Chapter 9

171K 19.2K 1.9K
                                    

TANDAI TYPO



بسم الله الرحمن الرحيم

🌧

9. Hari yang ditunggu

Hari ini adalah hari di mana Galang dan Jihan akan melangsungkan pernikahannya. Acaranya tidak terlalu besar, tidak juga terlalu kecil. Keluarga keduanya hanya mengundang kerabat juga rekan bisnis, selebihnya sahabat Jihan dan Galang. Termasuk seluruh anggota Arghaza, jadi membuat acaranya serasa ramai.

Sedari tadi jantung Jihan tak berhenti berdegup kencang. Begitupun dengan Galang, ia takut salah saat mengucapkan ijab qabul nanti.

Jihan sudah duduk di samping Galang dengan gaun warna putih rancangan Kak Gina. Jihan sangat terlihat cantik dengan hijabnya yang menutupi dada, ditambah make-up simple nya. Begitupun dengan Galang. Ia memakai tuxedo berwarna hitam yang begitu cocok dengan gaun berwarna putih yang dikenakan Jihan.

Mereka berdua tampak serasi saat duduk di kursi tempat nanti Galang akan mengucapkan ijab qabul.

"Galang? Sudah siap?" tanya Jeffan. Lalu dia duduk di hadapan Galang.

Galang tersenyum tipis.

"Oke, mari kita mulai, Pak Jeffan," potong sang penghulu membuat Jeffan menganggukkan kepalanya.

"Bismillahirrahmanirrahim." Jeffan mengulurkan tangannya kepada Galang, dan Galang pun langsung membalas uluran tangan Jeffan.

Sementara di belakang sana, berkumpulnya teman-teman Jihan dan Galang yang akan menyaksikan ucapan sakral yang akan diucapkan oleh Galang.

"Ananda Galang Andrea Arsenio bin Gilang Arsenio, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya, Jihan Adira Siregar binti Jeffano Siregar, dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan uang berjumlah seratus juta rupiah dibayar tunai."

Galang menarik nafasnya sebentar. "Saya terima nikah dan kawinnya, Jihan Adira Siregar binti Jeffano Siregar dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucapnya dengan sekali tarikan nafas.

"Bagaimana, sah?"

"SAHH!" Sorakan tersebut berasa dari mulut teman-teman Galang, diikuti oleh suara riuh tepuk tangan dari semua anggota Arghaza. Jihan meneteskan air matanya setelah mendengar kata 'sah' yang keluar dari bibir teman-temannya.

"Alhamdulillah." Mereka semua menundukkan kepalanya untuk berdoa yang dipimpin oleh penghulu.

"Demi apa gua bisa ngucapin ijab kabul tanpa liat kertas?!" Galang merasa heran sendiri. Ia tak percaya bahwa bisa mengucapkan ijab qabul dengan lantang tanpa ada kesalahan sedikitpun.

Jihan segera mengangkat kepalanya saat berdoa sudah selesai. Dia menatap Galang yang juga—sedang menatapnya dengan senyum tipis. Jihan mendekat, dan ia segera mencium tangan Galang. Galang pun membalasnya dengan mencium kening Jihan. Sekarang mereka telah resmi menjadi pasangan suami-istri yang sah, baik secara agama, maupun negara.

***

"Ciee yang udah nikah, samawa, ya," kata Devan sembari menepuk pelan bahu Galang, sedangkan Galang menjawabnya hanya dengan gumaman.

"Yahh, nggak bisa kumpul bareng lagi, nih, kayanya." Ehren mengucapkan itu dengan muka yang ditekuk.

Galang berdecak sebal. "Nanti kan bisa kumpul lagi."

Sementara itu Jihan sedang sibuk untuk menenangkan Shifa. Sedari tadi Shifa terus menangis. "Shif, udah dong, jangan nangis lagi, nanti kan bisa kumpul lagi," rayu Jihan sembari menepuk pelan bahu Shifa.

GALANG: Perfect Husband (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang