Burden

1.6K 229 45
                                    

Naruto dan Sasuke melanjutkan patroli mereka di tengah ketegangan yang menggantung di antara kata-kata yang baru saja diucapkan. Langit di atas mereka dipenuhi oleh awan hitam yang mengancam, tanda bahwa kekacauan yang lebih besar mungkin akan segera terjadi. Namun di bawah permukaan percakapan mereka, ada ketenangan yang sulit dijelaskan—seperti badai yang belum meletus.

Shisui, yang mengikuti di belakang mereka, terlihat mencuri pandang beberapa kali ke arah Sasuke. Di dunia ini, Shisui adalah salah satu shinobi terkuat dan paling dihormati, namun seakan dia bisa merasakan bahwa versi Sasuke yang ini membawa beban yang lebih besar daripada yang pernah ia lihat di mata Uchiha mana pun. Dan menurut Sasuke, itu sangat menyebalkan.

"Jangan menatapku dengan tatapan kasihan, Shisui." Sasuke mulai terganggu. Mata itu seakan mengingatkan bahwa di dunia sana, Sasuke hanya hidup sebatang kara dan kesepian.

"Kau tahu, Sasuke," kata Shisui akhirnya, suaranya tenang namun tegas. "Kadang kita shinobi terlalu sibuk dengan perang dan misi, kita lupa bahwa kita masih manusia. Aku tidak tahu apa yang terjadi di duniamu, tapi aku bisa melihat bahwa kau membawa beban yang berat di hatimu."

Sasuke tidak langsung menjawab, tapi matanya menyipit. Shisui, meski berasal dari dunia yang berbeda, tampaknya masih sama bijaksananya seperti yang selalu dia dengar dari cerita.

"Kau tahu apa tentang beban?" Sasuke berkata dengan nada datar, meskipun pertanyaannya lebih bersifat retoris.

Shisui tersenyum tipis. "Lebih dari yang kau kira. Dan mungkin aku tidak tahu apa yang benar-benar terjadi padamu, tapi aku tahu bahwa kita semua butuh seseorang untuk diandalkan. Kau tidak perlu memikul semuanya sendiri."

Naruto menyeringai, tampaknya setuju dengan Shisui. "Lihat, Sasuke. Bahkan Shisui di sini setuju denganku. Kau butuh teman, dan kau tidak harus menutup perasaanmu sepanjang waktu. Lagipula, kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Dunia ini aneh, lebih aneh dari guru Gai, siapa yang tahu apa yang Tuhan rencanakan untuk kita?"

Sasuke menghela napas panjang, merasa sedikit terdesak oleh nasihat yang terus menerus menghampirinya dari dua sisi. Tapi, di dalam dirinya, ada sedikit percikan yang mulai menyala—pemahaman bahwa meski ia telah menutup hati begitu lama, ia mungkin tidak bisa terus bersembunyi di balik tembok yang ia bangun sendiri.

Ketika patroli mereka semakin mendekati perbatasan kekkai, tiba-tiba mereka merasakan sesuatu yang aneh. Udara di sekitar mereka bergetar, dan chakra yang sangat besar mulai berkumpul di satu titik, menggetarkan tanah di bawah kaki mereka.

Shinobi dari klan Hyuuga yang berada bersama mereka segera mengaktifkan Byakugan, matanya melebar saat melihat ke kejauhan. "Ada sesuatu... di sana. Chakra besar...!"

Naruto menatap Sasuke dengan penuh tekad, kemudian kembali menatap ke arah getaran itu. "Apapun itu, kita harus bersiap. Ini bisa jadi serangan dari Momoshiki lagi, atau sesuatu yang lebih buruk."

Sasuke segera mengaktifkan Sharingan-nya, memeriksa chakra yang mendekat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. "Kita tidak punya waktu banyak. Siap atau tidak, kita harus menghadapi ini sekarang."

Mereka berempat melaju ke arah sumber gangguan itu, perasaan tak menentu menghantui mereka. Pikiran Sasuke masih terpecah antara Hinata, perasaannya, dan tanggung jawab yang selalu ia bawa. Namun, ketika langkah mereka semakin cepat menuju bahaya, ia tahu bahwa untuk saat ini, ia harus menyingkirkan semua kebimbangan dan fokus pada satu hal: bertahan hidup.

Saat mereka mendekati pusat getaran itu, chakra yang mengerikan mulai terlihat. Di depan mereka, sosok bayangan besar mulai terbentuk dari kegelapan, dan aura jahat yang menyelimuti mereka semakin terasa.

Double TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang