Alin menopa dagu tak semangat. Menghela nafas panjang dengan pelan. Pak Aksen yang tengah menjelaskan di depan tidak ia dengarkan sama sekali. Pikirannya kini melayang entah kemana sejak jam perjalanan pertama. Seharian dia hanya terduduk lesu di bangkunya, yang berada di dekat jendela sejak pagi. Tangan kanannya sibuk entah menulis apa disana, hanya menggambar dengan tak jelas. Saat guru keluarpun dia tak bergeming. Hanya terduduk, menempelkan kepalanya ke meja dengan tak semangat.
Otaknya masih memikirkan kejadian kemarin. Entahlah rasanya bercampur aduk tak karuan. Dan itu mengganggunya hatinya.
"Hey!"
"ASTAGHFIRULLAH!"
Alin terlonjak kaget langsung terbangun saat tiba-tiba kepala Nino muncul kedalam dari jendela yang berada tepat di samping wajahnya. Lalu menepuk kepala Nino dengan refleks. Membuat pemuda itu meringis kesakitan.
"Aduh sakit."
"Eh haduh, massyallah. NINO NGAPAIN SIH LO?" katanya sewot berteriak menarik perhatian beberapa anak yang masih berada di kelas. Untung kelas sedang sepi karena anak-anak yang lain pada keluar kelas.
"Eh sakit loh ini Lo pukul," katanya sewot balik.
"Ya Lo ngagetin gue," balasnya. "Kenapa sih ha? Apa?"
"Gak ke kantin ?" tanyanya langsung.
"Gak," jawabnya singkat.
"Gak mau gue ajak ke kantin dong berarti?"
"Gak." Alin memutar mata, lalu mendesah tak lagi mempedulikan Nino, lebih memilih membereskan buku-bukunya.
"Gue lapar Lin," katanya lagi.
"Ya makan."
"Lo yang temenin gue makan," pintanya lagi.
"Emang temen-temen Lo kemana?" tanyanya.
"Maunya sama lo."
"Gue yang gak mau."
"Gue lapar banget."
"Ya makan dong No."
"Maunya ditemenin sama Lo."
"Gak No. Lagi males," jawab Alin merenggut. Karena kalo Alin ikut ke kantin ya ada Nino cuma asyik sama temen-temennya dan menjadikan Alin kambing congek. Kan yang pacaran siapa yang jadi kambing congek siapa.
Em, emang yang pacaran siapa?
"Kenapa? Tumben? Gak laper?"
"Cih, tumben perhatian."
"Kan pacar ya harus perhatian."
"Kapan?"
"Kapan-kapan."
"Ih Noooooo."
"Kenapa sih ? Sakit ya? Kecapekan?"
Alin meneguk air ludah, "gak. Gak papa. Lagi males aja. Kan udah gue bilang," katanya kesal.
"Terus?"
"Lagi males aja No ke kantin."
"Mau aku gendong?"
"No, ihhh. Udah sana ah pergi!"
"Gue di usir nih?"
"Iya."
"Lo marah karena kejadian kemarin?"
Alin tersentak melebarkan mata. Mengantupkan bibir, "yang mana?" tanyanya dengan suara pelan.
"Gue yang nyuruh Lo pulang sama Aldo."
Alin terdiam. Bukan. Bukan yang itu, tapi setelah kejadian itu. Tentang obrolan itu. Dan tentang hatinya yang tiba-tiba tak karuan seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR'S
Teen FictionAlin ingin sembuh dari masalalu dan Nino ada untuk itu. Tapi kedekatan mereka yang berbulan-bulan tanpa kepastian membuat Alin ragu. Hatinya yang masih diam. Atau. Nino yang tak sepenuhnya untuknya ? Sementara ada Satryo yang entah kenapa selalu bis...