#Salam_WritingMarathon
#ChallengeMenulisSatuBulan
@redaksisalam_ped"Kenapa? Loe mau nangis? Ngadu sama bodyguard loe?" ucap Sam dengan sebelah alis terangkat.
Tony langsung menoleh cepat ke arah Sam. Dia menelan ludah dengan susah payah, bisa-bisanya teman sebangkunya itu bicara seperti begitu.
Linka langsung melebarkan mata mendengar ucapan Sam. Linka tak menyangka Sam akan menganggapnya sedemikian kecil. Selama ini, apapun yang terjadi kepada Linka, dia tak pernah berniat mengadukan kepada Ali. Hanya saja, entah dari mana dan siapa yang mengaduh, Ali pasti selalu tahu.
Linka mundur beberapa langkah, dia mengangkat wajah dan beralih menatap ke sekitar. Semua siswa di kelas itu memang sedang menatapnya sekarang, menunggu hal apa yang akan gadis itu lakukan.
"Kalian semua jangan ada yang berani-beraninya ngadu atau cerita soal ini kepada Ali. Kalau sampai Sam kenapa-kenapa di tangan Ali, gue pastiin kalian bakalan dapat nasib yang lebih buruk dari Sam sendiri. Paham!"
Linka menyorot tajam kepada seisi kelas. Ancaman Linka membuat semuanya mengangguk pelan. Linka memang biang onar, tapi dia bukan tipikal orang yang sok berkuasa, kecuali kepada Ali. Gadis itu hanya akan membuat onar yang berkaitan dengan dirinya sendiri, dia tak pernah melibatkan orang lain atau pun mengancam keselamatan manusia lain. Lagi-lagi kecuali Ali tentunya.
Linka kembali memalingkan wajahnya ke arah Sam. Dia tersenyum tipis.
"Gue bukan sepengecut yang loe bilang. Gue memang bergantung kepada Ali, tapi bukan berarti gue tukang ngadu. Gue akan coba ngelupain apa yang kalian berdua lakukan sama gue." Linka memandang Sam dan Tony bergantian.
Gadis itu terlihat menghela napas pelan. "Gue bisa pastiin suatu hari nanti loe sendiri yang akan memberikan nomor handphone loe sama gue."
Linka memberikan sebuah senyuman kecil, hingga akhirnya dia memilih berbalik dan meninggalkan kelas itu. Sepanjang perjalanannya kembali ke kelas, Linka berusaha mati-matian menahan amarahnya. Sejujurnya dia tak terima atas tuduhan Sam kepadanya. Namun, sekuat apapun dia menjelaskan, Linka yakin Sam tak akan percaya. Jadi, dari pada capek-capek menjelaskan, memberi bukti nyata adalah cara terbaik Linka untuk menjawab ucapan Sam.
Linka menjatuhkan tubuhnya di bangku sebelah sahabatnya. Ali yang saat itu sedang bermain game mendongak dan menatap heran raut muka Linka. Tadi pagi, saat mereka bersama Linka nampak bersemangat, gadis itu bahkan rela datang ke rumah Ali agar mereka tak terlambat, dan sekarang?
"Loe kenapa?" Ali merubah posisi, dia menghadap ke samping menatap Linka penuh.
Linka menoleh sekilas, dia tersenyum tapi Ali tahu senyum itu berbeda. "Gak papa. Gue mau cabut, ikut gak?"
"Kok cabut? Sebentar lagi bel masuk loh."
"Gue lagi males. Ya, udah kalau loe gak mau, gue cabut sendiri aja." Linka berdiri dari tempatnya, menyambar tas dan hendak berlalu.
Melihat itu, Ali langsung bangkit meraih lengan Linka dan menahannya.
"Sam ngapain loe? Dia bersikap kurang ajar?" tanya Ali penuh selidik.
Linka tahu sebenarnya percuma berbohong pada Ali. Mereka sudah sangat paham satu sama lain, Ali pasti sudah mulai curiga, sedang berpura-pura baik-baik saja itu pun tak mungkin.
"Apa yang terjadi sama gue dan Sam, gue harap loe gak ikut campur. Biarin gue selesain sendiri urusan gue sama dia. Loe ngerti kan?"
Nada suara Linka memang terkesan biasa. Tak ada bentakan apalagi ancaman. Namun, semua itu jelas terdengar lain di telinga Ali. Jangankan untuk berbohong, nada kentut Linka pun Ali begitu paham. Memang sebullsit itu persahabatan mereka.
Ali mengangkat sebelah alisnya, tak biasanya Linka begini. Perlahan dia melepaskan cekalannya. Linka langsung berlalu begitu saja, meninggalkan kelas itu dengan tatapan bingung Ali.
Seperti biasa, Linka akan memilih kabur lewat tembok belakang. Padahal jika dia lewat gerbang, tentu masih sangat bisa. Bel masuk belum berbunyi. Namun, memang beginilah Linka, dia selalu mencari hal yang rumit dan ribet untuk dirinya sendiri.
Linka menoleh ke kanan dan ke kiri, jika bel belum berbunyi seperti ini, hidung pesek Bu Ayu pasti belum terlihat. Usai melempar tasnya terlebih dahulu, kini giliran Linka yang beraksi. Gadis itu berjalan ke arah semak-semak, menunduk sedikit untuk mencari apa yang dia butuhkan.
Sebuah tali panjang dengan ujung yang sudah di pasang alat seperti jangkar Linka keluarkan dari semak-semak. Ini adalah tali ke sekian yang Linka siapkan untuk memperlancar aksi membolosnya. Sebelum mengunakan tali, dulu Linka pernah memakai tangga, Tembok yang diberi paku untuk pinjakan atau dahan pohon yang sengaja dibikin miring agar bisa Linka naiki. Namun, semua itu musnah saat beberapa kali Bu Ayu memergoki aksinya. Alhasil Linka harus memutar cara agar bisa kabur lagi dengan tenang.
Tali tambang ini pun sudah berganti sebanyak tiga kali. Nasib tali sebelumnya juga tak jauh beda dengan terdahulunya. Dirampas. Namun, bukannya kapok, Linka justru menyuruh Ali membuat lagi yang baru.
Loe ambil, gue bikin lagi. Kita lihat, siapa yang akan menyerah lebih dulu.
Inilah motto gila Linka.
Sekali lempar, tali itu sudah berada di tembok seberang sana. Usai memastikan bahwa tali berada di tempat seharusnya, Linka mulai menaiki tembok tersebut. Jangan dipikir Linka akan tertatih, dia sudah sangat terlatih soal ini. Eh, ralat! Yang benar saking seringnya kabur dengan cara seperti ini, keahlian Linka mengalahkan spiderman.
Linka menaiki tembok dan mendarat lagi dengan mulus. Usai membersihkan roknya, gadis itu menyambar lagi tasnya dan berjalan meninggalkan tembok itu. Baru beberapa langkah gadis itu berjalan, suara klakson motor dari belakang membuat Linka berbalik.
"Ayo!"
Linka semringah melihat siapa yang duduk di atas motor besar itu. Tanpa banyak bicara lagi, Linka langsung berbalik dan naik ke atas motor.
"Loe segitu perhatiannya, ya, sama gue sampai gak mau ninggalin gue sendiri?" ucap Linka saat sudah duduk manis di belakang si pengemudi.
"Gue selalu perhatian sama loe, loe aja yang kadang anggap gue gak ada."
"Dih! Kata siapa? Loe penting buat gue."
"Serah loe! Mau makan gak?"
"Maauuuuuuu."
Linka mengeratkan pelukan di pinggang Ali saat motor sudah mulai melaju. Dia tersenyum manis dibalik punggung sahabatnya itu. Dia yakin, Ali pasti datang. Dan keyakinannya itu terbukti.
Mau pergi sejauh apa pun, mau menghindar sekuat apa pun, Ali akan selalu ada untuk Linka. Entah hanya dengan sekedar menemani atau sebagai pendengar sejati, Ali tak akan pernah membiarkan Linka sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETEL KENDOR
RomanceAlinka Prameswari, satu-satunya siswi perempuan yang kenakalannya melebihi siswa laki-laki. Jika kalian kira Alinka bersifat ugal-ugalan karena dia korban broken home atau apalah seperti film-film FTV itu, kalian salah besar! Ini murni kenakalan Al...