Asher yang kehilangan jejak Arabela tidak dapat menenangkan hatinya. Ia pulang ke rumah untuk menenangkan pikirannya sejenak lalu berencana ke kantor polisi jika sampai besok Arabela tidak pulang juga ke rumah.
Saat membuka pintu rumah, rasa penyesalan yang begitu dalam menyeruak masuk. Semua dekorasi yang sudah susah payah istrinya siapkan masih terpajang memukul hati nuraninya.
"Apa yang salah denganku?"
Asher membanting barang yang ada di dekat nya untuk melampiaskan emosinya. Ia juga melihat kue yang belum sempat Arabela bereskan, dengan senyum tipis ia bergumam.
"Pasti ia sangat senang sampai tidak bisa menahan diri untuk melakukan hal ceroboh seperti ini."
Air mata menetes membuat Asher mengusap kasar mukanya dan meraih ponselnya karena khawatir dengan kondisi Arabela. Ia men-dial nomor Arabela berharap perempuan itu akan menjawab nya.
"Halo." Suaranya terdengar sangat lemah.
"Ara, kamu gapapa?"
Pertanyaan bodoh itu Asher lontarkan ia bahkan sadar kalau dia telah menyakiti hati istrinya itu.
"Ra? Tolong jawab aku ra, aku khawatir."
"Ra.. Tolong"
Setelah sekian lama, suara Arabela yang makin melemah terdengar.
"Peduli apa kamu?"
"Aku suami mu ra, jelas aku peduli."
"Aku matipun bagus kan buat kalian."
"Ra, tolong jangan lakuin hal yang nyakitin diri kamu."
"Kamu ga sadar apa yang kamu lakuin? Bukan aku yang nyakitin diri aku sendiri tapi kamu"
"Ra aku minta maaf, tapi tolong dengerin penjelasan aku."
"Kamu ga cinta kan sama aku? Selama ini yang kamu omongin ke aku cuma omong kosong"
Asher terdiam dalam beberapa waktu, ia sadar ia salah. Tapi bukan berarti ia tidak menyayanginya walaupun itu bukan cinta.
"Tapi aku sayang kamu ra."
"Beda Ash, kalau kamu pilih selamatkan aku atau Cassandra ? Pasti kamu milih Cassandra kan."
"Tapi ra, "
"Aku cuma alat yang kamu pakai buat ngelindungin nama baik kamu, udah cukup aku lelah sama semua ini."
"Kamu juga ga akan liat aku lagi di dunia ini, ini jalan yang terbaik buat ki.."
"Ra?"
"ARA?! "
Asher dengan panik pergi ke kantor polisi, ia meminta polisi untuk memproses kasusnya namun tidak bisa karena belum masuk waktu untuk laporan orang hilang. Lalu Asher dengan terpaksa pergi ke rumah Cassandra, saat ini hanya dia yang bisa menolongnya.
Cassandra dengan cepat mencari lokasi Arabela dengan skill yang dia punya, tidak lama mereka bergegas ke lokasi terakhir Arabela yang terdeteksi dari ponselnya.
"Semua akan baik-baik saja Ash."
Cassandra menggenggam tangan Asher sembari mengemudi namun tanpa sadar Asher menepis tangan Cassandra, saat ini pikirannya hanya dipenuhi oleh kekhawatiran dan rasa bersalahnya pada Arabela.
Sesampainya di lokasi yang di temukan Cassandra mereka keluar dari mobil dan bergegas menelusuri jalan sekitar, tidak jauh mereka berjalan mereka mematung melihat apa yang ada di depan mereka.
Tubuh kaku dan pucat Arabela dengan darah yang tergenang di sekelilingnya,
Asher tidak bisa menahan teriakkan nya melihat Arabela, ia histeris dan mencoba memeluk jasad istrinya yang sepertinya sudah tidak bernyawa itu namun di tahan oleh Cassandra. Karena bisa saja dia mengacaukan barang bukti yang ada untuk petunjuk kematian nya.Tidak lama polisi datang dan mengurus semua hal yang berkaitan dengan Arabela. Dan ditemukan lah bukti di ponsel nya, rekaman kejadian yang terjadi, walaupun wajahnya tertutup namun postur badannya sangat jelas sehingga lebih mudah dalam penyelidikan.
***
Asher saat ini hanya bisa menatap jasad Arabela, ia menyesali semua hal. Mengapa ia menyianyiakan perempuan sebaik itu dan satu hal yang paling ia sesali ia terlambat menyadari betapa besar cintanya kepada Arabela. Baru seminggu setelah kematian Arabela bahkan Asher harus mengkonsumsi obat khusus dari terapis karena depresi nya yang terus-menerus bertambah parah. Ditambah kasusnya belum juga menemukan jalan keluar, membuat Asher sangat tertekan dengan kondisi yang ada.
Asher mencoba menenangkan pikirannya pergi ke desa dekat tempat terbunuhnya Arabela, ia menemukan sebuah danau di desa itu. Asher yang menatap kosong ke pantulan wajahnya, ia bangkit dan bersiap untuk menjatuhkan dirinya ke danau. Asher berencana untuk menyusul Arabela namun tangannya ditahan oleh seorang anak kecil.
Anak kecil itu memiliki wajah yang cantik dengan rambut pirang dan kulit pucat,
"Apa yang kau lakukan?" Ucap anak kecil itu.
"Pergilah, tidak usah ikut campur."
"Kau pikir dengan menghilangkan nyawamu kau akan bertemu dengannya?"
Asher marah dan mencengkram baju anak kecil itu, anak kecil itu membalasnya dengan mendorong Asher ke danau dan mengucapkan sesuatu lalu semua menjadi gelap.
***
Di sisilain perasaan sesak akan kegelapan menyelimuti Arabela, di sekelilingnya hanya terdapat kegelapan. Ia merasa semakin lama ia disitu akan semakin rusak jiwa nya tertelan oleh kegalapan di sekitarnya. Pelan namun jelas terdengar suara yang terus memanggil Arabela dari kejauhan, seperti magnet Arabela dipaksa mengikuti arah suara itu, semakin lama semakin kencang suara yang di dengarnya. Sampai akhirnya terdapat portal di depannya matanya dan suara tersebut secara ajaib menghilang.
Arabela bingung sekali dengan apa yang terjadi, ia mencoba menjulurkan tangannya ke portal itu dan ntah bagaimana ia terhisap oleh portal itu. Arabela berteriak sekencang mungkin sambil menutup matanya meminta pertolongan kepada siapun yang ada di dekatnya.
Sampai dimana terasa sebuah tangan menepuk-nepuk bahunya, ia membuka matanya dan mencoba memfokuskan pandangannya yang buram itu, betapa kagetnya dia melihat Asher berdiri di depannya dengan wajah tampannya yang ntah kenapa terasa lebih muda dari biasanya.
"Lu sehat?" Tanya nya dengan nada dingin,
Inilah Asher, ia sangat dingin kepada orang asing namun bila sudah dekat mungkin dia adalah orang terhangat yang pernah Arabela kenal selama hidupnya dulu..
"Ash bisa liat aku?"
Arabela panik menyentuh tubuhnya, dari ingatannya ia tertusuk dan mati malam itu.
Asher mengerutkan alisnya, masih dengan nada dinginnya tapi lebih menusuk,
"Lu tau nama gue dari mana? Bahkan nama panggilan gue?"
Arabela bingung dengan semua yang terjadi, ia pun memutuskan untuk bangun dan kabur dari situasi ini dengan langsung berlari menjauhi Asher.
Asher yang melihat Arabela ingin kabur ingin menahannya dengan menggapai tangannya namun tidak sempat dan kulit mereka sedikit bersentuhan,
Tiba-tiba ia merasa pusing lalu di kepalanya muncul bayangan perempuan yang dia liat di depannya sedang tersenyum sambil mengulurkan tangan nya. Asher terduduk lemas dengan pikiran kosong karena kejadian aneh yang baru saja ia rasakan.
"Ash ngapain duduk disitu? Lu oke kan?"
Sebuah tangan yang cukup besar menepuk bahu Asher, Asher menonggakan kepalanya ke arah orang yang menepuk bahunya.
"Gue gapapa Cas, yu otw nanti telat"
Cassandra membantu Asher bangun dan mereka memutuskan untuk segera pergi ke tempat latihan band mereka.
Tbc..
Vote, kritik dan saran
Terima kasih~

KAMU SEDANG MEMBACA
Monachopsis
Teen Fiction"Ra aku minta maaf, tapi tolong dengerin penjelasan aku." Ucap Asher dengan suara bergetar, "Kamu ga cinta kan sama aku? Selama ini yang kamu omongin ke aku cuma omong kosong" Balas Arabela dengan suara yang tidak kalah bergetar. Asher terdiam dal...