Satryo duduk dipinggir pantai. Mencoba melepas penat setelah acara malam selesai. Peserta maupun panitia telah istirahat setelah membersihkan diri dan ada beberapa yang masih berkeliaran di sekitar tenda. Badannya terasa remuk namun terasa menyenangkan dan juga lega. Karena acara yang telah disusun dari jauh-jauh bulan berjalan lancar malam ini.
Satryo menghela nafas. Memandang laut yang memantulkan sinar rembulan malam ini yang terlihat penuh. Lalu menoleh saat dia merasa ada orang yang datang menghampirinya.
Satryo hanya mengangkat alisnya saat melihat Alin datang dengan kotak UKS ditangannya. Lalu tersenyum kecil dengan mata berbinar samar.
"Ke kakak ke sini, ada apa?" tanyanya saat Alin duduk disampingnya dengan memangku kotak itu.
"Luka Lo," sahut Alin sambil
menunjuk luka di lengan kanannya itu. "Harus diobati.""Gak perlu elah. Cuma kecil kok," kata Satryo menolak.
"Ck. Gak bisa gitu," decak Alin tak suka. Tangannya sibuk membuka kapas dan alkohol. "Walau kecil pun harus di obati." Dengan hati-hati Alin mengusapkan kapas yang sudah diteteskan alkohol diluka Satryo dengan darah yang mulai mengering.
Satryo merasakan hatinya tiba-tiba mulai menghangat dengan perasaan yang meringan. Melihat dengan lekat wajah Alin yang merunduk dengan tenang itu.
"Perih gak?" tanya Alin membuat Satryo mengerjap.
"Ha? Gak. Kan aku udah bilang gak perlu," jawabnya kalem.
"Walau kecil harus tetap diobati. Biar gak infeksi Yo," kata Alin lalu mengambil hansaplas. Membuka bungkusnya lalu kembali merunduk menutupnya pada luka Satryo yang memang tak terlalu lebar itu.
"Thanks," kata Satryo pelan setelah Alin selesai menutupi lukanya. Alin hanya bergumam mengangguk pelan dengan senyum kecilnya. Tanpa sadar Satryo ikut tersenyum bersamaan hatinya yang berdesir melihat senyuman itu. Meski kecil, senyuman Alin yang memang manis, akan tetap terlihat manis kontras dengan wajah cantik Alin.
"Gue yang seharusnya makasih sama Lo," kata Alin membereskan kotak dipangkuannya. "Makasih udah bantuin gue cari sepatu. Ini tuh balas budi gue ke lu," lanjutnya.
Satryo hanya tersenyum melihat lukanya yang tertutup hansplas. Lalu menatap Alin yang merunduk, yang tiba-tiba juga menoleh padanya. Satryo melebarkan mata terkejut lalu tersenyum samar perlahan. Sementara Alin langsung mengalihkan wajahnya.
"Ngapain lu liatin gue?" jutek Alin. Membuat Satryo bergumam dengan salah tingkah.
"Em,,," gumamnya dengan menggaruk tengkuknya. "Gak sih, hehehe."
Tanpa sepengetahuan Satryo, Alin menenangkan jantungnya yang berdetak cepat kembali. Meruntuki pipinya yang terasa panas.
"Kak," panggil Satryo yang membuat Alin menoleh dengan latah kecil. Alin mengangkat sebelah alisnya. Diam-diam mendesah pelan.
"A-apa?"
"Bisa disini sebentar," kata Satryo tenang dengan nada minta yang samar.
Alin terdiam dengan hati terkejut. "H-ha?"
"Eum, temenin aku, disini," katanya dengan salah tingkah. Membuat Alin melebarkan mata tak menyangka.
"Maukan kak?" pinta Satryo kembali. Dengan senyum lembut yang membuat Alin semakin melebar mata membeku di tempat.
***
"Itu karena Lo."
"Gue gak akan lupa karena ini sama Lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR'S
Teen FictionAlin ingin sembuh dari masalalu dan Nino ada untuk itu. Tapi kedekatan mereka yang berbulan-bulan tanpa kepastian membuat Alin ragu. Hatinya yang masih diam. Atau. Nino yang tak sepenuhnya untuknya ? Sementara ada Satryo yang entah kenapa selalu bis...