Cerita Langit dan Mona

387 21 2
                                    

Jayadi, OK. aku tahu memang si jay temanku mulutnya agak-agak ember mirip ibu-ibu komplek yang suka rumpi. tapi kali ini Jay bener-bener keterlaluan. apaan coba ngomong gitu dihadapan Mona. itukan hak ku untuk menyampaikan pada Mona. lha ini malah di dului sama si Jay mulut ember.

Mungkin ini juga kesalahanku, karena sebelum menikah dengan Mona, aku tak menceritakan tentang ini. walaupun aku sudah memantapkan hati tidak akan mengungkit cerita masa lalu ku bersama Mai. yah walaupun bukan cerita seperti roman picisan tapi tetap saja aku pernah mempunyai cerita bersama Mai, gadis pemalu yang cerdas.

Gadis yang dengan beraninya melamar ku untuk menjadi suaminya, meskipun waktu itu aku tak menanggapi dengan serius karena aku hanya seorang remaja SMA yang masih ingusan.

Langit Humairah, remaja dengan pakaian kegedean dibadannya yang kurus selalu menjadi perhatianku. Remaja yang harus mengalami kesedihan akibat ulah bapak tirinya. Siksaan demi siksaan yang dialaminya menjadikan dia sosok tegar menghadapi kehidupan. Yang semakin membuatku kagum akan sosoknya, meskipun hidupnya dulu penuh dengan siksaan tapi wajahnya selalu dapat menyembunyikan lara hati dengan senyum tulusnya.

"Kak Ridho kok malah bengong disini sih, ayo ke orang tua kita. Mereka udah nungguin dari tadi." ajakan Mona memutuskan ku dari mengingat apa yang pernah terjadi di masa lalu Mai.

Ku lihat Jay sudah duduk tenang dengan berbagai macam makanan dihadapannya. Orang tua ku dan Mona juga sudah ada di ruang makan tak terkecuali Mai dengan kedua anak kembarnya. Mereka berkumpul setelah acara resepsi selesai.

Sampai saat ini Mona masih diam tak memintaku untuk menjelaskan tentang apa yang tadi dibicarakan oleh Jay.

Tapi aku melihat seraut wajah Mona yang penasaran bila menatapku. Seakan tatapannya ingin memberitahuku bahwa dia ingin mengetahui cerita lengkap tentang masa lalu ku dulu bersama Mai.

Makan malam bersama keluarga malam ini terasa sangat ramai, dua keluarga yang telah menyatu memberikan rasa bahagia pada tiap-tiap penghuni meja makan ini. Saling bercengkraman mengakrapkan diri. menyambut bersatunya dua keluarga oleh ikatan pernikahan kedua putra putrinya.

**

Hingga jam 10, keluargaku pamit untuk pulang, begitupun Jay. Tinggal aku dan Mona yang masih bertahan duduk di sofa ruang tamu yang  sepi, mungkin semua sudah tidur.

"Mon, maaf soal tadi."

Ku lirik Mona, sekarang sudah berubah duduknya, menjadi tepat menghadapku. sedangkan aku masih tetap lurus, belum yakin untuk menghadapkan pandanganku pada Mona. bukan malu atau apalah sebutannya, toh kita memang sudah dalam ikatan yang halal. tapi saat ini aku lebih tepatnya merasa sungkan kepada Mona.

"Soal apa kak ?"

"Yang Jayadi omongin tadi."

"Oooh, Tak apa kak."

Setelah itu Mona diam. tumbenan ini anak, biasanya paling bisa ngeramein suasana klo lagi garing gini.

"Kamu gak penasaran Mon ?" pancingku.

Dia hanya tersenyum. waaah rekor si Mona, setelah ku nikahi dia berubah jadi gadis pendiam yang terkesan malu-malu kucing.

"Klo kak Ridho mau cerita, Mona akan dengarkan. tapi klo kak Ridho belum siap untuk cerita, Mona akan menunggu dan Mona gak akan paksa kak Ridho untuk cerita, yaa meskipun sebenarnya Mona sangat penasaran dengan cerita kak Ridho sama mbak langit."

"Sebenarnya kami gak punya cerita, cuma kebetulan waktu SMA kami satu sekolah dan kebetulannya lagi aku senang memperhatikan Mai, tapi Mai biasa saja."

"Jadi kak Ridho dulu pengagum rahasia mbak Langit ?"

"Eeemmm.....bisa dibilang begitu sih." ucapku.

"Ciiieeeeeee."

Ok reaksi Mona berbeda dengan yang sempat aku bayangkan, syukurlah.

"Eeeh Mona, kamu gak cemburu kan kalau aku cerita. ya kita kan sekarang udah jadi suami istri dan aku juga gak ingin ada rahasia-rahasiaan."

Sekali lagi Mona hanya tersenyum, kemudian menggeleng. "Lanjutkan kak." sambung Mona.

"Mai itu adik kelas ku, dia kelas 1 sedangkan aku kelas 3. pertama aku mulai memperhatikannya, karena dia beda sama cewek-cewek yang lain."

"Beda ?" tanya Mona penasaran.

"Iya, Mai begitu berbeda dengan kebanyakan anak cewek di sekolah dulu." ucapku sambil mengingat sosok Mai dari dulu hingga sekarang. tidak banyak berubah.

"Beda giman kak ?"

"Dia cewek satu-satunya yang menunduk ketika berpapasan dengan ku, sedangkan klo cewek-cewek lain pasti sudah melemparkan tatapan kagumnya kepadaku."

Ku lirik Mona, dia tersenyum misterius.

"Itulah mengapa aku sangat penasaran dengan Langit Humairah, sosok pendiam namun ramah, cerdas tapi tak sombong. semakin menambah kekagumanku pada dia."

Mona mengangguk "Mbak Langit emang the best, baiknya kebangetan."

"Tahu gak Mon ?"

"Apa kak ?"

"Pernah saking penasarannya sama Mai, aku ikutin dia sampai kerumahnya. tapi sungguh disitulah aku baru mengerti sosok Mai, sosok bertubuh mungil dengan senyum tulusnya ternyata menyimpan kepedihan dalam hidupnya."

Mona terdiam, tapi kemudian...

"Hikkss hikkss, iii...iya kak."

Aku kaget dengan reaksi Mona, kenapa dia yang menangis ?

"Mon, kamu gak apa-apa kan ?" ku dekati Mona, sambil mengusap lelehan air matanya.

"Mona jadi teringat dulu waktu pertama kali Mona ketemu sama mbak Langit kak, dia dalam keadaan tak sadarkan diri, dengan luka disekujur tubuhnya."

Syok, pastinya. setelah mendengar apa yang Mona katakan.

"Bagaimana dia tega melakukan itu pada mbak Langit, meskipun dia bapak tiri, seharusnya dia menjaga anak dari istrinya, bukan malah menyiksanya bahkan sampai menjualnya." Sesegukan Mona semakin menjadi ketika menceritakan awal dia bertemu dengan Mai.

"Jadi, apakah kan Ridho mau bila suatu saat nanti Mona ingin kak Ridho menjadikam mbak Langit istri juga?"

-

-

-

-

-

Kediri, 03 Oktober 2016



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Izinkan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang