Apa yang terjadi malam itu mengubah hidup Yoongi dan sebagian dari tubuhnya. Lengan kanannya yang putus kini diganti oleh lengan bionik. Serupa dengan lengan robot yang gerakannya dikontrol oleh sensor otot yang ada di dalamnya.
Anak itu masih tertidur, atau lebih tepatnya ditidurkan dalam kurun waktu tertentu. Penanganan luka dan lengan bionik yang kini menjadi satu dengan tubuhnya berada di bawah tangan Dr. Rooney secara langsung.
Misinya adalah, "Anak ini tidak boleh mati."
***
"Tempat ini, di mana?" adalah apa yang ia ucapkan setelah membuka mata. Maniknya mengedar, sesaat sebelum dirinya mendesis sakit. Tubuhnya sakit, setiap sendi terasa seperti hendak lepas dari tempatnya. Lagi, ia dibuat terkejut oleh lengan kanannya yang berubah wujud. Nampak aneh dan menakutkan.
"T-tanganku? Lenganku?!" Kalap, apa pun benda yang ada di dekatnya ia lempar. Entah itu ke arah pintu ataupun dinding. Tidak peduli pada kondisinya yang terdapat beberapa luka bakar.
"Lenganku ...," suaranya melirih ketika merasa tenaganya terkuras. Yoongi terdiam, menatap nanar pada lengan kanannya yang kini berbalut besi.
Saat itu, pintu dibuka. Seseorang masuk dan tenaganya yang semua terkuras, meningkat secara tiba-tiba. Berlandas amarah, ia lempar bantal yang semula menjadi penyangga lehernya.
"O-ow ...."
Yang baru saja masuk menghela napas. Ia pungut bantal tadi dengan setengah hati dan mengembalikan ke tempatnya semula.
"Kau tidak terlihat seperti orang sakit. Jahitan di bahumu bahkan terbuka dan kau masih bisa melempar bantal sekencang tadi." Dr. Rooney yang beru saja masuk menghela napas. Ia tatap manik cokelat gelap di hadapannya yang berakhir dengan tundukkan kepala.
"Maaf," yang lebih muda melirih dalam tundukan kepalanya. Lelaki berkacamata di sampingnya menggeleng. "Yah, lupakan," ujarnya sembari berjalan menuju nakas, untuk mengambil bius, jarum, dan benang.
"Menyamping sebentar. Biar kuperbaiki jahitannya sebelum bertambah lebar." Dan Yoongi menurut tanpa adanya penentangan. Ia duduk menyamping, menggantungkan kakinya pada tepian ranjang, membiarkan lelaki di belakangnya memperbaiki jahitan yang terkoyak.
"Tahan sedikit, oke?" Yoongi bergumam paham dan segera setelahnya, si lelaki menusukkan jarum pada kulit. Mengeluarkan si benda tajam, mengulangi langkah-langkahnya beberapa kali, hingga berakhir dengan dipotongnya benang.
"Selesai, dan jangan lakukan hal seperti tadi, jika tidak ingin membuat jahitannya terbuka kembali," lelaki itu menasihati. Membuang jarumnya ke tempat sampah dan menghela napas lega. "Kalau kau melakukannya lagi dan kalau pun jahitannya terbuka kembali, tenang saja karena aku akan menjahitnya lagi, tanpa bius," imbuhnya, yang mana membuat bocah di depannya mengangguk patuh setengah takut.
"Dr. Rooney ...."
"Hm?"
"Tangan kananku--kenapa seperti ini?" si bocah berujar dengan mata berair. Menatap getir pada lengan kanannya yang kini tidak bisa ia kenali. Lengan kanannya terasa berat, aneh, dan ... terlihat menyeramkan.
"Lenganmu hancur tertimpa reruntuhan dan aku tidak setega itu untuk membiarkannya membusuk. Kau beruntung, karena laboratorium ini mengembangkan lengan bionik," si lelaki berujar jujur. Menatap penuh iba ketika mendapati raut murung anak di hadapannya.
"Lengan itu belum sepenuhnya sempurna, sayangnya. Pasti terasa berat dan aneh, tapi kau akan terbiasa dalam beberapa bulan. Itu pun kalau sering dilatih," tuturnya seraya memasang senyum tipis.
"Aku pergi dulu. Kau bisa lakukan apa yang kau mau di tempat ini, kecuali melempar barang seperti tadi. Anggap seperti rumahmu, tidak perlu takut. Kau aman di sini, Yoongi," ucapan lelaki itu sebelum keluar dari ruangan.
***
Sepeninggal Dr. Rooney, Yoongi yang merasa jenuh berada di dalam ruangan sendirian memutuskan untuk keluar. Anak itu meringis ketika kakinya menapak pada lantai, sebab ada luka dan lecet yang menghiasi jemari dan kakinya.
Biar pun begitu, si bocah tidak ambil pusing. Lagipula, luka seperti ini bukan lagi masalah untuknya. Ingat? Ia sudah sering mendapatkan luka serupa dari sang ayah.
Yoongi terus melangkah keluar ruangan, berniat untuk berkeliling tempat baru tempatnya berada. Siapa tahu, ia akan menemukan Seokjin yang barangkali akan berkeliling bersamanya.
Namun, walaupun Yoongi telah mengitari tempat ini mulai dari pintu masuk hingga pintu belakang, tetap saja ia tidak bisa menemukan Seokjin. Kaki dan tangannya bahkan sudah kebas. Luka jahit di bahunya juga mulai terasa sakit. Mungkin saja, efek dari biusnya sudah menghilang.
Terpaksa ia menghentikan langkahnya dan mengistirahatkan tubuh pada bangku di dekat pintu belakang laboratorium. Dalam pejaman matanya, anak itu sesekali menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan.
"Hei, kau bocah yang selamat itu, 'kan?" Seruan terdengar dan Yoongi membuka matanya.
Di sampingnya, ada lelaki tinggi bermata sipit dengan alis tajam yang tengah bersandar pada dinding menunjuknya. Telunjuk panjangnya bergerak membuat lingkaran yang berfokus pada lengan kanannya.
"Tidak salah lagi. Perkenalkan, aku Kagura. Dr. Rooney yang memintaku untuk mengawasimu."
To Be Continue
Kubota Masataka as. Kagura
KAMU SEDANG MEMBACA
CYBORG - Min Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Action, cyborg - Completed "Terkadang, menjadi kosong bukanlah hal yang buruk." Anak penebang kayu bakar itu tidak pernah tahu, jika kehidupannya akan menjadi sekeras ini. Yoongi mengaku, bahwa ia selalu ingin lepas dari sem...