neun

9 3 2
                                    

"Jared. Dia bilang padaku bahwa kau harus menjaga sepupu-sepupumu itu, kau bisa bekerja sama dengan George."

"Dia bilang seperti itu padaku?"

"Iya. Bahkan disaat mereka terbangun dari komanya, orang pertama yang mereka cari adalah namamu, Jared."

"Lalu dia berpesan apa lagi?"

"Dokter Alina yang menangani bibimu bilang bahwa kau harus tetap bahagia, dan pamanmu juga bilang seperti itu padaku."

"Terima kasih dokter. Terima kasih telah berusaha untuk menyelamatkan nyawa paman dan bibiku."

Setelah suasana mulai sepi, Jared menghampiri makam Jack dan Grace. Mereka terlalu cepat pergi, Jared masih sangat membutuhkan mereka di sampingnya, bahkan untuk selamanya.

"Bahkan kalian pergi tanpa pamit denganku. Paman...apakah panggilan teleponmu siang tadi bisa aku anggap sebagai ucapan pamit padaku?"

Jared tidak pernah menangis lagi sejak mendengar kabar bahwa mereka berdua telah tiada. Air matanya seakan kering dan tak mampu untuk menetes kembali. Jared begitu sangat rapuh, dirinya terlalu banyak ditinggalkan dalam waktu yang cepat. Melihat kematian, bukan menjadi hal yang jarang untuk dilihatnya, namun jika seperti ini, Jared sangat tidak mampu untuk kembali berdiri.

Lalu, bagaimana dengan keluarga dari orang-orang yang Jared bunuh semata-mata hanya untuk kepuasannya. Pada dasarnya Jared memang sangat naif, ia tidak ingin kehilangan orang-orang ia sayang namun ia malah membunuh orang lain.

Jared meletakkan dua bunga di masing-masing makam. Menatap keduanya dengan tatapan datar, namun terlihat menyedihkan. Setelah itu berjalan menjauhi pemakaman mereka tanpa menoleh kebelakang. Jared berusaha untuk tetap berjalan fokus ke depan.

Sementara dilain tempat. Carlos berjalan mondar-mandir di halaman teras rumahnya sambil sesekali menghubungi nomor Jared yang tidak aktif. Melian yang melihat itu berusaha untuk menenangkan suaminya, untuk kali ini Melian khawatir akan kondisi Jared, mendengar kabar dari suaminya jika paman dan bibi Jared keracunan.

"Dia bilang padaku bahwa dia akan menghubungi aku lagi. Tapi sampai sekarang dia sama sekali tidak melakukannya. Aku khawatir padanya, Melian. Apa terjadi sesuatu di sana?"

Carlos terlihat sangat khawatir, Melian bisa melihat itu dengan sangat jelas. Untuk menenangkannya Melian menggengam erat jemari Carlos.

"Everything will be fine. Dia mungkin lupa untuk menghubungimu. Jadi sekarang aku harap kau bisa sedikit tenang ya?"

Carlos hanya menghela napasnya pelan. Benar apa kata Melian, mungkin Jared sedang sibuk, jika memungkinkan pasti Jared akan menghubunginya. Cepat atau lambat.

Mendadak ponsel Carlos berbunyi, menampilkan nama sang penelpon. Jared. Dengan penuh semangat dan khawatir, Carlos mengangkat telepon itu.

"Carlos. Apa kau sedang ada di rumah?"

"Iya. Aku sedang menunggu kabarmu, Jared."

"Ah iya. Notifikasi teleponmu membanjiri ponselku, sepenting itukah aku hingga kau terus menelponku?"

Carlos mengernyit kebingungan. "Kau baik-baik saja?"

"Carlos. Kenapa kau berbohong padaku? Kau bilang, mereka akan baik-baik saja. Paman dan bibiku, mereka tidak selamat. Mereka tidak menepati janjinya untuk terus bersama."

Mata Carlos melebar mendengar penyataan yang menyakitkan itu. Melian yang mendengar ikut terkejut, bahkan kini kedua matanya berkaca-kaca, ini tidak palsu, Melian benar-benar terkejut mendengar semua itu.

Carlos mendengar helaan napas yang berat dari teleponnya. "Aku tutup ya teleponnya. Aku ingin meluangkan waktu untuk diriku sendiri terlebih dahulu, terima kasih Carlos."

Panggilan terputus secara sepihak. Carlos memandang ponselnya dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Suara Jared terus terngiang-ngiang di pikirannya. Kemungkinan terbesarnya, Jared sedang tidak baik-baik saja. Sangat tidak baik-baik saja.

"Melian, aku harus menyusul Ja--"

"Stop Carlos! Kau dengarkan apa yang diucapkan Jared tadi? Dia menginginkan waktunya sendiri. Jadi biarkan dia menikmatinya," ucap Melian, mereka memang berduka mendengar kabar tersebut, namun seharusnya Carlos tahu batasannya, Melian selalu mengingatkan itu. Dia ingin suaminya baik-baik saja.

"Dia akan baik-baik saja," tambah Melian.

"Bagaimana kau tahu bahwa dia baik-baik saja? Kau tahu kan latar belakang dari Jared? Paman dan bibinya sangat amat berharga untuk Jared! Bagaimana mungkin kau selalu berkata bahwa dia baik-baik saja? Bagaimana bisa Melian? Sebenarnya apa yang kau pikirkan?"

"CARLOS! Apa kau sudah tidak tahu batasanmu sebagai sahabatnya? Turuti apa yang dia ucapkan! Aku tahu dia sedang tidak baik-baik saja, aku tahu mentalnya sangat terguncang! Tapi kau harus ingat! Jared adalah orang yang kuat, aku yakin dia mampu melewati semua yang menyakitkan ini!"

Untuk kesekian kalinya, Carlos dan Melian berdebat hanya karena Jared. Carlos yang selalu protektif pada Jared, dan Melian yang selalu berusaha melindungi suaminya. Mereka akan selalu berjalan dengan keadaan seperti itu jika Jared tidak menghentikan semuanya. Retak, rumah tangga mereka bahkan hampir retak hanya karena hal itu, tentu saja Melian tidak ingin itu terus berjalan, ia ingin bebas.

"aku ingin meluangkan waktu untuk diriku sendiri terlebih dahulu."

Carlos menunduk, mengapa jadi seperti ini. Semuanya perlahan rumit, Carlos semakin terpaku dengan Jared. Bukankah pada awalnya dia menghindari Jared walau mereka terikat dalam ikatan persahabatan. Mengapa perlahan Carlos mulai memiliki empati pada Jared.

"Mengapa?"

•••

"Shit! Kau membunuh mereka!" Seseorang menggebrak meja dengan penuh amarah. Tidak pernah menyangka jika orang di depannya bisa melakukan hal tersebut.

"Ah aku tidak sengaja. Ternyata aku baru menyadari bahwa aku menaburkannya sangat banyak. Hm..sorry." Tidak ada rasa penyeselan sama sekali dari nada suaranya.

"Hell!! Tidak sengaja katamu? Apa yang ada dipikiranmu! Kau baru saja membunuh orang yang penting untuk Jared!"

"Ish ish kau bisa diam tidak? Lagi pula dengan cara itu, mentalnya perlahan akan hancur. Dia akan semakin dibuat menderita oleh semua kejadian-kejadian seperti itu. Oh iya, apa perlu kita membunuh sahabatnya juga? Carlos kan namanya?"

"Stop!"

"Eh? Baru kali ini aku melihatmu seperti ini. Agaknya kau mulai memiliki rasa ya pada Jared? Ah itu sangat berbahaya tahu, aku sarankan jangan. Karena sebentar lagi dia akan kita jebloskan ke penjara. Dia akan membusuk di sana!"

"Bahkan kita belum tahu apakah benar Jared pelakunya atau bukan? Apa semudah itu bagimu menuduh orang yang tak berdosa?"

"Woah cantikku. Kemana saja kau ini. Apa yang selama ini kau kerjakan hah? Aku sudah mendapatkan informasinya lebih cepat dari apa yang sedang kau telusuri, ternyata kau memang benar sudah memiliki rasa padanya kan sehingga kau begitu lamban. Satu lagi, si pincang itu juga, pasti memiliki rasa juga kan?" Pria itu menyeringai, senyuman sinis terlihat di sana.

"Smith Rhett! Kumohon jangan pernah mengorbankan kembali nyawa seseorang!"

Kemudian orang itu pergi dengan langkah yang besar dan cepat.

•••

Jeng jeng jeng
Smith Rhett mulai nampak guys!! Ternyata dia adalah dalang dari semuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the nicholasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang