Arabela terus berlari sampai kehabisan nafas, ia meraba semua kantong yang ada di bajunya. Beruntung ia menemukan ponsel model lama, Arabela membuka fitur kontak pada ponsel tersebut mencari nama yang mungkin bisa membantunya dalam menghadapi semua hal yang tidak masuk akal ini.
"Mamah?"
Arabela terdiam melihat nama kontak 'mamah', ada dua perasaan yang mendominasi hatinya saat ini. Rasa kecewa dan bahagia. Arabela bahagia bisa melihat nama kontak seseorang yang iya sayangi dan orang yang sangat penting untuknya, di sisi lain hatinya sakit saat mengingat ia di tinggalkan di usinya yang ke-17 hanya karena alasan dia memiliki pasangan yang baru dan ingin memulai hidupnya yang baru.
Namun rasa sakit hatinya lebih besar hingga mengurungkan niatnya untuk menghubungi nomor tersebut, Arabela hanya berjalan lurus ke depan mengamati lingkungan yang sedang ia lewati. Ia merasa sangat familiar dengan jalan yang ia lewati ini, seperti sedang mengulang kembali kenangannya sewaktu kecil.
"Ga mungkin lah aku balik ke waktu baru masuk SMA, ga mungkin" Bisik Arabela dalam hati.
Namun keyakinan nya hancur dalam sekejap melihat adik laki-lakinya berdiri di rumah lamanya sambil melambai-lambai ke arahnya dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Kakak! Lama banget si kak, mana es krim nya?" Ia merangkul lenganku dengan erat.
"Dion?" Ucap Arabela lirih.
"Yap?"
Arabela langsung memeluk badan kecil Adiknya yang baru berumur 10 tahun itu, ia tidak menyangka dapat bertemu dengan Adiknya lagi dan ini sungguh hal yang sangat membahagiakan bagi Arabela. Adiknya Dion adalah salah satu penyemangat hidup Arabela, dapat bertemu dengan yang lagi sudah seperti anugerah untuk Arabela.
"kak, kakak kenapa Aneh banget sih?" Ucap dion.
Arabela hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil memberikan senyum terbaiknya, ia tidak bisa menceritakan apa yang sudah ia alami karena ia sendiri bahkan tidak tahu apa yang sedang ia alami saat ini, Bagaimana jika ia memutar waktu dan mengubah semua yang telah berjalan apakah akan merusak keseimbangan semesta pikir arabela.
Namun bila beresiko pun Arabela mampu melakukan apapun bahkan jika harus di hukum ia akan tetap melakukannya jika itu dapat menyelamatkan adiknya yang saat ini berada di depannya.
Emosi Arabela yang tadinya senang berubah menjadi sangat kacau karena tiba-tiba keluar seorang perempuan dari pintu rumahnya, saat ia melihat mukanya ia sangat mengenalnya. Dia adalah ibunya yang sudah meninggalkannya saat usia 17 tahun.
"Ra gamasuk?"
Arabela hanya mengangguk lalu berjalan masuk ke arah pintu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Ia tahu bawa mamahnya bersalah tapi jika saat ini ia dalam kondisi memutar waktu, mamahnya saat ini tidak melakukan kesalahan apapun kepadanya dan ia tidak boleh melampiaskan itu semua kepada mamanya yang berada di waktu ini.
Karena tidak ingin menyakiti perasaan siapapun Arabela memutuskan untuk langsung memasuki kamarnya, ia mengurung dirinya untuk menetralkan kembali emosinya dan menjernihkan pikirannya.
"Ra besok kamu sekolah, siapin barang-barangnya" Teriak Enola, ibu Arabela.
"Oke mah." Balas Arabela dengan singkat dari kamar.
***
Di meja makan Arabela terus tenggelam dalam pikirannya sendiri, ia bahkan tidak bisa tidur hanya karena memikirkan bagaimana cara menghadapi muka sahabatnya Cassandra. Arabela terlanjur sakit hati dan ingin menjauhi Cassandra terlebih Asher. Karena menurutnya akan lebih baik jika ia tidak mengganggu hubungan mereka sebab ia hanya akan menjadi penghalang bagi mereka.
Apalagi dari fakta yang ia dapat sebelum mati, Arabela hanya dijadikan alat untuk mereka berpacaran agar terlihat normal di depan banyak orang. Mereka sudah terlalu jahat terhadap Arabela sehingga ia tidak ingin berurusan dengan mereka lagi di kehidupannya yang sekarang.
Arabela berpikir jika ini adalah kesempatan kedua dalam hidupnya untuk lebih menikmati hidup dan mensyukuri apa yang telah Ia punya. Dan juga ia ingin menjalani hidup dengan sebaik-baiknya tidak seperti dulu ia ingin menjalani hidup untuk dirinya tidak untuk orang lain.
***
Arabela berangkat kesekolah nya dengan menggunakan bus jemputan yang sudah di sediakan sekolahnya, ia duduk di halte dekat rumahnya ia memutar musik dari pemutar musiknya dengan cukup kencang sehingga suara dari luar tidak terdengar jelas oleh. Arabela menutup matanya lalu bersender ke kaca di belakangnya sambil menarik nafas panjang, ia sangat bosan dengan teknologi yang ada sekarang.
Arabela termasuk golongan orang yang tidak bisa lepas dari gadget, sebagian besar waktunya di habiskan dengan bermain game atau menonton film sendiri di rumahnya sambil menunggu Asher pulang dari kantornya. Ia tidak punya banyak teman karena memang pada dasarnya Arabela seorang introvert yang akan kehabisan energi jika harus terus menerus di keramaian.
Bus yang di nanti di Arabela telah tiba, ia memasuki bus dan pandangannya langsung terfokus oleh 2 siluet yang sangat ia kenali, walau Arabela mencoba untuk tidak melihat ke arah mereka namun walau hanya sebentar matanya bertemu dengan Asher dan Arabela pun langsung mengalihkan pandangannya, juga memakai tudung hoodie yang ia kenakan sekarang agar dapat menghindari tatapan Asher.
***
Bus sampai di sekolahnya, Arabela dengan cepat turun dari bus dan memasuki kelas nya yang berada di ujung lorong. Saat memasuki kelas ia melihat sekeliling mencari bangku yang sudah diisi sebelahnya agar ia bisa menjauhi Cassandra.
Namun semua bangku yang diinginkan nya sudah terisi, dengan berat hati Arabela duduk di bangku kedua dari depan dan ia memilih bangku dekat jendela. Ia hanya berharap Cassandra tidak akan duduk disampingnya.
Tbc..
Vote, kritik dan saran.Terima kasih~
KAMU SEDANG MEMBACA
Monachopsis
Teen Fiction"Ra aku minta maaf, tapi tolong dengerin penjelasan aku." Ucap Asher dengan suara bergetar, "Kamu ga cinta kan sama aku? Selama ini yang kamu omongin ke aku cuma omong kosong" Balas Arabela dengan suara yang tidak kalah bergetar. Asher terdiam dal...