12: Bagian Terakhir, Rumah di Tengah Hutan

445 76 20
                                    

"Jadi, kalian akan pergi pagi ini?"

"Ya."

"Kenapa tidak menunggu hingga matahari terbit saja? Ini terlalu pagi, jalanan pasti gelap."

Seokjin menggeleng. Lelaki itu menyampirkan ranselnya pada satu bahu lalu bersedekap dada. "Kupikir lebih baik pergi tanpa ada satu pun orang yang tahu," ujarnya. Namjoon melenguh.

"Yah, baiklah. Hati-hati," ucapnya setengah hati.

"Kami pergi, Namjoon. Setelah ini, kau harus merapikan rumahmu sendiri, haha."

"Berisik, Jin!"

***

Setelah persidangan dinyatakan ditutup dan Dr. Rooney mendapatkan hukuman sesuai dengan apa yang ia lakukan, Yoongi memutuskan untuk kembali ke rumahnya yang ada di tengah hutan, mengingat bahwa ia tidak punya tempat tinggal di sini. Ia juga mengajak Seokjin untuk tinggal bersama dan lelaki itu mengiyakan atas dasar paksaan.

Sebenarnya, Namjoon sama sekali tidak melarang keduanya tinggal di rumahnya. Ia mempersilakan Seokjin dan Yoongi untuk menggunakan fasilitas yang ada di tempat ini, minusnya saja rumahnya berantakan. Namun, Yoongi memilih untuk kembali ke rumahnya dan Namjoon tidak bisa lagi memaksa. Semua itu berakhir dengan Yoongi dan Seokjin yang memutuskan untuk angkat kaki dari rumahnya pagi ini, di saat matahari masih belum memperlihatkan tanda-tanda akan terbit.

"Kau lelah? Kita bisa istirahat sebentar kalau mau." Tawaran Seokjin dibalas dengan gelengan cepat.

"Kita hampir sampai," sahut Yoongi. 

Benar, hanya tinggal menyeberang sungai di depan dan mereka akan sampai. Alasan lainnya, karena ia tidak ingin membuang waktu, juga--rindu.

Sejujurnya, ada rasa takut dan ragu ketika Yoongi memutuskan untuk kembali ke tempat di mana ia tinggal dengan sang ayah. Mengingat bahwa ia telah dijual, yang berarti Yoongi tidak lagi punya hak untuk tinggal di rumah itu tanpa seizin sang ayah.

Yoongi ragu, tapi rindu mengalahkan rasa ragu dan membenamkan takutnya. Rumah dan ayahnya adalah apa yang paling ia rindui. Pesetan dengan bentakan dan pukulan yang mungkin akan ia dapat setelah ini.

"Oh, rumah ini terlihat sepi," kalimat dari Seokjin terlontar begitu saja, ketika mereka sampai di depan sebuah rumah yang berada di tengah hutan. Tidak ada penerangan, bahkan dari lampu minyak sekali pun. Rumah ini nampak seperti tidak diurus, terlihat sepert rumah yang telah lama ditinggalkan.

"Apa benar ini tempatnya, Yoongi?" Yang ditanya mengangguk mantap.

Setelahnya, keduanya pergi ke sungai. Memutuskan untuk membasuh wajah dan menunggu setidaknya hingga matahari terbit, hingga mereka dapat mengetuk pintu dan meminta izin untuk tinggal.

"Aku tidak yakin kalau ada orang di rumah itu," Seokjin berucap sembari melempari permukaan air dengan kerikil.

"Maksudku, rumah itu terlihat kosong. Seperti tidak dihuni," lanjutnya. Ia melirik yang lebih muda. Hanya sekedar melirik, tanpa meminta persetujuan.

Guk!

Keduanya spontan menoleh pada seekor anjing di seberang sungai. Tidak nampak seperti anjing hutan, hewan itu lebih terlihat seperti anjing kampung dengan bulu putihnya.

"Ggu!!" Seokjin menoleh cepat pada Yoongi yang berseru sembari merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Detik selanjutnya, anjing putih di seberang bergerak cepat menyeberangi sungai dan berhambur dalam pelukan bocah di sampingnya.

"O-oh?" Seokjin membeo. Bocah di sampingnya dan anjing berbulu putih kotor itu nampak begitu dekat.

"Peliharaanmu?" Seokjin bertanya pada akhirnya dan Yoongi menggeleng.

CYBORG - Min Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang