"Ini memang telah direncanakan, namun dua orang penembak itu mati dengan peluru di kepalanya. Itu artinya, ada tiga orang penembak di satu lokasi yang sama. Namun satu penembak misterius itu adalah pembunuh yang sama di hari-hari sebelumnya, karena kita menemukan peluru yang sama percis dengan yang digunakan pembunuh sebelumnya," ucap Samanta, agen FBI yang sedang pusing oleh kasus terbaru ini.
Komandan Smith menatap layar monitor di depannya. Dua puluh satu orang telah meninggal dengan tembakan misterius, tidak ada satupun yang tahu siapa orang di balik penembakan tersebut, bahkan sehebatnya FBI mereka belum bisa menemukan bukti yang cukup.
"Orang itu sangat bersih dan tahu bagaimana tidak meninggalkan jejak sama sekali," gumam Smith.
"Sir, orang itu menggunakan senjata kedap suara sehingga kami sulit untuk mengetahui darimana asal suaranya, namun kami berusaha untuk mengetahui pelaku tersebut secepatnya."
Komandan Smith mengangguk. "Aku jadi teringat seseorang. Arghh...Kasus kali ini benar-benar menguras tenaga dan pikiranku."
•••
Hari ini Jared tidak melakukan apa yang biasa ia lakukan, bukan takut pada para polisi, detektif, bahkan FBI yang sedang berkeliaran sekalipun, hanya satu alasannya, Jared perlu menenangkan diri.
Membunuh orang menggunakan kemampuannya hanyalah pengalihan belaka, Jared memang senang melakukan itu, namun ia tidak pernah menemukan arti bahagia yang sesungguhnya.
Hidup akan bayang-bayang kematian sahabat-sahabatnya bukanlah hal yang mudah untuk di jalani. Setiap harinya Jared selalu berusaha untuk berdamai dengan diri sendiri, namun selalu menemukan kenyataan pahit bahwa ia tidak pernah mampu melakukannya.
"Permisi, bolehkah aku duduk di sini?"
Jared yang sedang melamun di kursi dekat sungai langsung menegadah. Mengetahui siapa orang di depannya membuat Jared diam membisu.
Gadis malam itu, gadis yang hendak menjadi sasarannya, gadis yang hendak menjadi sasaran dua orang tidak di kenal, gadis yang berteriak meminta tolong untuk diambilkan tongkatnya pada orang lain yang bahkan sama sekali tidak peduli padanya, dan gadis yang ia selamatkan nyawanya.
"Permisi?" Gadis itu kembali berkata yang membuyarkan segalanya. Jared langsung mengangguk kaku, matanya tidak pernah lepas dari pergerakan gadis yang kini sudah berada di disampingnya.
Merasa di perhatikan, gadis di sampingnya menoleh dan menatap kembali Jared. "Mengapa kau melihatku terus?" Tanya gadis itu, bahkan sampai menutup buku yang sedang dibacanya, menandakan jika sikap Jared sudah membuatnya merasa tak nyaman, mungkin.
"A-aku?" Tanya Jared yang berubah menjadi gugup.
"Siapa lagi?"
"Ah tidak, aku merasa seperti memang pernah bertemu denganmu sebelumnya," ucap Jared, padahal di dalam hatinya berucap jika memang Jared sudah pernah bertemu gadis itu.
"Seriously, dimana?"
Jared diam sejenak, gadis ini nampaknya mulai tertarik untuk memulai percakapan. Jared nampak berpikir untuk tidak menjawab jika mereka bertemu saat penembakan tersebut.
"Ah tapi aku yakin jika itu bukan kau," ucap Jared. Gadis itu hanya mengangguk dan kembali membuka buku.
"Kau tahu penembakan yang terjadi berturut-turut itu?" Tanya Jared namun tidak memandang lawan bicaranya.
"Ya, aku hanya tidak menyangka jika aku berhasil selamat, aku sangat berterima kasih pada seseorang yang menembak dua penembak itu," ucap gadis tersebut, tetap melihat kearah buku yang dibacanya. Jared tak sengaja tersenyum mendengar itu.
"Honestly, kejadian kemarin malam benar-benar membuatku pusing. I don't understand, siapa sebenarnya pelaku atas kejadian kemarin. What's your opinion about that, dan menurutmu siapa pelaku aslinya?"
Jared menghela napasnya, mengangkat bahu seolah-olah tidak tahu siapa pelakunya. "Who knows."
"Hanya itu?" Gadis itu menatap tak percaya pada Jared, padahal ia menginginkan pendapat Jared tentang kejadian malam namun hanya itu yang ia dengar dari pria yang sedang duduk disampingnya.
"Memangnya aku harus apa? Aku bukan peramal jadi jangan bertanya padaku, menyebalkan," ucap Jared kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain. Sedangkan gadis itu mengubah mimik wajahnya menjadi aneh.
"Emosimu tidak stabil, padahal kau seorang laki-laki," gumamnya dan mengalihkan pandangannya kembali pada buku.
"Aku juga manusia, memangnya hanya perempuan saja yang manusia," ucap Jared kembali menimpali gumaman gadis disampingnya. "Sudahlah aku malas berdebat denganmu," sahut gadis itu, kemudian merapikan bukunya dan bergegas pergi begitu saja.
Jared memandang aneh kearah gadis yang sempat duduk di sampingnya. "Siapa yang mengajaknya debat?"
BRUK
Jared menahan tawanya melihat gadis yang didepannya terjatuh. Bahkan tidak ada niatan sama sekali untuk menolongnya. Gadis yang terjatuh menoleh kearah Jared yang sedang menahan tawa, tentu saja gadis itu kesal.
"Hey!! Kau tidak ingin membantuku?" Ucap gadis yang terjatuh.
"Untuk apa? Tanganmu masih berfungsikan? Gunakan saja!" Sahut Jared. Mendengar itu gadis itu semakin dia buat kesal, Jared benar-benar orang yang tak peduli pada sekitar, namun sekarang Jared melirik kearah gadis yang kini sedang komat kamit sambil merapihkan bukunya.
Sebuah tangan membantu untuk merapihkan buku yang terjatuh. Setelahnya gadis tersebut mendadak terkejut saat Jared menggendongnya dan mendudukkannya di kursi taman tadi. Jared memberikan kedua tongkat itu pada gadis tersebut.
"Tasmu berat, aku sarankan jangan terlalu banyak bawaan, jika kau mau, aku bisa membantumu menuju tempat tujuanmu," ucap Jared menawarkan bantuan. Sementara gadis tersebut dibuat berpikir, benar Jared adalah orang yang cepat berubah, atau mungkin Jared memang benar-benar peduli pada orang lain?
"Oy pendek! Dengar aku tidak?!"
"Sialan, kau memanggilku pendek?!"
Jared menghembuskan napasnya kasar. Sudahlah orang didepannya benar-benar menjengkelkan, menghancurkan moodnya saja. Jared meletakkan tongkat pembantu di samping gadis itu.
"Namaku Laura."
Jared memandang Laura, "sudah tahu!"
Laura yang mendengarnya terkejut. Sebelumnya dia belum memperkenalkan diri. "Ck mukamu itu. Aku sudah tahu dari tongkatmu. Lihat saja, itu namamukan? Laura Errynsilla," ucap Jared.
"Namamu cukup bagus," puji Jared. Hanya seperti itu lalu pergi meninggalkan Laura. Padahal gadis itu ingin menanyakan nama dari Jared, orang yang tertawa melihatnya jatuh, dan juga orang yang menolongnya.
"Apa mungkin?" Gumam Laura.
•••
Laura Errynsilla = Gadis yang diselamatkan Jared saat malam penembakan
Thanks for your vote. I hope you like this. See you in another chapter.
Bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
the nicholas
ActionMembunuh banyak orang, Jared sepenuhnya sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Di samping itu ia mengalami trauma akibat kematian empat sahabatnya, tidak ada yang dapat menghilangkan rasa traumanya selain melakukan kegiatan yang...