Tiga detik. Hanya tiga detik bibir mereka menempel, entah karena impuls apa, mungkin kutub magnet bumi sedang bermain-main dengan Hinata dan pria di depannya, Uchiha Sasuke.
Tiga detik namun membuat telinga dan dadanya bising bukan main.
Tapi mengapa?
Hinata mengembuskan napasnya pelan. Matanya masih tertutup, tapi ia juga bisa merasakan embusan napas Sasuke di pipinya.
Kami-sama.
Bolehkah Hinata berdoa agar tanah yang dipijaknya ini retak dan menelannya bulat-bulat?
"Gomen..." Sasuke berbisik dengan suaranya yang berat. Hinata bisa merasakan pria itu berdiri, tak lagi meringkuk melindungi Hinata dengan jubahnya, karena Hinata dapat merasakan panas matahari menyinari wajahnya. Aneh, karena sekarang masih terhitung musim semi,
Atau mungkin saja panas itu berasal dari aliran darahnya, atau dari jantungnya yang masih saja bising luar biasa.Hinata membuka mata. Tak ada Sasuke di depannya. Pria itu berada di ujung danau, jauh dari Hinata, berdiri di samping Raiki dan Kai, bertelanjang dada, lalu melompat ke air. Berada di dalamnya selama beberapa menit, lalu muncul ke permukaan.
Rambut legam yang biasanya melawan gravitasi, sekarang menempel sempurna di leher jenjang Sasuke. Pria itu membalikkan badan, wajahnya penuh dengan tetesan air, menatap Hinata selama beberapa detik, lalu menyelam lagi, kali ini diikuti oleh Raiki dan Kai.
Seperti tak ada yang terjadi beberapa menit lalu.
Bahkan para nakama seperti tak menyadari sesuatu terjadi antara Hinata dan Sasuke.
Tiga detik itu, memang seharusnya tak terjadi.
Anggap saja tak pernah terjadi. Hinata meyakinkan diri di dalam hati.
***
"Ojii-chan hebat sekali!" seru Kai saat sang Ketua Klan Hyuuga mendemonstrasikan hakessho kaiten dengan sempurna.
"Woah, aku tak pernah menyangka bahwa kakekku sehebat ini."
Kali ini Raiki, yang baru tersadar dari rasa terpesona akan kehebatan Hiashi Hyuuga, bertepuk tangan penuh kebanggaan.
Hinata tersenyum melihat anak kembar itu berebut perhatian dari sang ketua klan. Bertanya ini dan itu, sesekali memuji dan mengungkapkan kekaguman.
Tak ada yang berubah dari wajah Hiashi Hyuuga. Ia tetap memasang wajah datar, seakan pujian dua anak kembar itu tak berarti apa-apa.
Ayahnya memang seperti itu. Dingin dan kaku. Namun dalam hati, ia adalah sosok yang hangat dan penuh kasih. Buktinya, ia memperlakukan Raiki dan Kai dengan baik, dan selalu menjawab pertanyaan mereka berdua dengan sabar. Seperti layaknya seorang kakek terhadap cucunya.
"Kurasa Chichiue ingin segera memiliki cucu."
Hanabi, yang datang entah dari mana, mendadak berbisik di telinga Hinata.
Hinata merasa wajahnya memanas. Secara teknis, Raiki dan Kai adalah anaknya meskipun mereka berdua lebih mirip dengan Sasuke.
Tunggu. Sejak kapan nama itu menjadi alasan jantungnya berdetak lebih kencang?
Mengapa sebuah susunan huruf yang terdiri dari S A S U K E membuatnya berdebar-debar?
Menggelengkan kepala dengan cepat, Hinata mengalihkan perhatiannya kepada sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Trouble
FanfictionDua bocah misterius tiba-tiba muncul di hadapan Naruto, membuat semua Rookie Nine gempar. Siapa mereka? A SasuHina Story