Bantu tandain typo
Vote and koment yess!Pemuda itu sedang menuruni tangga, dan netranya tak sengaja melihat seseorang di ruang keluarga rumahnya sedang menonton televisi.
"Pa" Said menoleh ke sumber suara. Terlihat Dhirgham mengambil bantal yang ada di sofa dan berbaring di sampingnya menghadap televisi, ikut menonton.
"Mama udah ke butik?" tanya Said pada putranya, kemudian ikut berbaring di samping Dhirgham.
"Udah" jawab Dhirgham.
Setelah itu hanya suara dari televisi yang mendominasi ruangan yang diisi oleh anak dan ayah itu. Tiba tiba Dhirgham mengingat sesuatu, rasa penasarannya sudah di ubun ubun. Dhirgham harus bertanya sekarang.
"Pa, soal Al sama Alisha gimana?" tanya Dhirgham. Ia bangun dari tidurannya dan menatap serius sang papa.
"Mama sama Papa udah sepakat. Alisha akan diberi tahu saat kuliah. Ya kira kira waktu dia umur 20 tahun an lah." Said tersenyum menatap anaknya.
"Al berangkat ke Mesir minggu depan. Kemungkinan pulangnya waktu Alisha kurang satu tahun lulus s1. Artinya 5 tahun lagi. Tapi papa sama mama mau pindahin Alisha tahun ajaran besok" Dhirgham masih setia mendengarkan ucapan Papanya.
“Alisha dipindahin kemana Pa?” tanya Dhirgham.
"Papa tenang kalo Alisha dipindahin ke pesantren. Dan dia juga ngga sendiri nanti disana. Firda, temennya Alisha juga ikut. Papa udah ngomong ke orang tuanya kemarin, kebetulan papanya baru pindah tugas dan rumahnya Firda itu lumayan deket sama pesantren kamu. Alisha satu pesantren sama kamu nanti"
"Alisha satu pesantren sama aku pa?" tanya Dhirgham.
Said mengangguk "Iya. Ngga papa kan?"
"Iya pa, kan nanti aku juga bisa jagain Alisha. Ada Ramdhan sama Gafi juga kan" Dhirgham tersenyum.
"Papa percaya sama kalian. Kan disana juga ada Faiza. Alisha udah sering main ke pesantren kamu buat jengukin Faiza juga. Katanya sih, disana udah banyak kenalan. Jadi Alisha disana aja pikir papa"
Dhirgham baru menyadari bahwa disana juga ada teman masa kecil Alisha, namanya Faiza. Masih seumuran dengan Alisha.
"Besok Adiba bakal kerumah Kakeknya. Trus udah mutusin juga buat pindah buat nemenin Alisha disini. Sekalian jagain adik kamu"
"Adiba adik Al?" tanya Dhirgham, dibalas anggukan dari Said.
"Bukannya Alisha belum kenal ya sama Adiba?" tanya Dhirgham.
"Nanti kan bisa kenalan bang. Papa juga udah minta sama pihak pesantren buat jadiin mereka satu kamar. Pas, satu kamar ada empat orang" Dhirgham mengangguk paham.
"Alisha dari kelas satu udah di pondok, trus waktu mau SMP Papa yang minta buat Alisha di rumah aja, kenapa berubah pikiran Pa?" tanya Dhirgham penasaran. Pasalnya, dulu waktu Alisha merengek hendak meneruskan Smp nya di pesantren, papanya minta Alisha di rumah saja. Giliran Alisha sudah di rumah, papanya minta Alisha dimasukkan ke pesantren lagi.
"Papa pikir lebih baik Alisha di pondok aja. Mengingat pergaulan jaman sekarang. Iya kalau masih ingat batasan, kalau nggak? Kan rusak sendiri. Papa maunya, Alisha mempelajari ilmu agama lebih dalam lagi. Biar bisa jadi pegangan buat hidup Alisha kedepannya nanti"
Dhirgham mengangguk, membenarkan ucapan papanya.
"Selain itu juga ada alasan lain sih" ucap Said.
"Alasan apa Pa?" tanya Dhirgham bingung.
"Papa pengen Alisha lupain Aliandra. Papa ngga suka sama cowok yang bisanya cuma nyakitin perempuan"
Dhirgham terkejut. Bagaimana papanya bisa tau, bahkan dirinya saja baru tau kemarin setelah membaca diary milik Alisha.
"Papa tau?" Said mengangguk.
"Iya. Sepuluh hari yang lalu Papa sama Mama iseng main ke kamar Alisha. Trus Mama ngga sengaja nemuin diary Alisha, yaudah kita baca" ucapnya santai.
"Kamu juga tau bang? Tau dari mana? " tanya Said.
"Tau. Dikasih tau Al tapi aku ngga percaya. Trus ngga sengaja nemuin diary Alisha kemarin trus aku baca. Tapi keburu orangnya dateng, yaudah ngambek deh" Dhirgham cemberut. Nanti ia akan membujuk Alisha agar mau memaafkan dirinya. Dhirgham akan belikan Coklat dan Novel yang banyak kalau mau. Demi maaf Alisha, Dhirgham rela lakukan apapun.
"Gausah cemberut bang. Kalo masih kecil sih imut imut aja. Kalo sekarang mah amit amit" Said menertawakan anaknya.
"Iri? Bilang Papa" Dhirgham ikut tertawa.
Setelah meredakan tawanya, Dhirgham bertanya pada papanya.
"Kapan Alisha dikasih tau kalo mau pindah?" tanya Dhirgham.
"Terserah kamu aja"
"Loh, yang ngasih tau Dhirgham?" Dhirgham menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, siapa lagi?"
"Yaudah" Dhirgham mengangguk pasrah.
“Alisha kemana bang?” tanya Said.
“Ke Mall. Katanya tadi mau izin papa, papa ngga ada. Yaudah Dhirgham biarin aja, takut makin ngambek kalo ngga diizinin” Jawab Dhirgham.
Said hanya mengangguk.
“Assalamu'alaikum” Anak dan ayah itu menoleh serempak, menatap ke asal suara. Diruang tamu terlihat Alisha dan teman Dhirgham yang mengantar Alisha pulang.
“Pa, bang. Al pulang, kalo gitu Al ke atas dulu ya” pamit Alisha. Gadis itu langsung melangkah ke kamarnya. Said dan Dhirgham bangkit dari duduknya menghampiri teman Dhirgham. Teman Dhirgham langsung menyalami Said.
“Kenapa lo sampe minta izin buat nganterin pulang? Biasanya juga langsung ngikutin sampe rumah” Dhirgham memelankan suaranya.
“Mungkin ini sudah waktunya” Pemuda itu menghela napas berat.
“Beneran Al? ” tanya Said.
Pemuda yang dipanggil Al itu mengangguk. “Iya Pa, aku denger dia ngomong sama Firda. Trus reaksinya juga gitu, kaget. Keliatan banget soalnya” ucap Al. Pemuda itu memang sudah akrab dengan keluarga Alisha sampai kedua orang tua Alisha menyuruhnya memanggilnya dengan sebutan Papa dan Mama. Hanya Alisha yang tidak tau siapa pemuda ini.
Ketiganya duduk setelah dititah oleh Said.
“Semoga ngga sampe bikin Alisha celaka” Said menunduk. Kedua pemuda itu hanya mengamini dalam hati.
T
B
C☞Tinggalkan jejak☜

KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Takdir [On Going]
FantasyMURNI KARYA SENDIRI!!! _______________________ Gosah ketawa, namanya juga baru! Jangan jadi sider ya, kita juga perlu dihargai sebagai penulis. Jangan diplagiat juga, kita perlu waktu buat mikir. Susah juga, jadi jangan sampe ada yang kepikiran b...