Someday

904 61 13
                                    

Langit humairah, jadi selama ini kamu ?????

Kenyataan yang lagi-lagi terlambat ku ketahui.

Oh andaikan aku bisa memutar waktu, tapi bukankah itu tak akan pernah terjadi ? Bodoh kau Ridho jika mengharapkan hal itu.

Janda???

Langit humairah seorang janda. Ya Robbi, kenapa aku baru menyadarinya setelah hampir sebulan aku bertemu dengannya.

Menyesalpun aku tak mampu untuk merasakannya. bukankah aku sudah berjanji pada diriku sendiri, bahkan dihadapan kedua belah keluarga. aku akan menikahi Mona dalam waktu 2 bulan.

Mengharap lagi pada sosok yang selalu menjadi pengharapanku untuk melabuhkan separuh dien ini rasanya sudah tak mungkin.

"Mas, dipanggil Ibu." suara Ridha membuyarkan segala anganku akan semua hal yang sudah tak mungkin aku gapai lagi. ku usap wajahku mengusir segala lamunanku tadi. sekarang bukanlah waktunya untuk memikirkan hal-hal yang tak mungkin. masa depanku akan segera ku jalani dengan perempuan yang kemaren sudah ku lamar dihadapan orang tuaku dan orang tuanya.

Takdir mungkin telah menggariskan kisahku dengan Langit Humairah hanya sebatas teman masa sekolah, tidak lebih.

"Jiiiah malah ngelamun, dipanggil Ibu tuh. lagian ngelamunin apa sih mas, bukannya sebentar lagi udah mau menanggalkan status jomblo ngenesnya ya mas, kenapa masih ngelamun sih ?" Mulai mulut nyinyir Ridha. Andaikan pandanganku bisa berupa jitakan, maka saat ini tatapanku sudah membuat Ridha benjol-benjol.

"Iya....iya, bilang sama emak, mas Ridho sholat dulu."

**

Hari pernikahanku dengan Mona hanya tinggal menghitung hari saja. segala persiapan sudah selesai 100 persen.

Aku tak pernah menyangka bila akhirnya aku memilih Mona. aah mengingat betapa ajaibanya Mona dulu waktu jaman kuliahan. siapa kira perempuan yang hobinya ngikutin Jay kemanapun sahabatku itu berada pasti ada Mona, akan menjadi istriku. meskipun dari cerita Jay, dulu Mona pernah menyatakan cintanya kepada dia, tapi dengan terang-terangan Jay menolaknya. sampai membuat Mona malu akan kejadian itu. lagian si Jay menolak si Mona dengan cara ngomongnya pake toa. jadi itu si Mona marah besar sama Jay, hingga kemaren waktu acara lamaran ku, baru mereka berdua berdamai dengan tenang tanpa ada dendam lagi. aku cuma nyengir denger cerita Jay, dan lagian itukan dulu, sekarang Mona adalah calon istri ku.

Tapi aku juga kagum dengan perubahan drastis Mona. dulunya yang suka petakilan dengan gayanya yang gak ada perempuan-perempuannya sama sekali sekarang jadi seperti ini. ya meskipun masih belum menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Dia belum berhijab, mungkin itulah kewajibanku memberi pengertian tentang hijab padanya nanti setelah dia menjadi istriku.

Aku memang bukanlah seorang laki-laki yang pandai ilmu agama, diri ini masih harus banyak belajar tentang agama. Tapi Setidaknya Aku faham kewajiban sebagai calon kepala keluarga kelak bila aku berkeluarga.

Aku bukanlah orang yang sempurna, maka aku akan mencoba menjadi yang baik bagi istriku kelak. membimbingnya untuk selalu senantiasa mendekat pada Sang Illahi.

***

Pagi hari yang cerah, sang mentari dengan Penuh ke eksisannya menyinari permukaan bumi. Pun tak kalah cerianya dengan si burung kutilang yang hinggap di dahan pohon jambu merah yang berada dipekarangan depan rumah. Seoalah semua alam beserta makhluknya memuji kebesaran Sang Maha Pencipta.

Disinilah aku berada, melaksanakan prosesi ijab qobul dihadapan para saksi dan penghulu. Dengan penuh keyakinan ku ucapkan kata-kata sakral itu hingga para saksi mengucap sah. Dengan ini aku sudah menjadi seorang suami.

"Alhamdulillah....bapak titip Mona ya nak, bapak percaya nak Ridho akan menjadi suami yang baik buat anak bapak." pelukan dari ayah Mona dan bergantian dengan ayahku. Seakan memberiku semangat untuk terus memperbaiki diri.

"Selamat bro, akhirnya lu berhasil juga melepaskan status single. gue jadi iri." sekarang giliran Jay, sahabatku yang memelukku memberikan selamat.

"Thank's brother, gue doa kan elu juga cepet menyusul. kagak enak bro single lama-lama, kasihan nanti anak-anak kita kelak. masak anak-anak kita masih kecil, bapaknya udah tuir."

"Hahahahaa....." tawa Jay menggelegar, hingga para tetua menoleh kearah kita berdua. dengan pandangan yang seolah-olah bicara 'mungkin sahabat mempelai pria nya itu merasa sedih karena tinggal dia saja yang jomblo'.

Ku lihat Mona ditemani Mai berjalan menuju kearah kami.

"Kak Ridho." sapa Mona kemudian mencium tanganku. Aah iya sekarang Mona sudah jadi istriku. "Mona baru tahu lo kalo mbak langit kenal kak Ridho dengan baik." lanjut Mona.

"Haaah..." ku lihat kearah Mai, dia tersenyum tulus.

"Selamat ya kak Ridho, langit ikut bahagia. Semoga menjadi keluarga SaMaRa." ucapnya kemudian dia pamit untuk mengecek anak terkecilnya yang tertidur.

"Langit ternyata gak berubah ya Dho dari dulu, tetap cantik nan anggun." seloroh Jay. Dan otomatis pelototan Mona langsung dilancarkan kepadanya.

"Kakak ipar aku itu kak, jangan harap bisa mendekatinya, hadapin dulu Mona klo mau deketin mbak langit." ternyata Mona tidak bisa ngilangin juteknya sama Jay. Aku hanya cekikikan melihat raut wajah Jay yang memberengut.

"Emang kenapa sih Mon, lagian aku single dan langit pun juga janda. Boleh dong gue berharap bisa mempersunting dia." aku tau Jay lagi ngejahilin Mona. Aku hanya memperhatikan mereka yang lagi adu argumennya masing-masing.

"Gak, gak boleh. Mbak langit itu terlalu bagus untuk kak Jay. Gak cocok. Iyakan kak Ridho?" seakan mencari sekutu, sekarang Mona menanyakan padaku untuk memperkuat posisinya melawan Jay.

"Sok tahu kamu Mon, lagian Ridho kan dulu pernah suka sama Langit."

"Eeeh....maksudnya kak?" Mona dengan wajah kaget sekaligus penasaran, mengalihkan pandangannya kearahku.

Dasaaar si Jayadi mulutnya bocor. Itukan masa lalu, kenapa diomongin lagi sih. Apalagi dihari pernikahanku sama Mona.

***

Assalamualaikum.....
Adakah yang menanti kelanjutan cerita mas Ridho ini?? #pedegilak :-D

Afwan...maaf bila part ini agak2 absurd dan lama lagi lanjutannya. Sekali lagi maaf dear. #bow



Izinkan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang