Aku membuka mataku, ternyata tidurku nyenyak sekali sampai aku tidak ingat apa-apa. Mungkin pengaruh obat yang diberi dokter, membuat ritme jantungku normal, perasaanku tenang, dan tidurku nyenyak. Aku beranjak dari posisi berbaring sampai posisi duduk. Kuraih ponselku di meja. "Rain, aku pulang dulu, kamu sudah tidur pulas, emang aku penjaga kamu!" Pesan singkat dari Hara semalam yang diakhiri dengan emotion sebal dan senyum, spontan membuatku tersenyum sendiri. Dasar si ceplas ceplos! Aku bergegas pergi ke kamar mandi, hari ini aku harus ke kantor, meskipun mungkin siangan nanti. Sehari tidak bekerja rasanya badan pegal-pegal. 30 menit kemudian aku keluar kamar dan menuju ke dapur. "Mbak Ina tahu kemarin Hara pulang jam berapa?" Tanyaku ke Mbak Ina yang sedang sibuk mencuci perabotan dapur. "Loh non Rain sudah bangun? hm setelah ditungguin Mas Hara langsung sehat..hihi. Gak perlu jauh jauh cari obat ya ternyata, cukup obat cinta hihi" Mbak Ina berusaha menggodaku dengan gaya centilnya. Sepertinya semua orang mulai salah paham dengan hubungan kami, apa persahabatan antara lelaki dan perempuan itu tidak wajar?Biasa saja bukan? Antara aku dan Hara masing-masing tidak ada hubungan lebih dari itu, perasaan cinta? Jauh! Di hatiku masih ada nama kak Nath, belum berubah dan bergeser sedikitpun. Tapi mereka tidak salah juga berpikir demikian, karena memang aku sendiri tidak punya banyak teman. Teman lelaki yang dekat ya cuma Hara. Aku menanggapi datar godaan Mbak Ina. "Mbak Ina, saya tanya Hara semalam pulang jam berapa?" Tanyaku lagi mengulang kalimat yang sama, dengan wajah tanpa ekspresi. "Saya gak tahu pasti non, kemarin sekitar jam 8 malam mas Hara minta sopnya di taruh di lemari penghangat supaya paginya bisa dimakan non, setelah itu sepertinya berbincang-bincang sama Bapak dan Ibu, ga tahu deh non sampai jam berapa? tanya Bapak Ibu saja deh, kan terakhir sama mereka." Saran Mbak Ina sekaligus menjelaskan secara detail disamping tangannya masih dengan cekatan terus mencuci perabotan dapur. Aku termenung sebentar kemudian meninggalkan Mbak Ina. "Makasih Mbak.." Jawabku. Aku berjalan menuju ke depan mencari mama dan papa Dika, biasanya kalau sarapan pagi belum siap papa dan mama suka ngobrol di taman depan, papa olahraga kecil, mama merawat bunga-bunganya, atau hanya duduk-duduk saja. "Pagi ma, pa..." Sapaku ke mereka. "Hai Rain, kamu sudah sehat?" Tanya mama. Aku mengangguk "Mama ga berani bangunin kamu, soalnya pulas sekali tidurnya, kamu memang butuh istirahat.." Ucap Mama Shinta duduk di kursi taman depan. "Hari ini jangan ngantor nak, kamu butuh refreshing." Papa menimpali sambil menggerak-gerakkan badannya senam ringan. "Rain sudah gapapa kok ma" "Tapi pekerjaan di kantor masih banyak Pa.." Jawabku kepada keduanya, dan menghampiri mereka. "Papa sudah menghubungi Shana, nanti ada orang kantor yang akan antar berkas ke rumah nak, papa saja yang periksa, tidak ngantor sehari ga sampai bikin bangkrutin kantor, tenang nak, kamu refreshing saja sama Hara." Ucap Papa tersenyum. Aku memicingkan mata memandang ke arah mama Shinta. "Hara?" Aku memandang wajah Mama Shinta penuh tanya, Mama Shinta mengangguk, "Kemarin, Papa Dika yang minta Hara menemani kamu, sesekali kamu butuh refreshing Rain, tubuh juga butuh relaksasi, ke salon saja kamu jarang nak.." Mama Shinta menjelaskan "Iya nak, besok ada syukuran pertemuan keluarga, kamu harus tampil segar, kan sekalian papa mengumumkan pemilik baru Dirgantara Advertising" Papa Dika menimpali. "Buat aku kan ngobrol sama kalian itu sudah refreshing.." Jawabku jujur, sembari memeluk mama Shinta. Aku tidak suka keramaian, berkumpul dengan keluarga itu lebih nenyenangkan. Refreshing di kota apa sih?Jalan-jalan ke mall yang cuma meninggalkan rasa pegal di kaki dan membosankan, lebih baik di rumah quality time bersama keluarga. "Oo so sweet anakku.." Mama Shinta membalas pelukanku dengan lembut. "Sarapan pagi siaaaaap!" Seru mbak Ina dengan suara centil melengkingnya. Tiba-tiba dia sudah nongol di balik pintu. Kami bertiga saling berpandangan dan tersenyum melihat tingkah Mbak Ina. "Sudah sudah adegan sayang-sayangannya, ayo sarapan.." Ajak Papa Dika semangat berjalan mendahului aku dan Mama Shinta. Beberapa saat kemudian mobil Hara sudah berada di depan rumah, dengan gaya lebay seperti biasa, Hara membunyikan klakson dan berteriak. "Belum telat ikut sarapan kan om, tante?" Hara keluar dari mobilnya dan menghampiri kami. Hari ini dia tampak beda, memakai kaos berkera berwarna biru muda, celana ripped jeans, sepatu sport andalannya dan jam sport limited edition nya, soal fashion Hara jago mempadupadankan pakaian yang dikenakannya, dia cukup tahu kapan harus santai ataupun resmi, casual atau elegan. He is so fashionable!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Teen FictionRaina Virgi Anastasya, dipanggil Rain. Seorang wanita yang mengalami trauma psikis terhadap hujan, setelah mengalami peristiwa menyesakkan bertepatan dengan hujan tiba. Pertama adalah peristiwa mamanya yang meninggalkannya di rumah kontrakkan ketika...