Cold Boyfriend - 3

8.4K 778 62
                                    

Entah kemana langkah kakinya membawa, Adhisty tak memperdulikan itu, yang jelas ia butuh menjauh sebentar untuk menormalkan perasaannya.

Berat sudah pasti, dan yang jelas kini hatinya masih tak dapat menerima. Tadi selepas ia pergi dari apartemen Reon tak hentinya kedua matanya menteskan buliran air yang sekuat tenaga sudah ia tahan.

Hingga di angkutan umum tak sedikit orang yang bertanya dan khawatir akan kondisinya, namun yang bisa Adhisty jawab hanya gelengan. Karna jika ia membuka bibirnya bukan kata-kata yang akan keluar melainkan isak tangis menyedihkannya.

Hari sudah gelap dan tak ada keinginannya untuk pulang kerumah, ia belum siap bercerita pada Joshua. Pagi tadi ia memamerkan raut bahagianya pada sahabatnya tersebut lalu apa yang akan Joshua katakan jika sekarang melihat penampilan Adhisty yang sudah kacau?

Ingatannya terus berputar kejadian tadi di apartemen Reon dan kini terus menghantui pikirannya.

**

Langkah Adhisty memelan saat mendengar namanya di sebut oleh seseorang di balik pintu kamar Reon.

"Re, kapan kamu akan memutuskan dia?! Ayolah jangan membuatnya terlalu jatuh padamu.. Kamu sudah berhasil membuatku cemburu jadi cepat putuskan dia!"

Tubuhnya kaku sejenak.

Apa maksudnya itu?

Ingin tak lagi mendengar namun perkataan menyakitkan itu terus keluar dan menyayat hatinya.

"Ingat Re! Kamu hanya menjadikan dia alat sebagai ajang pembalasan dendam untukku yang meninggalkanmu dulu, dan aku tau kamu tidak menaruh hati padanya jadi lepaskan dia.. Biarkan dia hidup dengan pilihannya Re.. Jangan menyakiti hatinya lebih dalam lagi!"

Langkah Adhisty perlahan bergerak mundur dengan lunglai, ia pikir selama ini Reon mendekatinya memang tulus ingin membuat sebuah hubungan serius.

Ternyata ada maksud lain di balik ini semua..

Masih berharap bahwa ia salah dan Reon akan menyangkal perkataan dari wanita itu, namun ia menunggu tak ada tanda-tanda Reon akan membelanya, suara pria itu bahkan tak ia dengar.

Akhirnya harapan Adhisty pupus.. Laki-laki itu memang tak pernah menginginkannya, jadi kedekatan mereka yang kemarin itu apa?

Biarlah Adhisty anggap bahwa Reon meminta maaf secara tak lansung dengannya.

Lalu ciuman itu?

Dan juga... Sikap dingin yang selama ini Reon tunjukan memang bukan kepribadian asli pria itu, hanya saja Reon memang menunjukan dengan jelas bahwa Adhisty tak berharga buktinya juga sudah jelas, Reon sangat jarang menghubunginya apalagi menemuinya.

Adhisty tersenyum miris, sekarang semuanya jelas.. Di sini ia merasa tersakiti dan juga menjadi orang yang paling bodoh.. Berharap dengan seseorang yang bahkan tak meliriknya sedikitpun, biarlah ini menjadi pelajaran untuknya..

**

Sedangkan di tempatnya Reon baru saja tersungkur ke tanah. Di depannya berdiri sosok Joshua yang memandangnya dengan tatapan benci dan marah yang sudah jelas tergambar pada raut wajahnya.

Dada Joshua naik turun akibat napasnya yang memburu, satu pukulan baru ia layangkan pada tubuh kekar Reon yang datang ke kediaman Adhisty dan menanyakan sosok gadis itu padanya.

Tadinya Joshua yang khawatir akan kondisi Adhisty yang tiba-tiba saja tak bisa dihubungi namun ia menghalau dan berpikir bahwa gadis itu akan bermalam lagi di tempat Reon. Mengetahui gadis itu yang tengah di mabuk asmara dan tak memberinya kabar akan ia maklumi.

Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang