vier

9 2 4
                                    

"Jared!"

Carlos melambaikan tangannya dari depan toko Jared bekerja. Pria itu tampak membawa beberapa makanan ringan. Jared yang baru selesai bekerja menghampiri Carlos dan berhigh five dengan pria beranak satu.

"Untukku, huh?" Tanya Jared sambil melihat seplastik makanan ringan.

"Untuk Bella," jawab Carlos membuat Jared tersenyum kecut. Benar-benar pede sekali, padahal makanan itu untuk Bella.

Carlos menyadarinya, lalu langsung menepuk Jared. "Tenang saja kau bisa memakannya bersama anakku, ayo!"

Akhirnya Jared menyuruh Carlos untuk naik ke mobilnya memutuskan untuk menuju rumah kakek dan nenek Bella, rumah mereka tidak terlalu jauh. Bella dititipkan ke nenek dan kakeknya selama Carlos dan istrinya yang bernama Melian bekerja. Keduanya sama-sama bertanggung jawab untuk anak mereka, Jared salut.

Sampai di sana, Carlos dan Jared di sambut hangat oleh mereka. Ada Bella juga yang sedang memeluk ayahnya. "Um Bella, ini ayah belikan makanan untukmu. Kau makan di dalam ya, ayah ingin berbicara dengan paman Jared dulu," ucap Carlos, pria itu memberikan plastik makanan ringan pada Bella, tentu saja dengan senang hati anak itu mau menuruti permintaan Carlos.

"Mom, dad. Aku keluar dulu ya, di sekitar halaman saja," ucap Carlos pada ayah dan ibunya. Mereka mengangguk, kemudian membawa Bella ke dalam.

Jared hanya diam dan kembali mengikuti Carlos menuju halaman rumah yang luas. "Ya seperti ucapanku sebelumnya, aku ingin menjelaskan masalahku dengan Meli--"

"Kau tidak perlu menjelaskannya Carlos. Itu urusan keluargamu," sanggah Jared. Sejujurnya walaupun ia penasaran, namun ia tidak memiliki hak apapun untuk mengetahuinya. Itu urusan keluarga mereka.

"Aku sudah percaya denganmu jadi aku memilih untuk bercerita denganmu. Mungkin ini bisa menjadi menghilang bebanku," ucap Carlos, pria itu menunduk, Jared hanya diam untuk mendengarkan, ya mungkin saja bercerita padanya bisa menjadi pelepas beban untuk sahabatnya. Carlos menoleh, kemudian menatap Jared dengan tatapan yang sulit untuk diartikan lelaki berusia dua puluh lima tahun tersebut.

"Melian ingin jika kami pindah rumah. Dengan alasan bahwa gaji di sini tidak cukup untuk membiayai keperluan bersama, tapi aku menolak, aku percaya bahwa penghasilan kami berdua sangat mencukupi, kami berdebat saat itu, hingga berkata kasar. Hingga saat ini juga, Melian masih bersikap acuh padaku sejak saat itu."

Mendengar penjelasan Carlos, Jared tidak bisa berbuat banyak, dirinya belum terlalu paham akan masalah rumah tangga. Sehingga Jared lebih memilih untuk menepuk-nepuk bahu Carlos, diharap bisa memberikan ketenangan dan semangat.

"Maafkan aku Jared," ucap Carlos secara mendadak. Membuat Jared kebingungan.

"Untuk apa?"

"Mukamu terlihat sangat polos. Maafkan aku bercerita seperti ini sehingga membuatmu seperti tidak tahu apa-apa," ucap Carlos sambil terkekeh. Namun Jared tidak melihat jika Carlos memang berniat meminta maaf karena itu, terlihat ada hal lain yang janggal, walau demikian. Jared ikut terkekeh juga, bahkan ia mendorong Carlos ke samping hingga keseimbangan Carlos goyah. Mereka terlihat seperti kakak dan adik.

Melian mendadak muncul, tatapannya tertuju pada Carlos lalu berganti pada Jared, tatapan Melian tidak bisa diartikan oleh Jared, sementara Jared tersenyum pada Melian, istri Carlos itu membalasnya dengan senyuman tipis sebelum memasuki pintu berwarna abu.

"Bruh, agaknya istrimu sudah mulai berbaik hati. Kau lihatkan tadi dia tersenyum, mungkin kau bisa berbaikan lagi dengannya," sahut Jared sambil menyenggol Carlos.

Carlos hanya diam menatap rumah ayah dan ibunya. "Kau ingin melakukannya lagi?" Tanya Carlos. Bertujuan untuk mengalihkan pembicaraan.

Jelas saja Jared pasti langsung mengerti apa maksud ucapan Carlos. "Tidak. Aku tidak memiliki alasan pasti mengapa aku tidak melakukannya. Hari ini aku ingin menginap di rumah paman dan bibiku," ucap Jared sambil tersenyum.

"Jared," panggil Carlos. Jared hanya menunggu Carlos untuk meneruskan kata-katanya.

"Jangan terlalu sering ya, aku turut senang hari ini karena kau tidak ingin melakukannya. Aku peduli padamu, Jared. Kau sudah seperti adikku," ucap Carlos. Jared hanya diam memandang lurus ke depan. Apa yang diucapkan Carlos terdengar tulus bagi Jared, ayah beranak satu itu agaknya memang sudah menganggap Jared seperti adiknya. Namun bagaimanapun Carlos bisa saja menjadi ancaman untuknya di masa depan, jika pria itu berani untuk melaporkannya.

Terdengar Jared yang menghembuskan napas kasar. Dirinya tidak tahu harus bagaimana lagi.

"Terima kasih. Aku pulang dulu, titip salam pada keluargamu. Jangan lupa pada Bella juga. Lupakan saja soal makanannya," ucap Carlos diiringi senyuman tipis.

Jared pergi. Carlos masih memandang kepergian Jared. Ada perasaan tak enak hati melihatnya. Jared adalah orang baik, Carlos selalu percaya pada hal itu.

•••

"Hey kau memotong antrean!" Laura berkata pada seorang pria bertubuh kekar yang memotong antreannya. Padahal gadis itu sudah menunggu cukup lama. Bisa dimengertikan bagaimana kesalnya Laura.

"Diamlah pincang, aku lapar!"

Laura membelalakan matanya, orang di depannya ini sangat tidak tahu diri, ia mengepalkan jemarinya dengan penuh amarah. "Memangnya kau saja yang lapar, aku juga lapar, kami semua juga lapar!"

"Oh rupanya kau ingin berdebat denganku gadis pincang?" Tanya pria tersebut sambil menatap remeh pada Laura. Benar-benar mencari masalah.

Saat itu Laura benar-benar tersulut emosinya, ia hendak melayangkan pukulan, Jared tiba-tiba hadir disamping Laura dan menarik gadis itu keluar dari antrean. Jelas saja Laura menggeram kesal. "Duduk di sana, aku yang akan membuatkannya untukmu," ucap Jared sambil menunjuk salah satu meja.

"Pakai saus tomat atau cabai?" Tanya Jared.

"Opsi ke satu," ucap Laura. Sejujurnya masih kesal pada pria itu. Tapi dirinya juga berterima kasih pada Jared yang berhasil membuatnya jauh dari pria sialan tersebut, jika tidak, Laura sudah pastikan pria sialan tadi sudah masuk rumah sakit.

Tidak lama kemudian Jared datang membawakannya burger hangat. Lelaki tersebut menarik kursi dan duduk di hadapan Laura. "Kau ini benar-benar suka mencari masalah ya?" Tanya Jared. Hari pertama mereka bertemu saja Laura sudah mencari ribut dengannya, sekarang Jared melihat sendiri bagaimana Laura yang tak takut sama sekali berhadapan dengan pria bertubuh kekar.

"Aku bukan mencari masalah. Hanya saja, kau tahu kan bagaimana perasaanmu ketika kau antre cukup lama, lalu ada yang memotongnya sehingga kau harus menunggu cukup lama lagi?!" Sambil berkata Laura memakan burgernya, entah mengapa Jared tersenyum melihatnya.

"Ya. I can understand what you feeling. Jadi jika aku tidak menarikmu, kau akan bertengkar saat itu juga dengannya?"

"Benar. Akan aku pastikan dia masuk rumah sakit."

"Wah aku sangat takut mendengarnya," ucap Jared menggoda Laura yang terlihat masih emosi. Jared pergi dari hadapan Laura, kembali melakukan pekerjaannya.

"Jared!! Buatkan yang spesial ya!!"

"Oh jadi namanya Jared. Hm nama yang bagus."

•••

Melian Meridia Sebastian= Istri tercinta Carlos.

Bacanya yang teliti ya:v banyak clue2 kecil yang akan berpengaruh di chapter selanjutnya. Salam sehat. Ehe
See you!!

the nicholasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang