"Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding mencintai orang yang selama ini kaubenci."
Setelah merasa lebih baik, Xiao Zhan diantar pulang oleh Yibo. Keduanya menaiki bus karena Xiao Zhan menolak untuk naik mobil pribadi milik sang musisi. Kini, kedua pemuda itu berjalan dengan langkah gontai menuju apartemen Xiao Zhan. Sesekali, Yibo bertanya apakah pemuda manis di sisinya baik-baik saja atau tidak, ia masih bisa melihat rona pucat di bibir Xiao Zhan.
"Apakah kita perlu bertukar nomor ponsel?" usul Yibo.
Xiao Zhan berhenti melangkah, tepat di depan apartemennya. Ia menatap Yibo dengan penuh selidik hingga pemuda tampan itu tertawa.
"Aku tidak ada niatan lain!" ucap Yibo. "Tenang saja, aku tidak akan macam-macam. Aku mengusulkan untuk bertukar nomor ponsel karena kupikir itu lebih baik, kaubisa menghubungiku jika kaubutuh. Aku takut kejadian tadi terulang lagi, jadi---"
"Berikan ponselmu."
Yibo mengerjap. "Ya?"
Xiao Zhan menghela napas. "Berikan ponselmu! Bukankah tadi ingin bertukar nomor?"
Yibo tersenyum lebar setelah mendengar jika Xiao Zhan setuju dengan permintaannya. Pemuda itu memberikan benda pipih yang ia ambil dari dalam saku jaket dan memberikannya pada Xiao Zhan.
"Kau tidak perlu takut, aku tidak akan menyebarkan nomormu pada orang lain, termasuk penggemarmu," ujar Xiao Zhan. Pemuda manis itu mengetik nomor ponselnya, menyimpannya, dan kembali memberikan benda pipih berwarna hitam itu pada Yibo.
"Aku tahu Xiao Zhan bukan orang yang seperti itu," goda Yibo.
Xiao Zhan mendengkus. "Jangan bicara seolah kautahu segalanya. Apa yang kukatakan padamu hanya sebagian kecil saja."
Yibo cemberut. "Iya, iya."
Xiao Zhan menarik napas dalam-dalam, mengembuskannya beberapa detik kemudian. "Terima kasih sudah menolongku hari ini. Maaf juga karena membuatmu repot."
Yibo mengernyit. "Aku tidak merasa direpotkan sama sekali. Aku senang karena bisa menolongmu. Ingat kata-kataku tadi? Aku akan menjagamu dengan baik mulai saat ini. Aku akan---"
"Kau tidak perlu menjaganya!"
Xiao Zhan dan Yibo terkejut saat suara parau terdengar di telinga. Mereka menatap pintu apartemen yang terbuka dan seorang pria paruh baya berdiri di ambang pintu dengan rahang menegang.
"Kakek ...." Xiao Zhan berjalan mendekati sang kakek. "Ada apa?"
"Ada apa?" Sang kakek berucap, matanya masih menatap ke arah di mana Yibo berdiri. "Pria itu, apakah pria gila yang kau ceritakan padaku?"
Xiao Zhan meringis. "I-iya, tapi Kek, dia itu sebenarnya---"
"Jangan dekat-dekat dengannya!" sergah sang kakek. "Dia tidak baik untukmu."
Xiao Zhan terdiam, ia menatap Yibo yang masih membeku di tempatnya. Di sisinya, sang kakek kembali berucap tegas, "Kaubisa mendengarku? Jauhi cucuku! Kau tidak pantas untuknya!"
"Maaf, Tuan. Aku mendekati Xiao Zhan karena aku serius dengan perasaanku," ucap Yibo. Pemuda yang sejak tadi memilih diam itu memberanikan diri untuk menatap pria tua di ambang pintu. "Aku tahu, aku baru mengenalnya, tapi jujur saja ... Xiao Zhan membuatku sangat tertarik dan nyaman. Aku menyukainya, aku ingin menjadikan Xiao Zhan sebagai pasanganku."
"Lancang!" Sang kakek berteriak. Ia maju dan menghampiri Yibo sambil mengepalkan tangan. Satu tinjuan baru saja akan ia berikan pada Yibo, tetapi Xiao Zhan lebih dulu mencegahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Last Song
FanfictionXiao Zhan adalah seorang pemuda yang bekerja di sebuah toko bunga di kota London. Suatu hari, ia dipertemukan dengan seorang musisi bernama Wang Yibo yang berlibur dan berniat mengadakan sebuah konser. Xiao Zhan pikir, Wang Yibo hadir hanya untuk me...