CHAPTER 11

429 55 16
                                    

Chapter sebelumnya

Bisa Kyungsoo rasakan tatapan semua orang mengarah kepadanya. Namun ada tatapan yang paling ia rasa berbeda dari yang lain. Tatapan dari seorang remaja tanggung yang duduk di barisan paling depan.

"Hai Nak."

***

Tubuh Chanyeol tersentak ketika sebuah tepukan hinggap di bahunya. Ia menoleh ke samping kanannya dan menemukan seorang pria tersenyum ke arahnya, membuat Chanyeol pun ikut tersenyum.

"Apakah aku terlalu lama?"

Si pria tadi bertanya sambil menempatkan dirinya duduk di samping kanan Chanyeol.

Chanyeol menggelengkan kepalanya masih dengan mempertahankan senyum diwajahnya. Tangan besarnya terulur pada tangan si pria, menggenggam kedua tangan tersebut yang ajaibnya terasa pas dengan satu tangan besar milik Chanyeol.

"Sudah memesan sesuatu?"

Chanyeol kembali menggeleng. "Aku tidak mau menikmati kopi sendiri."

Si pria mendengus seolah ia kesal mendengar gombalan dari Chanyeol tapi wajahnya yang memerah mengatakan jika jantungnya berdebar terharu bahagia. Belum lagi kedua sudut bibirnya yang tidak bisa ditahan untuk tertarik ke atas. Satu tangan Chanyeol yang menganggur mencubit gemas hidung si pria hingga membuatnya mengaduh. Chanyeol yang mendengar justru tergelak.

"Ish, sakit pabbo!"

"SShhh, dilarang mengumpat. Bagaimana jika ada yang mendengar? Kita belum jauh dari area sekolah Chagi."

Wajah si pria semakin merah mendengar dirinya dipanggil dengan panggilan yang sangat manis.

"M-Makanya jangan cubit sembarangan! Ini sakit asal kau tahu."

"Iya, iya. Maaf."

Obrolan mereka terinterupsi dengan kehadiran pelayan yang meletakkan 2 cangkir kopi.

"Silahkan dinikmati Tuan-Tuan."

"Terimakasih."

Si pelayan berlalu pergi. Pria yang kedua tangannya masih dalam genggaman tangan Chanyeol menatap Chanyeol dan cangkir kopi di depan mereka bergantian.

"Katanya belum pesan apapun?!"

Chanyeol terkikik geli. "Tadi hanya bercanda, maaf. Aku sudah pesan dan minta untuk diantarkan saat kau sudah datang."

"Owh, seperti itu. Jangan-jangan semua ucapan yang keluar dari mulutmu juga tidak ada yang serius ya?"

Niat si pria tadi hanya bercanda sebenarnya untuk membalas Chanyeol namun reaksi yang Chanyeol berikan ternyata diluar dugaan.

Wajah Chanyeol berubah serius, ia menatap si pria dengan tajam namun lembut. Tidak penuh ancaman atau intimidasi melainkan kesedihan dan kekecewaan.

Si pria yang sadar dengan perubahan ekspresi wajah Chanyeol langsung panik.

"M-Maaf, aku tidak benar-benar berkata seperti itu. Maafkan aku Chanyeol."

Air muka si pria sudah seperti ingin menangis. Chanyeol tersenyum lembut ke arahnya. Genggamannya pada kedua tangan si pria mengerat.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti. Aku juga tidak akan memaksamu untuk segera percaya padaku. Kita sudah sepakat akan menjalani semuanya apa adanya dan membiarkan semuanya mengalir begitu saja 'kan? Aku tidak menyalahkanmu untuk semua keraguan yang masih ada di hatimu. Aku menyadari siapa diriku. Aku tahu bagaimana brengseknya aku dulu. Tapi aku pastikan semua yang kuucapkan padamu tentang perasaan yang ku miliki untukmu itu bukanlah candaan. Aku ingin memulai semuanya dari awal dan aku memilihmu untuk menjadi teman perjalananku. Menemaniku hingga akhir dan menjadi bagian atas kebahagiaanku nanti."

A WEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang