03. Jae

4.6K 500 27
                                    

Jae itu tidak bodoh atau pun lugu. Sebelum jae dijual oleh orang tuanya, jae adalah anak nakal di sekolahnya. Suka membolos, merokok, tawuran, langganan bk dan melanggar aturan-aturan sekolah lainnya. Nakal-nakal gitu, jae tetap pintar. Ranking dan nilai-nilai sekolahnya tidak pernah jelek juga tidak pernah menyontek. Pria berdimple ini suka memainkan perasaan wanita kecuali wanita yang ia sayang. Cnthnya kyk author ini. Hehe. HEHE.

Dulu, keluarga jae adalah salah satu donatur di sekolahnya. Walaupun nakal, jae sangat disukai banyak orang karena suka membantu, gantle, dan ganteng. banget. keren. kapten basket. Huehue  T_T. Oky sip lnjt.

Suatu hari, jae pulang ke rumah pukul 3 pagi. Ia habis balapan dengan teman-temannya. Karena mengantuk, jae tidak sadar jika lampu rumahnya mati semua. Padahal biasanya lampu rumahnya tetap menyala walaupun tengah malam maupun pagi buta.

Ia berjalan gontai memasuki kamar dan langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur tanpa mengganti pakaian.

Setelah beberapa jam tertidur, jae terbangun. Tangan jae meraba sekitar? mencari ponselnya berniat melihat jam sebelum pinggangnya merasakan nyeri. Ia membelak tak percaya karena melihat dirinya berada di atas tumpukan kardus yang dilipat. jae kembali terkejut saat tersadar dirinya bukan di kamar mewahya namun di— ia tak tau ini dimana. Tak ada ubin lantai, hanya ada beberapa tumpukan kardus, satu meja kayu yang penuh paku, satu bohlam lampu yang digantung menggunakan tali dan satu pintu.

Tiba-tiba, pintu itu terbuka dan munculah seorang lelaki dewasa membawa nampan yang atasnya makanan dan gelas aluminium berisi air putih.

"Sudah bangun rupanya. Makan dan habiskan ini. Setelah itu, kau akan dibawa ke lapangan untuk pengecekan kesehatan," ujar si lelaki dewasa itu dan meletakkan nampan di depan kaki jae yang sedang duduk bersila menatap kosong ke arah lelaki tersebut.

"G-gue dimana?" Tanya jae.

"Tempat jual-beli budak. Orang tuamu menjual dirimu ke sini. Nanti, kau akan menjadi budak jika ada yang membelimu."

"O-orang tua gue? G-gimana bisa??" Tanya jae tak percaya.

"Perusahaan tuan jung tiba-tiba bangkrut. Tuan jung memiliki hutang besar di bos kami. Alhasil tuan jung menjual dirimu ke bos kami sebagai ganti hutang tersebut."

"M-mama g-gimana?"

"Nyonya jung ikut membawa dirimu ke sini saat kau terlelap dan disuntik obat bius."

Jae terkejut mendengar perkataan lelaki tua itu. Jae terkekeh. "Gak mungkin." Pasalnya, kedua orang tuanya sangat menyayangi dirinya. Se nakal-nakalnya jae, orang tua jae tidak marah. Hanya menasehati. "Gak mungkin," jae mengulangi perkataannya dengan air mata yang mulai menetes tanpa diperintah. "B-bawa gue pergi dari sini!"

"Saya tau kalau kamu tidak menyangka... saya dulu juga dibuang orang tua saya ke sini. Sampai sekarang tidak ada keluarga saya yang mencari saya. Kalau kamu belum dibeli, jangan mencoba untuk kabur. Jangan membantah perintah bos besar. Kamu... yang kuat. Ini hari terakhir saya di sini maka dari itu saya berbicara seperti ini. Nama saya  jung yunho. Saya dengar dari budak yang lain, namamu jeffrey ya? Senang mengenalmu. Semoga kita bisa bertemu kembali," lelaki tua itu berbicara panjang lebar.

"P-paman jung... kumohon bawa a-aku pergi dari sini...hiks."

Jae menangis bukan karena tidak ingin berada di tempat itu. Ia menangis karena orang tuanya yang ia kira sangat menyayanginya tega menjualnya.




Ƚσ Ⴆҽ ƈσɳƚιɳυҽԃ



Rekomen cerita jaerose dong... author lagi bingung mau baca apa...

Mommy | JaeroséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang