mau yang anget-anget aja," jawab Indira.
Tawa kecil Arka terdengar. "Jelas sih lo oyong banget. Udah tau ga bisa minum malah minum kayak orang dari gurun."
Mereka berjalan keluar dari penginapan. Mencari tempat sarapan yang menjual sup-sup hangat untuk Indira.
"Maaf, ya, semalem gue ngerepotin banget pasti," ungkap Indira. Raut wajahnya menunjukkan jika Indira sangat merasa tidak enak dengan Arka.
"Gapapa. Namanya banyak fikiran. Tapi lain kali jangan minum alkohol kalo ga bisa. Lagian alkohol ga nyelesaiin semuanya juga."
"I-iya."
Lalu mereka hanya diam. Tidak membicarakan hal lain. Sampai di tempat sarapan hingga pesanan datang pun Indira dan Arka hanya diam.
Arka juga tidak menanyakan makanan apa yang mau Indira pesan. Ia langsung saja memesankan sup yang ada serta minuman untuk Indira.
"Gimana? Rasanya cocok?" tanya Arka saat Indira memasukkan sesuap sendok makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Papa [COMPLETED]
General FictionIndira Seraphine Wicaksono adalah seorang wanita berusia 27 tahun. Dibesarkan seorang diri oleh ibunya yang berasal dari keluarga berada, kehidupan Indira tidaklah semulus yang orang pikirkan. Ia akan dinikahkan dengan seorang pria yang bahkan Indi...