CHAPTER 9

446 62 21
                                    

Chapter sebelumnya

"Meski sudah 1 tahun berlalu tapi Papa tahu jika ini tidak akan mudah untuk merelakan kepergiannya yang tiba-tiba. Tapi demi Soo Appa, kita harus bisa berusaha merelakannya."

"Hm, aku akan mencobanya Pa."

***

Ji Hoon bersyukur, mata pelajaran olahraga untuk kelasnya jatuh di jam terakhir. Matahari sudah sedikit condong ke barat membuat panasnya tak terlalu terik.

Seperti hari ini, di Jumat pertama bulan September di jam pelajaran terakhir, Jung Sseam membebaskan para siswanya untuk memilih olahraga apa yang ingin dimainkan.

Ji Hoon dan 9 siswa laki-laki lainnya memilih bermain bola basket. Peluh sudah membanjiri tubuh mereka karena sudah bermain selama 1 jam lamanya.

Kemampuan Ji Hoon dalam memainkan si bundar orange ini tidak bisa diremehkan. Ia termasuk dalam pemain inti tim basket sekolah.

Beberapa siswa laki-laki yang lain memilih sepak bola. Sedangkan siswa perempuan memilih voli dan ada juga yang hanya duduk manis menjadi penonton dan supporter.

Ji Hoon fokus memperhatikan teman setimnya – Jung Joon Won yang tengah memdribble bola sambil menghindar dari pertahanan tim lawan.

Namun konsentrasinya sedikit teralihkan ketika suara para siswa perempuan tertangkap telinganya.

"Selamat Sore Lee Sseam!"

Seolah memiliki kehendaknya sendiri, kepala Ji Hoon reflek menoleh dan melihat guru muda itu tersenyum membalas sapaan dari para siswanya.

Terhitung sudah hampir 1 bulan, guru tampan dengan visual mirip mendiang Kyungsoo itu mengajar di El Dorado.

Namun Ji Hoon masih belum bisa untuk melihat Yool Jae sebagai gurunya, sebagai orang asing yang kebetulan memiliki wajah serupa Kyungsoo.

Setiap kali melihat wali kelasnya itu, yang ada dalam benak Ji Hoon masihlah Do Kyungsoo, Appa-nya.

DUG!

Ji Hoon memekik keras ketika kepalanya terhantam bola basket dengan cukup keras.

Tubuhnya ambruk dilapangan. Kedua tim basket segera mendekat ke arahnya. Termasuk si gadis sahabat karibnya – Jung Eun yang meninggalkan lapangan voli segera setelah mendengar teriakan Ji Hoon.

"Ji Hoon-ah! Gwenchanayo?!"

Ji Hoon mengangguk menjawab pertanyaan Jung Eun dengan mata yang masih menutup.

Rasanya sakit sekali jika boleh jujur tapi ia tidak mungkin merengek kesakitan 'kan, bagaimanapun juga Ji Hoon itu laki-laki dan pemain basket sekolah yang seharusnya sudah biasa dengan kecelakaan seperti ini.

"Hei buddy! Maaf. Aku melempar bolanya terlalu kencang."

Joon Won yang merupakan pelaku pelempar bola membantu Ji Hoon untuk duduk. Perlahan kedua mata Ji Hoon terbuka. Tangan kanannya masih setia memijat kepalanya yang berdenyut sakit.

"Ada apa ini?"

Semuanya menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara. Disana ada Lee Yool Jae yang berdiri, menatap kerumunan di tengah lapangan basket dengan wajah cemas.

Guru muda itu berjalan mendekat membuat kerumunan itu bangkit berdri, termasuk Ji Hoon yang dibantu Jung Eun dan Joon Won untuk berdiri.

"Selamat Sore Lee Sseam."

"Sore. Kenapa dengan Ji Hoon?"

Ekspresi wajahnya tidak secemas tadi, ada kelegaan ketika tahu tidak ada hal buruk yang terjadi pada anak didiknya.

A WEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang