Chapter II

730 97 13
                                    

"Masa laluku dan masa lalumu adalah masa paling menyakitkan yang pernah ada. Jadi, bisakah aku merangkulmu untuk menjadi masa depanku?"


-------------------


Xiao Zhan mendapatkan kabar bahwa sang kakek datang ke London sore itu. Ia akhirnya menutup toko lebih awal dan menyambut kehadiran sang kakek di apartemen miliknya.

Xiao Zhan menatap sosok berambut putih yang masih terlihat gagah itu, itu karena kakek Xiao Zhan adalah kepala polisi yang bertugas di kota London.

Xiao Zhan mengajak sang kakek untuk masuk, duduk santai di ruang tamu, dan memberikan segelas teh hangat kesukaan kakeknya. "Kakek harusnya bilang lebih awal jika ingin datang kemari. Aku bisa siapkan makanan kesukaan Kakek."

Kakek tersenyum. "Cucuku yang satu ini memang pria idaman sekali. Kau sangat cerdas, berbakat, dan juga pintar memasak. Di luar sana, banyak gadis yang mengejarmu, 'kan?"

Xiao Zhan tersenyum, ia berdiri sambil memijat bahu sang kakek. Teringat dengan jelas, ketika Yibo datang tanpa diundang dan mengganggunya pagi ini. "Bukan hanya seorang gadis, Kek. Orang gila pun datang untuk mengejarku."

Sang kakek agak terkejut. "Orang gila? Orang gila mana yang menganggumu? Apa orang tuanya tidak menjaga dengan baik? Jangan-jangan dia kabur dari rumah sakit jiwa."

Xiao Zhan tertawa pelan. "Bisa jadi."

"Jika dia berani datang lagi, hubungi Kakek. Kakek akan bawa dia ke kantor polisi dan mencari tahu latar belakangnya. Orang tuanya mungkin mencari dia ke mana-mana."

Xiao Zhan menggelengkan kepalanya, gurauan yang ia lontarkan tadi benar-benar dianggap serius oleh kakeknya. "Kek, apa Kakek akan tinggal di sini?"

"Kenapa memangnya? Kau takut jika orang gila itu datang kemari dan mengganggumu?"

Xiao Zhan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, bukan begitu maksudku. Aku bertanya karena ... aku ingin tahu saja. Aku kesepian, walaupun aku sudah dewasa tetap saja, aku belum terbiasa tinggal di sini tanpa kehadiran orang tuaku."

Sang kakek mengembuskan napasnya. "Zhan ... kejadian waktu itu ... apa membuatmu trauma? Apa ada hal yang membuatmu ketakutan?"

Xiao Zhan berhenti memijat bahu sang kakek. Ia terdiam cukup lama sampai akhirnya berujar lirih, "Suara benturan, decitan, asap, teriakan, bau darah, dan ... ledakan. Semua itu masih bisa kudengar ketika aku sendirian. Aku sering memimpikannya, semua itu terlalu tiba-tiba sampai aku tidak bisa mempersiapkan diri ini dengan baik."

"Pelaku kejadian itu masih Kakek usut, kau tenang saja. Dia ... pasti akan tertangkap. Ibunya dilaporkan meninggal dunia bersamaan dengan ayah dan ibumu. Sayangnya, dia menghilang tanpa jejak. Seharusnya, dia masih ada di kota ini, tidak ada laporan bahwa dia pergi ke luar kota atau luar negeri. Kakek dan pihak kepolisian masih mencari pelaku itu!"

"Jika dia tertangkap, apa hukuman yang akan dia dapatkan?" tanya Xiao Zhan.

"Hukuman yang setimpal. Dia sudah membuat kecelakaan beruntun, menewaskan tiga orang sekaligus. Menurutmu, apa hukuman yang pantas untuk kejadian yang dia perbuat?"

Xiao Zhan menundukkan kepalanya, ia tiba-tiba saja merasa pusing. "Jika Kakek sudah berhasil menangkapnya, tolong beritahu aku, aku akan menyampaikan sesuatu padanya."

"Apa yang ingin kau katakan?"

Xiao Zhan memejamkan kedua matanya. "Apa yang kurasakan ketika aku tahu bahwa orang tuaku telah tiada dan aku hidup sebatang kara. Aku ingin dia tahu betapa sakitnya ditinggalkan orang yang disayangi."

Your Last SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang