Emak Willing's

1.1K 69 6
                                    

Kepulanganku kali ini, disamping  untuk memenuhi permintaan emak, juga karena atasanku di Jepang mengamanahiku untuk mengontrol perusahaan cabangnya yang berada di negeri ku ini. Tapi bukan berarti aku berkeinginan untuk selamanya jadi seorang karyawan, tidak. Cita-citaku paling tidak sebelum usiaku beranjak 35 tahun, aku harus sudah bisa menjadi bos untuk usahaku sendiri. Gak jadi anak buah lagi. bosen men jadi pegawai. Sekali-kali pengen ngerasain jadi bos.

Sejak setahun terakhir ini aku sudah merintis usaha sendiri bersama sahabat, yups si Jay alias Jayadi sahabat  SMA ku yang menjadi partner usaha  dalam bidang perbengkelan dan alat-alat suku cadang mobil and motor.

Dari dulu aku dan Jay sudah jadi pengagum dunia otomotif. bahkan kami membuat janji masa muda. bila nanti kami sudah bisa mengumpulkan uang untuk modal, hal pertama yang mesti kami lakukan adalah membuat bengkel kami sendiri. dan hingga setahun belakangan, keinginan kami sedikit demi sedikit terwujud. bengkel yang kami kelola sudah beroperasi. Ya meskipun masih dalam proses, lumayan lah. Hingga saat ini kami memperkerjakan 3 orang untuk bagian bengkelnya dan 2 orang dibagian kasir dan seles sperpart.

**

Senja temaram sore hari, emang selalu jadi waktu  paling favorit bila dinikmati sambil santai gini. Suara anak-anak tetangga yang saling bersahutan bermain layang-layang. Aaah indahnya kampung halaman.

"Ridho..." suara emak memanggil. Ku tolehkan kearah emak yang menghampiriku.

Selama sebulan lebih kepulanganku, Emak tidak berhenti-hentinya menyuruhku untuk menghadiri setiap perjodohan yang telah dirancangnya. mulai dari menjodohkanku dengan anak teman pengajiannya sampai anak pak lurah yang baru kepilih. belakangan ini, emak malah memintaku untuk bertemu sama anaknya Bude Romi. yang aku tau, anak bude Romi itu setingkat denganku. heran aku sama Emak. semangat sekali klo masalah jodoh menjodohkan, di kira ini anaknya kagak bisa cari sendiri apa.

"Le, bagaimana ketemuannya sama Leni kemaren ? cantikkan le ? emak yakin deh kamu pasti cocok klo sama Leni. kamu ganteng dan Leni cantik." seru Emak sore ini. menikmati senja sore di beranda belakang dengan ditemani secangkir kopi hitam dan sepiring pisang goreng. Perfect. tapi sayangnya ke perfect an ini harus dibuyarkan dengan suara emak yang mengingatkanku pada kajadian kemaren siang.

Emang si Leni itu cantik dan sopan, tapi dandanannya men, menor. aku paling anti sama perempuan yang berdandan berlebihan begitu. OK katakan aku ini sok pemilih. tapi bagaimana lagi ini masalah prinsip menentukan masa depan. menentukan calon istri sama dengan menentukan masa depan.

"Kok malah diam sih le ? mami lagi nanya nih, malah dicuekin."

"Mak, klo Ridho merasa gak cocok sama Leni, emak gak kecewa kan ?" emak mengernyitkan dahi.

"Gak cocok bagaimana le ? itu Leni anaknya baik, sopan lagi dan bonusnya dia cantik. terus yang kamu maksud gak cocok dari segi apanya sih le ?" dengan memasang wajah penuh keheranan, emak menatapku. seakan meminta penjelasan sejelas-jelasnya.

Haaah harus dijelaskan seperti apa lagi ini pada emak. "Leni terlalu lebay mak dandananya. Ridho kurang suka." akhirnya kalimat itu yang menjadi pilihanku untuk ku katakan pada emak.

"Oalaah le, kamu ini aneh. Hanya perkara dandanan aja udah langsung nolak. Dicoba dulu saja tho le, nanti kan bisa diomongin sama Leni klo kalian udah lumayan dekat."

"Tapi mak, beneran Ridho udah langsung ilang respek klo liat perempuan menor."

Emak yang ingin membalas kalimatku, tapi diurungkan setelah melihat ekspresi raut wajahku mulai memohon. "Yo sudah, klo kamu memang merasa gak cocok sama Leni. Tapi mami tetep akan carikan kamu jodoh lagi. Anak temen mami masih banyak yang single dan available."

Izinkan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang