#4 Diary

28 15 1
                                    

Tak terasa tinggal lima hari lagi Alisha sudah kelas sebelas, ia sudah tidak sabar. Ya, walaupun ia sudah muak dengan kelakuan kakak kelasnya karena suka semena mena membully orang yang tak bersalah.

Tapi, harus ia akui juga bahwa kakak kelasnya itu pintar. Siapa sih yang bisa menolak pesona Aliandra Maheswara? Jago nyanyi iya, jago basket iya, orang dia kaptennya. Pintar iya, tampan jangan ditanya lagi. Sudah pasti jawabannya Iya.

Ini kenapa jadi muji Aliandra?! Ck!

Mungkin yang fans Aliandra tau, Aliandra itu orang baik, pintar dan segalanya. Tapi yang Alisha tau, Aliandra itu kasar, suka membully orang. Tidak pandang bulu, laki laki dan perempuan sama saja menurutnya.

Alisha baru sadar, ternyata cinta membutakan segalanya. Ia sudah berulang kali dinasehati Firda agar segera menjauhi Aliandra, namun tak ia dengarkan. Jadilah ia menyesal sekarang.

Menyesal karena tak mendengarkan Firda!

Setelah Aliandra tau bahwa Alisha suka padanya, pemuda itu malah semakin membully Alisha. Entah apa motifnya Alisha juga tak tahu. Padahal Alisha rasa, ia tak pernah melakukan kesalahan pada Aliandra. Kenapa ia yang dibully? Jujur, fisik dan batin Alisha sudah lelah soal ini. Rasanya badan Alisha sakit semua.

Ia sudah bertekad untuk menjauhi Aliandra, apalagi setelah tau kebrengsekan Aliandra. Dan itu semua dari Firda, sahabatnya. Yang ternyata adalah sepupu Aliandra. Ck, pantas saja tau.

Alisha baru sadar bahwa marga mereka sama yang berasal dari kakek mereka. Edwin Maheswara.

Nama Firda adalah Firda Arine Maheswara. Dan nama sepupunya adalah Aliandra Maheswara.

Gadis itu jadi ingat perkataan Firda tempo hari.

“Cinta boleh tapi bego jangan. Mungkin itu cuma obsesi lo Sha, bukan cinta!”

Ahh, apa benar jika itu hanya obsesi bukan cinta? Alisha juga tak tau.

Kata orang, jika kita jatuh cinta sama seseorang maka akan debaran dalam dada. Tapi Alisha rasa ia biasa saja. Apa benar ini yang namanya cinta?

Tolong beri Alisha jawaban tentang semua ini!

Ia berharap bahwa yang ia rasakan bukan cinta. Ia membenci Aliandra sekarang. Alisha tegaskan lagi. Ia BENCI! 

Sudahlah Alisha tak ingin melanjutkan lagi. Enam bulan ia dibully oleh Aliandra. Sudah habis kesabarannya sekarang.

Sungguh, rasanya Alisha ingin pergi dari dunia ini untuk tidak bertemu dengan Aliandra. Ia sakit.

Dan Aliandra tidak peduli.

Oh ayolah, Alisha juga lelah untuk tidak membuat keluarganya khawatir. Jadi ia sembunyikan saja hal ini. Ia tak mau jika orang tuanya melaporkan Aliandra ke pihak yang berwajib, karena Alisha tak mau jika masa muda Aliandra harus mendekam dibalik jeruji besi.

Alisha masih kurang baik? Lantas, definisi baik menurut Aliandra yang bagaimana?

⊂( ̄(エ) ̄)⊃

Hari ini adalah hari Selasa. Gadis itu terbangun dari tidurnya dengan mood yang baik. Ia akan pergi ke mall bersama Firda, dan tolong jangan ganggu untuk hari ini saja. Alisha juga ingin bahagia.

Ia akan pergi jam 11.00 WIB nanti, dan ia juga harus menjemput Firda di rumahnya. Ck, merepotkan sekali. Alisha gadis yang langsung to the point, alias tak suka basa basi. Dan juga jika tujuannya hanya satu, maka gadis itu juga langsung ke tempat tujuannya dan pasti akan langsung pulang ke rumah. Tidak seperti Firda yang mampir mampir.

Pasti sahabatnya itu nanti akan memintanya berhenti di pinggir jalan. Alasannya ada minuman enak dan harus beli lah, ada spot foto yang bagus lah, ada cogan lumayan bisa cuci mata lah. Dan Alisha jengah dengan hal itu.

Sekarang pukul delapan pagi, yang artinya masih ada waktu beberapa jam lagi. Sebenarnya ia sudah bangun sedari tadi, tapi setelah mandi ia kembali tertidur kembali dengan novel yang menutupi wajahnya. Ia tidur pukul tujuh pagi, berarti ia tidur sudah satu jam.

Hari ini ia tak melakukan apa apa. Ia malas untuk ke tempat latihan hari ini. Badannya sakit semua akibat perlakuan Aliandra beberapa bulan terakhir ini. Bagaimana tidak sakit, perutnya pernah diinjak, punggungnya pernah dipecut menggunakan ikat pinggang, kepalanya pernah dibenturkan ke tembok, dikunci di gudang, dan masih banyak lagi. Dan itu dilakukan Aliandra dengan sengaja.

Alisha bisa saja melawan jika ia hanya melawan Aliandra dan mungkin dua atau tiga anak buahnya. Lah ini Aliandra ditambah sepuluh orang, mana badannya besar besar. Main keroyokan pula. Kalau Alisha melawan, bisa dipastikan bahwa ia bisa habis.

Dan ia tak pernah bercerita pada siapapun termasuk keluarganya, barulah ia berani bercerita pada Firda. Dan reaksinya sudah pasti marah.

Sahabat mana yang terima jika sahabatnya dibully? Pasti tak ada bukan? Beda lagi kalau mau jadi sahabat karena cuma ada maunya. Mungkin bersikap biasa saja atau lebih mengarah ke tidak peduli.

Sudah cukup ia membahas Aliandra dan tentang sahabat hari ini. Selain ia sakit hati dengan perlakuan Aliandra, ia juga pernah dikecewakan oleh seseorang yang dianggapnya sahabat. Ia juga pernah merasa tak dianggap.

Seseorang yang dianggapnya sahabat, ternyata dialah orang yang suka memfitnah dan menjelek jelekkan Alisha jika ia sedang tak bersama Alisha.

Alisha baru sadar, kalau sebenarnya seseorang yang dianggapnya sahabat itu tidak punya teman. Jadi, ia menghasut banyak teman Alisha agar mereka menjauhi Alisha.

Awalnya mereka terpengaruh, tapi akhirnya mereka sadar. Jadilah seseorang itu sendiri lagi dan teman teman Alisha kembali pada Alisha.

Ini kenapa jadi bahas sahabat lagi?!

Jam menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit. Gadis itu bingung hendak melakukan apa.

Ia merubah posisinya menjadi bersandar di sandaran ranjang. Gadis itu sedang memikirkan ia akan melakukan apa. Novel yang tadi menutupi wajahnya kini sudah berada di atas nakas di samping tempat tidurnya.

Oke baiklah! Hari ini ia akan mencuci pakaiannya, kemudian  menyetrika bajunya yang sudah kering, setelah itu baru ia akan mandi lagi. Jangan salah, walaupun Alisha punya ART di rumahnya, ia tidak pernah meminta ART nya untuk mencuci baju milik Alisha. Gadis itu terlalu pemilih untuk semua hal, atau lebih tepatnya ia tak mau barang kesayangannya disentuh oleh orang lain.

Bukan bermaksud apa apa, tapi takutnya terjadi hal yang tak diinginkan. Jadi lebih baik ia lakukan semuanya sendiri. Ia juga bisa mandiri.

Gadis itu sudah bersiap pergi ke kamar mandi.

Tak lama setelah Alisha memasuki kamar mandi, pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Sudah ia ketok pintunya dari tadi tapi tak ada jawaban. Jadi ya masuk saja. Toh, ini kamar adiknya sendiri.

“SHA, KAMU DIMANA?! ” teriak Dhirgham.

“KAMAR MANDI” teriak Alisha tak kalah kencang.

Dhirgham hanya diam sembari menatap sekeliling kamar adiknya. Dan netranya terkunci pada objek yang membuatnya tertarik untuk mengetahui isi di dalamnya.

Sebuah diary dengan cover polos warna abu abu yang ditambahi dengan nama lengkap Alisha.

Apa boleh dibuka? Nanti kalo marah gimana? Bodo lah yang penting tau. Dia mah disogok coklat, keju sama novel pasti udah luluh’ batin Dhirgham.

T
B
C

Kata Takdir [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang