Daycare [3] : A flowery heart

6.8K 1.1K 10
                                    

Satu jam berlalu dan hujan masih turun deras membasahi kota. Gemuruh yang awalnya menyambar dengan kuat kini mulai berkurang, hanya kilatan-kilatan yang tersisa. Jarum jam menunjukkan pukul lima sore dan ketiga anak Adam itu berdiri di dekat pintu masuk tempat penitipan anak. Jeno memandangi keadaan di luar sana, sepertinya ia bisa pulang sekarang.

"Renjun-ssi, aku dan Sungchan akan pulang sekarang. Pasti ibu sudah menunggu di rumah." Ujar Jeno dan berlutut untuk memakaikan jaket pada Sungchan.

"Apa kalian akan baik-baik saja? Jalanan di luar terlihat licin." Renjun khawatir jika sesuatu terjadi pada Jeno maupun Sungchan. Pasalnya hujan masih turun deras dan jalanan terlihat licin, selain itu Sungchan juga takut dengan gemuruh.

"Tidak apa-apa aku akan menyetir dengan hati-hati. Bisakah kau mengantar kami ke mobil menggunakan payung?"

"Ya, tentu saja. Tunggu di sini."

Renjun berbalik kemudian berjalan menuju tabung berisi payung-payung besar. Ia menarik payung berwarna hijau lalu kembali menghampiri Jeno dan Sungchan. Jeno menggendong adiknya terlebih dahulu sebelum berjalan bersama Renjun menuju mobilnya berada. Syukurlah posisinya tidak terlalu jauh jadi mereka langsung sampai dalam waktu beberapa saat.

Jeno meletakkan Sungchan di kursi bayi yang terpasang di kursi samping kemudi tidak lupa memakaikan kupluk ke kepala adiknya agar tetap hangat. Lalu Jeno dan Renjun berputar ke pintu seberang yaitu pintu kemudi.

"Hati-hati di jalan, Jeno-ssi." Ujar Renjun saat Jeno memasang sabuk pengamannya.

Jeno mengangguk membalasnya lalu membenarkan posisi kacamatanya, "kau pulanglah dengan hati-hati juga, sampai jumpa lusa."

"Baiklah. Sampai jumpa," pemuda manis itu melambaikan tangan pada Sungchan, "sampai jumpa Sungchan-ie."

"Bye Njun..." Ujar Sungchan pelan sambil melambaikan tangannya singkat.

Lalu mobil Jeno pun menghilang dari pandangan. Renjun tersenyum kecil, berlari kembali ke dalam bangunan dan mengembalikan payung ke tempatnya. Tak lama kemudian pengasuh yang lain datang menghampiri, itu adalah Kim Doyoung. Senior yang banyak membantu Renjun sejak pertama kali Renjun bekerja di sini.

"Renjun, sepertinya kau dekat dengan kakak dari Lee Sungchan." Ujar Doyoung sambil tersenyum menggoda.

"Eh, tidak kak. Kami baru saja berteman."

"Benarkah? Kurasa kalian cukup serasi untuk menjadi sepasang kekasih."

"Apa!? Jangan berbicara seperti itu kak Doyoung!" Renjun merasakan wajahnya memerah.

Pemuda bermata bulat itu tertawa kencang, "maafkan aku, Renjun. Tapi kalian benar-benar serasi."

"Hentikan!"

"Hei hei hei kalian berdua cepat bereskan kamar anak-anak sebelum pulang ke rumah. Kalian selalu saja berkelahi, dasar."

Mendengar kalimat yang terlontar dari kepala pengasuh di sini yaitu Kun, mereka berdua pun segera menjalankan tugas yaitu membereskan kamar anak-anak. Selama Renjun sibuk melipat selimut serta menyapu lantai, ia merasakan wajahnya memerah hingga ke telinga. Ia malu karena Doyoung berkata bahwa ia tampak serasi jika bersanding dengan Jeno.


.
.
.
.
.

Setelah makan malam selesai, Jeno masih setia duduk di kursi makan sedangkan ayahnya dan adiknya sudah bermain di ruang tengah. Jeno memakan pai apel yang ibunya buat, melahapnya hingga habis karena painya benar-benar enak.

"Terima kasih telah menjemput Sungchan hari ini, Jeno-ya." Ujar sang ibu setelah membersihkan seluruh alat makan yang tadi mereka gunakan. Ia menyesap tehnya kemudian duduk di samping Jeno, ikut memakan pai apel tersebut.

Jeno mengangguk kecil namun ia mendadak diam begitu mengingat sesuatu, "apakah ibu mengenal pengasuh bernama Renjun?" Tanyanya tiba-tiba.

Wanita cantik tersebut memasang senyum kecil, "ibu mengenalnya. Renjun adalah anak yang baik, dia selalu menjaga Sungchan saat ibu menitipkannya di tempat penitipan."

"Kenapa harus Renjun? Bukankah masih banyak pengasuh yang lain?"

"Adikmu itu hanya ingin Renjun, bukan yang lain. Kenapa kamu menanyakan tentang dirinya?" Ibu dari Lee Jeno itu terdiam sesaat sebelum memasang senyum menggoda, "apa kamu berpacaran dengannya?"

"Eh!? Jangan berbicara omong kosong, ibu! Kami hanya sebatas kenal saja!" Jeno mendadak gelagapan. Memutuskan kontak mata dengan ibunya, ia tidak ingin kelihatan gugup karena membahas Renjun.

"Kenapa gelagapan seperti itu? Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

"E-entahlah! Aku harus kembali ke kamar untuk mengerjakan sesuatu, selamat malam."

"Jeno-ya habiskan painya!"

"Sisanya untuk Sungchan saja!" Jeno berlari kecil menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Sang ibu terkekeh geli, ia percaya bahwa pasti ada sesuatu yang terjadi antara Jeno dan Renjun. Biasalah anak muda.

Di dalam kamar Jeno meletakkan kacamatanya di atas meja kerja. Pemuda berhidung mancung itu mematikan lampu utama dan menggantinya dengan lampu yang agak redup. Kemudian ia berbaring di atas kasur empuknya, melipat kedua tangan dan meletakkannya di belakang kepala. Sepasang mata hitamnya memandangi langit-langit kamar.

Huang Renjun.
Nama dan pemiliknya yang selalu menghantui pikiran Jeno. Jeno hafal betul bentuk wajah Renjun, senyumannya, logat bicaranya, dan sikap pedulinya. Hati Jeno berbunga-bunga begitu ia mengingat ia sempat memeluk Renjun bermaksud melindunginya serta melindungi Sungchan dari suara gemuruh. Selain itu, Renjun juga tampak khawatir saat Jeno pulang di tengah hujan lebat.

Lagi lagi Jeno harus menahan senyumannya. Ia ingin mengenal Renjun lebih dalam.

Sepertinya Jeno harus bersiap diri karena lusa adalah hari terakhir di minggu ini Sungchan dititipkan ke tempat penitipan. Jeno pasti akan menjemput Sungchan sekaligus melihat pemuda yang ia sukai itu. Mungkin saja mereka bisa bercengkrama lagi seperti tadi? Atau mungkin saling bertukar nomor ponsel?

Ketika sedang asyik membayangkan sosok Renjun, ponsel Jeno berdenting. Pemuda itu menaikkan satu alisnya kemudian segera membuka pesan yang baru masuk.

Lee Haechan
19.57

Aku sudah membeli mesin kopinya bersama Jaemin.
Harganya mahal karena ternyata promonya sudah habis ㅠㅠ
JANGAN LUPA GANTI UANGKU DAN UANG JAEMIN BESOK PAGI >_<

"Dasar dua anak itu."




.
.
.
.
.

To be continue

.
.
.
.
.



Note :

Kun sama Doyoung sifatnya keibuan banget makanya aku masukin deh meskipun beberapa saat doang.

Hehe

- navypearl -

Daycare Love | JenoRenjun✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang