#Salam_WritingMarathon
#ChallengeMenulisSatuBulan
redaksisalam_ped"Ehem!" Suara dehemen dari samping spontan membuat Linka mendongak.
Gadis itu cengar-cengir melihat siapa yang sedang berdiri di sampingnya. Muka yang datar dan alis yang terangkat sebelah entah kenapa terlihat sedikit horor bagi Linka.
Selama ini Linka tak pernah gentar dengan apapun, tapi sekarang? Entahlah, dia bahkan bingung harus berekspresi apa. Mungkin karena memang dia takut atau justru kerena tak ada Ali yang akan membantunya.
Ah, Linka baru sadar kalau dia amat bergantung dengan Ali selama ini.
Gadis yang masih memakai tas di punggungnya itu berdiri kikuk didepan orang yang sedang memergoki aksinya. Tak tanggung-tanggung, bahkan dia dipergoki oleh orangnya langsung.
"Bisa jelasin lagi ngapain?" tanya Sam masih dengan muka yang datar, sedatar dada Linka. Eh!
"Gak ngapa-ngapain. Kebetulan tadi duit gue jatuh di sekitar sini, kan sayang kalau gak diambil," jelas Linka berbohong.
Sam mengangkat sebelah alisnya lagi. "duit loe masuk ke ban motor gue? Sampai perlu loe kempesin dulu?"
Skak mat! Linka benar-benar tak bisa berkutik.
"Memang sengaja, sih. Pelajaran buat anak baru yang songong kayak loe!" Kepalang tanggung, tak mungkin Linka berbohong lagi. Biarlah sekalian anak baru itu paham siapa dirinya.
Sam maju beberapa langkah, menatap Linka lagi-lagi dengan alis terangkat. Linka sedikit heran, kenapa Sam hobi sekali angkat alis. Apa alisnya terlalu berat?
Sam terus mendekat membuat Linka harus mundur beberapa langkah. Gadis itu lebih suka langsung dihajar atau apapun itu, daripada ditatap dan didekatin seperti ini. Sungguh, Linka sudah mulai ditahap grogi sekarang.
"Ngapain loe deket-deket? Mau gue hajar loe?" bentak Linka sok berani.
"Loe ada masalah sama gue? Lo dendam gara-gara kenalan loe kemarin gue cuekin? Loe mulai suka sama gue?" Sam tersenyum miring, dia puas melihat wajah Linka yang mulai memerah.
Linka spontan menganga. Matanya melotot sempurna. Apa maksud Sam? Linka naksir dia? Yang benar saja, meskipun kenyataannya memang mendekati seperti itu.
"PD banget loe! Loe kira loe siapa? Sok kecakepan banget!" Emosi Linka mulai naik ke ubun-ubun. Selama ini tak pernah ada yang menantangnya seberani ini. Dan Sam yang cuma anak baru? Dia benar-benar tak terima.
"Gue emang cakep buktinya loe sampai ngebet pingin kenalan sama gue, kan?" Sam tersenyum setan. Benar-benar menyebalkan.
"Dih, najis!"
Sejujurnya Linka menyesali tindakan gegabahnya. Hari ini dia memang berniat mengempesi ban motor Sam saat jam pelajaran telah usai. Harusnya dia melakukan aksinya ini bersama Ali, tapi karena Bu Indri wali kelas mereka tiba-tiba menyuruh Ali untuk mengantar tugas teman-temannya ke ruang guru. Sekarang Linka terpaksa harus bertindak sendiri sebelum Sam keburu pulang.
Tiga hari ini Linka sengaja mengikuti kegiatan Sam untuk mencari celah. Jika bel pulang berbunyi, tidak seperti siswa lain yang buru-buru pulang, Sam justru keluar saat kondisi sudah teramat sepi. Awalnya Linka mengira Sam sengaja pulang paling akhir untuk mencari bolpoin siswa yang ketinggalan di kolong meja seperti siswa-siswa lain, dia termasuk tentunya. Namun, ternyata perkiraannya salah. Sam hanya duduk di bangkunya dengan bermain handphone dan jika di rasa keadaan sudah benar-benar sepi baru dia beranjak pergi.
"Ada apa ini?" Suara bariton Ali membuat Sam dan Linka menoleh bersamaan.
Linka akhirnya bisa bernapas lega sekarang, dewa pelindungnya sudah hadir sekarang.
Sam melirik ke arah Ali sebentar sebelum kemudian dia menatap Linka. Pemuda itu maju lagi selangkah mendekatkan wajah ke arah Linka.
"Loe bukan tipe gue. Gue gak suka cewek bar-bar dan gak tau aturan kayak loe!"
Semua terjadi begitu cepat, bahkan sangat cepat hingga belum sempat Linka mengembalikan kesadarannya Sam sudah menghilang dari pandangannya. Sam bahkan meninggalakan motornya dengan ban yang kempes begitu saja. Ali yang mendengar jelas ucapan Sam mendengkus tak terima.
Ali berganti menatap Linka yang masih berdiri mematung di tempatnya. "Loe diapain sama dia?"
"Dia nyuri harta berharga gue," jawab Linka dengan muka masih sedikit linglung.
Ali mengepalkan kedua tangannya mendengar jawaban Linka. Dia hanya telat sedikit saja tapi kenapa sudah kecolongan seperti ini?
"Dia nyuri apaan? Tapi loe gak diapa-apain juga, kan?" tanya Ali cemas.
Linka sedari tadi diam tak bereaksi, bahkan pandangan matanya masih menyorot ke depan dan terlihat kosong. Benar-benar membuat Ali khawatir. Pemuda itu memperhatikan Linka dari atas sampai bawah, bahkan tubuh gadis itu diputarnya pelan untuk melihat keadaanya. Sepertinya fisik Linka terlihat baik-baik saja.
"Dia nyuri hati gue, Al," jawab Linka dengan senyum mengembang. Tatapan gadis itu masih lurus ke depan, sepertinya mengikuti arah hilangnya Sam tadi.
"Hah? Maksud loe apaan?" pekik Ali kaget luar biasa.
"Sepertinya gue jatuh cinta sama dia, Al. Gue jatuh cinta!" Linka mengulangi lagi ucapannya, seolah ingin memastikan bahwa semua orang harus tahu apa yang sedang dia alami sekarang.
Ali masih menganga tak percaya. Ini benar Linka? Alinka Prameswari sahabatnya sejak embrio? Gadis yang mengikat rambutnya yang benar dan rapi sendiri saja tidak bisa dan sekarang dia bilang sedang jatuh cinta? Sungguh sepertinya Ali terkena serangan jantung mendadak.
"Lin, dia tadi menghina loe. Bukan muji, gimana ceritanya loe mendadak jatuh cinta sama dia?"
"justru karean itu, Al. Selama ini tak ada yang berani mengejekku seperti itu, dan Sam melakukannya."
"Terus?" tanya Ali lagi dengan sebelah alis terangkat.
"Ya, gue merasa menemukan lawan yang seimbang." Linka menjeda ucapannya. Gadis itu berbalik melihat ke arah Ali. Dia mengulurkan tangan, memegang erat dua lengan Ali. "Loe harus bantuin gue buat dapetin dia, harus!" Linka menganggukkan dua kali kepalanya dengan sorot mata penuh tekad.
"Loe gila, Lin! Ini gak masuk akal. Lagian kenapa gue harus bantuin loe?"
"Ya, karena loe sahabat gue. Siapa tau kalau gue punya pacar gue gak bakal ribetin loe mulu. Dan loe bebas cari pacar juga tanpa perlu tuh cewek cemburu sama gue."
Ucapan Linka tak sepenuhnya salah. Selama ini sebenarnya banyak sekali wanita yang menyukai bahkan ingin dekat dengan Ali. Hanya saja, Ali adalah tipe pemilih, dia sendiri belum berniat untuk pacaran. Namun alih-alih menolak secara tegas Ali justru menjadikan Linka alasan untuk mengusir cewek-cewek yang kegatelan mendekatinya.
"Sory, sementara ini gue mau fokus jagaian Linka, dia gak bisa apa-apa tanpa gue."
"Gue bakal pacaran kalau Linka udah nemuin cowok yang bisa jagain dia dengan baik."
"Cewek yang jadi pacar gue harus dapat persetujuan dari Linka, dan sayangnya Linka gak suka sama loe!"
Itulah alasan-alasan yang sering Ali lontarkan untuk menolak para gadis yang mendekatinya. Dan alhasil, sering kali Linka yang mendapatkan imbas karena penolakan itu. Linka memang bukan cewek lemah, tapi tetap saja dia pasti kalah kalau melawan banyak orang dan terutama jika tak ada Ali di sampingnya.
"Kalau ternyata dia gak suka sama loe, gimana? Loe belum budek buat dengar ucapannya tadi, kan?"
"Berarti loe harus anterin gue ke rumahnya."
"Mau ngapain?"
"Gue mau nyolong sempaknya buat melet dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SETEL KENDOR
RomanceAlinka Prameswari, satu-satunya siswi perempuan yang kenakalannya melebihi siswa laki-laki. Jika kalian kira Alinka bersifat ugal-ugalan karena dia korban broken home atau apalah seperti film-film FTV itu, kalian salah besar! Ini murni kenakalan Al...