7: Organisasi Ilegal

292 79 0
                                    

Keduanya sampai di sebuah kota yang berlangit cerah, juga cukup riuh dengan penduduknya yang cukup padat; hal yang tidak pernah dilihat oleh Yoongi selama ia berada di bawah tanah. Cukup lama tinggal di tempat sunyi yang terselubung dengan gersang sepanjang mata memandang, hampir saja membuat memori mengenai tempat cerah dan terang seperti ini hilang dari hippocampus di kepalanya.

"Bagaimana? Tempat ini cukup bagus, bukan?" Pertanyaan Seokjin dibalas dengan anggukan. Keduanya berbelok, menapaki lintasan berupa lorong yang sedikit gelap dan sepi. Di sana, Seokjin membuka jaketnya.

"Pakai ini untuk menutupi lenganmu," ujarnya, seraya mengulurkan jaketnya.

"Terima kasih."

"Ya."

Lantas keduanya melanjutkan langkah, dengan Yoongi yang mengekor di belakang Seokjin. Lelaki di depannya berjalan tanpa ragu, tampak seperti ia telah menghafal seluruh jalan dan sudut-sudut di kota ini.

"Ayo, lewat sini," Seokjin berucap. Ia berbelok, memasuki salah satu jalan kecil dan Yoongi hanya mengikuti.

"Kita akan pergi ke mana?"

"Tempat seseorang yang akan membantu kita."

***

"Singkatnya, kau dibeli bukan tanpa alasan," lelaki yang ia tahu bernama Kim Namjoon berucap, "Kau sengaja dibeli untuk diisi. Anak-anak lain juga begitu," lanjutnya. 

Namjoon mengela napas seraya menggaruk dagunya, ketika menyadari bahwa bocah di depannya ini belum bisa sepenuhnya percaya.

"Seokjin, dan anak-anak lain yang mati di sana adalah buktinya. Apa itu belum cukup?" tanyanya. 

Tidak, Yoongi berucap dalam hati. Itu semua cukup. Banyak nyawa yang hilang karena percobaan keji dan itu adalah bukti kuat. Namun, ada satu hal yang mengganjal di hatinya, mengenai:

"Jin, kau selalu berkata hal baik tentang tempat itu, bahkan ketika aku baru saja datang. Sekarang, semua perkataanmu seperti tidak ada artinya. Sebenarnya, apa maksudmu?" lirihnya. Seokjin mengangguk kecil, membenarkan pernyataan pada kalimat tanya yang terlontar.

"Yah, itu benar. Anggap saja semua perkataanku hanya untuk mengait kepercayaanmu, Yoongi. Asal kau tahu, aku selalu ingin menyelamatkan anak-anak yang menjadi budak percobaan, tetapi semua berakhir dengan kematian. Tidak sepertimu, mereka tahu apa yang akan terjadi pada tubuhnya. Aku sudah mencoba mendekati satu-persatu dari anak-anak itu, namun, sepertinya mereka sangat ketakutan. Mereka berteriak dan menangis hanya dengan melihat keberadaanku. Mereka melarikan diri dari laboratorium dan tertangkap. Setelahnya, kau tahu pasti apa yang terjadi," papar Seokjin. Napasnya ia hembus kasar ketika binar percaya dari manik yang lebih muda belum sampai di tangannya.

"Namamu Yoongi, 'kan?" Namjoon berucap, "kau boleh tidak mempercayaiku, bahkan Seokjin sekali pun. Tapi, kami tetap akan melakukan apa yang harus dilakukan." Lelaki itu beranjak dari kursi, pergi ke dapur untuk membuat secangkir kopi instan.

"Sampai semuanya selesai, tetaplah di sini. Jangan keluar, bahkan jika kau lapar. Jangan biarkan dirimu tertangkap, jangan biarkan dirimu diubah menjadi alat. Ilmuwan gila itu bisa saja menghancurkan kota dengan ambisi balas dendamnya. Hm, yah. Semua ada di tanganmu, Yoongi," lanjutnya.

***

Namjoon paham betul apa yang bisa terjadi jika Yoongi tertangkap oleh para suruhan Dr. Rooney. Dirinya tahu betul sikap dan watak ilmuwan gila yang juga merupakan gurunya dulu. Sedikit bocoran saja, sama seperti Seokjin dan Yoongi, Namjoon merupakan salah satu dari anak yang dipungut. Ia dibuang, bersembunyi di dalam gang gelap dengan satu buah roti hasil curian di tangan, ketika Dr. Rooney datang dan membawanya pergi dengan iming-iming hidup yang lebih layak. Berada di posisi seperti itu, siapa yang tidak luluh? Terlebih bagi dirinya dahulu yang masih berumur di bawah sepuluh.

Pertama, ia dibawa menuju laboratorium pusat, tempat yang sama di mana Yoongi dibawa untuk pertama kali, sekaligus tempat berbagai eksperimen dilakukan. Pengembangan AI, pembuatan microchip, lengan dan kaki bionik, semuanya--minus penanaman benda asing kepada manusia yang pada saat itu sengaja disembunyikan darinya.

Setelahnya, Dr. Rooney membawanya menuju laboratorium pinggiran. Ia tinggal cukup lama di sana. Bermain bersama anak-anak seumuran dan sedikit mendapat pengetahuan tentang kecerdasan buatan yang dikembangkan tanpa tahu, jika ia berada di sana sebagai kelinci percobaan.

Namun, nasib baik memihaknya. Dr. Rooney melihat ada potensi dalam diri Namjoon. Ada kata jenius yang tersemat dalam diri anak kecil yang dipungutnya. Maka, dirinya mengubah rencana. Bocah yang semula hendak ia jadikan kelinci percobaan, kini ia ajari banyak hal. Ia kenalkan pada dunia teknologi beserta alat-alat canggihnya dan seperti dugaan, Namjoon belajar dengan cepat. Selang berjalannya waktu, anak itu tumbuh menjadi seorang pemuda yang juga merupakan tangan kanan terbaiknya.

Sampai ketika Namjoon menyadari ada yang salah di sini. Di mana ia menyadari adanya ketimpangan yang dilakukan oleh orang-orang di tempat ini dan hal itu semakin jelas, ketika Dr. Rooney menyatakan tujuan besarnya: menghancurkan kota demi membalas dendam pada pemerintah. Tidak lama setelahnya, Namjoon memutuskan untuk kabur. Otak jeniusnya menyusun rencana melarikan diri yang berjalan dengan rapi. 

Nigreos, tempat itu adalah di mana organisasi ilegal berjalan dan sialnya, ia menghabiskan separuh dari hidupnya di sana. 




To Be Continue

CYBORG - Min Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang