Part 3

50 10 0
                                    

11 Januari 2011

Mungkin aku sudah gila atau aku memang tidak punya pilihan lain lagi, "Aku akan menunggumu hingga tiga puluh tujuh tahun. Jika kamu tidak datang. Aku akan menggantikanmu dengan yang lain.", itulah pesan singkat yang aku kirimkan padanya terakhir kali.

Banyak hal yang mengganjal di kepalaku, tentang apa yang salah dari semua yang telah terjadi. Mengapa aku baru tahu bahwa mencintai seseorang akan semenyakitkan ini.

Seseorang pernah berkata padaku bahwa hidup tak akan pernah terlepas dari kata tragis. Lebih tepatnya adalah hidup, mati dan perpisahan adalah kejadian yang tidak pernah bisa dikendalikan. Tapi pada kenyataannya, akan selalu ada orang yang dengan bodohnya berjanji, "Aku akan bersamamu selamanya. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

-----------------------



18 Januari 2011

Satu bulan lagi dia akan menikah. Sudah lebih dari empat belas hari sejak dia keluar dari apartemen ini. Kita tidak pernah bertemu setelah itu. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan setelah membaca pesan singkatku.

Sampai di hari ini, aku tak pernah sedikitpun menganggap Tuhan telah memperlakukanku secara tidak adil. Karena aku tahu, Tuhan telah memberikan kebagiaan tiada henti selama aku hidup bersamanya. Mungkin sekarang adalah waktunya aku membayar semua keserakahanku.

Aku adalah wanita pengecut, bahkan hanya dengan pernah menjadi bagian dari kebahagiaannya saja, itu cukup bagiku.

Menyerah dengan dia?

Tidak, pergi saja  jika memang itu yang terbaik, aku akan menerimanya. Seperti aku akan menerimanya kembali setelah perjalanan panjangnya nanti.

-----------------------



19 Januari 2011

Aku belum pernah menceritakannya.

Dia, Gefran, saudara tiriku, dia adalah deputy manager diperusahaan keluarga kami.

Hari itu, saat dia pindah dari apartemen ini, banyak bawahan dari ayah tiriku ikut membantunya untuk membereskan barang-barangnya. Aku duduk terdiam diatas sofa merekam semua kejadian dihari itu.

Jika aku bisa, aku ingin tidak perduli, aku ingin tidak bersedih.

Tiba -tiba seseorang menghampiriku, menghancurkan lamunanku.  Dia memintaku untuk membantu mereka. Namun tentu saja, aku berpura-pura tidak mendengarnya dan malah menyalakan tv untuk mengabaikannya.

Samar-samar aku mendengar mereka berkata bahwa aku wanita manja yang bahkan tidak mau membantu kakaknya di saat seperti ini. Aku hanya tersenyum sinis.

Banyak orang keluar masuk apartemen hari ini. Namun dari awal hingga apartemen ini menjadi sepi, aku tidak punya kesempatan sedikitpun untuk berbicara berdua dengan Gefran.

-----------------------

Aku masih duduk di sofaku, mendengar langkah kaki mereka yang semakin menjauh. Aku ingin bangkit dan mengintip dari jendela, berharap dia akan berlari kembali memelukku dan tak akan pernah pergi, sama seperti janjinya ke padaku dulu.

Namun aku tahu, dia bukanlah orang yang sama seperti yang dulu aku kenal . Aku tak akan lagi bisa menangkap bayangannya, meskipun hanya secuil.

Aku mencoba sekuat tenaga untuk memejamkan mataku.

Berharap perasaanku akan menjadi jauh lebih baik.

-----------------------

A Disastrous LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang