****
Pada sebuah rumah dengan lampu yang tidak banyak menyala, seorang wanita muda tengah duduk pada sebuah sofa dengan rambut tergerai mengulas senyum sumringah pada Topan yang kala itu tengah menatap langit-langit dengan sorot mata yang sulit dimengerti. Wajahnya jelas sekali nampak begitu sayu dan lelah.
Topan yang baru saja datang terdiam sejenak ditempat dengan mata terpaku pada sosok cantik dihadapannya. Seakan tersentak dengan keadaan wanita itu saat ini.
"Mas." Wanita itu sontak berdiri dengan wajah cerah. Lalu melangkah menghampiri Topan masih dengan senyum sumringah.
Topam untuk sesaat masih terdiam. Bingung dan tidak mengerti dengan keadaan yang ada.
"Mas, jangan melamun." Langkah Helen pun terhenti.
"Kamu terlihat baik-baik aja." Tutur Topan tiba-tiba dengan suara datar. "Kamu bohongin aku." Sepertinya amarah laki-laki itu mulai meledak, terlihat dari tarikan nafasnya yang begitu berat dan degupan jantung yang sangat cepat.
Sang wanita masih mengulas senyum diwajah seperti tanpa ada rasa bersalah.
Lalu semakin ia mendekat pada Topan hingga tanpa jarak. "Aku kangen kamu." Sontak memeluk erat dan menyenderkan kepala di dada Topan yang tengah berdegup-degup.
Untuk perilaku itu rahang Topan menegang. Ia memalingkan wajah sejenak. "Bukannya sudah aku bilang jangan hubungi aku, kalau aku sedang dirumah." Ia mendorong tubuh Helen dengan kuat agar menjauh darinya.
Oleh perilaku itu tentu saja Helen terkejut. "Mas Topan!" Protesnya setengah berteriak. "Kamu mau celakain aku? Mau celakain anak kita, iya?!"
"Karena kamu bohong sama aku!" Sentak Topan.
Keduanya lantas terdiam untuk sesaat dengan emosi yang berbeda.
Ada sorot mata yang sulit diartikan dari mata Helen. Hingga beberapa saat kemudian Helen berusaha tersenyum dan menahan diri.
Kemudian wanita itu pun memajukan bibir dan menggerutu manja. "Udah deh mas, gak usah marah-marah." Meraih kedua telapak tangan Topan. "Ini anak kamu loh yang minta buat ditemani ayahnya." Lalu mendekatkan wajah dan mengarahkan tangan Topan pada perutnya yang sudah kencang dan hampir membuncit.
"Anak kita kangen kamu." Bisik Helen yang lantas membuat rahang Topan semakin menegang keras.
Topan benar-benar tidak bisa berkata-kata oleh perilaku wanita yang ada dihadapannya ini. Ia menarik tangannya perlahan dari perut Helen. "Apa kamu benar-benar nggak bisa ngertiin aku." Tatapan mata Topan semakin menusuk. "Aku punya keluarga. Aku punya anak dan istri."
Namun, Helen sepertinya tak kehabisan akal. Ia menarik kembali kedua telapak tangan Topan dan mengarahkannya ke perut sembari menggerakan tangan Topan seperti mengelus. "Tapi ini juga anak kamu, sayang. Dia juga butuh kamu, dia butuh ayahnya. Aku pun juga sama."
Kedua telapak tangannya kembali ditarik oleh Topan dari perut Helen. Sirat penuh arti ia berikan pada wanita di hadapan nya tersebut.
Hingga tiba-tiba, "Karena kamu terlihat baik-baik saja, aku mau pulang." Lalu memutar tubuh dan melangkah cepat.
"Nggak." Helen mengejar. "Jangan pulang." Ia merentangkan kedua tangan saat sudah berhasil menyusul dan berdiri dihadapan Topan. "Aku nggak bolehin kamu pulang. Aku juga berhak atas kamu." Kedua mata helen sudah berkaca-kaca. "Aku lagi mengandung anak kamu sekarang."
"Kamu bukan siapa-siapa bagi aku. Aku gak punya kewajiban untuk—"
"Nikahin aku." Helen memutus ucapan Topan dengan segera.
Jelas saja itu membuat Topan semakin tersulut amarah. Seperti ada sesuatu yang menekan dirinya dengan paksa.
"Nikahin aku secepatnya! " Teriak Helen lagi. "Nikahin aku mas Topan! Atau wanita itu akan benar-benar tau semuanya." Keduanya dada Helen terlihat naik turun saat itu. Wanita itu terengah-engah karena sudah sekuat tenaga berteriak.
Menyusahkan, Topan benar-benar seperti tidak bisa berkutik dibuat oleh wanita yang ada dihapannya ini. Helen sangat semena-mena padanya. Ia benar-benar takut jika wanita ini akan terus membuatnya terikat. Lalu menyebabkan rumah tangganya dan Mika menjadi berantakan. Ia harus memastikan bahwa Mika tidak akan pernah tahu soal ini.
Mungkin lebih baik ia tenangkan dulu Helen sekarang.
Topan lantas berusaha sekuat tenaga menguasai amarahnya dengan terpaksa. "Nanti, nggak sekarang." Lirih laki-laki itu.
Hanya oleh satu kalimat lembut yang dikeluarkan oleh Topan. Helen pun luluh. "Secepatnya mas. Kehamilan aku akan semakin membesar." Rengeknya dengan wajah mencebik manja.
"Kalau kamu ingin aku nikahin, tolong turuti permintaan aku. Aku mohon. Jangan membuat aku sulit Helen."
Helen melangkah untuk mendekat. Senyum wanita itu pun kembali mengembang dengan kedua mata yang berbinar.
"Mas janji kan?" Tatapannya pada Topan penuh harap.
Oleh pertanyaan itu Topan mengangguk terpaksa dengan senyum hambar.
"Bener." Lalu kembali memeluk Topan dengan erat. "Kapan tapi mas? Aku harus siap-siap buat pernikahan kita."
Entahlah, Topan mendengar perkataan Helen atau tidak. Wanita itu hanya samar ditelinganya. Telinga laki-laki itu tiba-tiba seperti berdengung kuat.
Ya Tuhan, bagaimana ini. Apa yang harus ia lakukan. Bagaimana ia harus memperbaiki ini semua. Hanya karena sebuah kesalahan dirinya harus merasakan banyak ketakutan.
Mika.
Jio.
Kedua orang paling berharga dihidupnya itu terus terngiang-ngiang di kepadanya saat ini.
Maafin ayah, bun. Maafin ayah nak.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Skandal Video
Storie d'amoreCerita Ini merupakan asli dari buah pikiran saya sendiri yang sebagian terinspirasi dari kejadian-kejadian yang saya lihat. Bila ada kesamaan nama tokoh dan latar mohon dimaklumi. * * Betapa hancur hati Mika Maharani, wanita berusia 30 tahun itu men...