ENAM

66 12 4
                                    

Cahaya matahari telah tinggi. Ini hari terakhir kemah dan semua panitia maupun peserta kini telah melakukan pripare untuk pulang sebelum melakukan upacara perpisahan.

Alin dan yang lainnya kini tengah bercengkrama didepan warung yang berada disekitar area tenda bersama kakak angkatan diatas mereka. Sementara Nino duduk bersama Luna di kursi sebelah bersama Kino, Tito, Fanya, Hana dan beberapa kakak angkatan diatas mereka yang juga datang ke acara tahunan ini.

"Lun," panggil Nino membuat Luna menoleh, menghentikan tawa receh dari jokes yang dilontarkan Andi, kakak senior mereka.

"Apa?"

"Gue mau ke toilet dulu," katanya sembari berdiri.

"Dih, ngapain Lo bilang gue?" kata Luna mengangkat alis, "minta gue temenin?"

"Hm. Temenin sampai dalam," balasnya santai. Membuat Luna melotot dan segera menendang kaki Nino. Sementara yang lain menyoraki dengan heboh.

Nino tanpa banyak kata lagi, dia segera menuju ke toilet. Melirik kecil Alin yang tengah mengobrol pada Aldo. Nino tanpa berkata langsung melewati mereka begitu saja.

Alin menyadari Nino yang berjalan melewatinya hanya melirik kecil tak peduli. Mendecih dalam hati.

Bodoh amatlah kalo Nino gak mau bicara sama dia. Emang dia siapa gitu? Cih, Alin gak merasa bersalah harus ngomong dulu sama dia. Biarin dah kalo Nino gak mau ngomong sama dia. Dia gak peduli.

Tapi......

Alin menggigit bibir bawahnya. Lalu mendesah dan pamit pada Aldo. Segera beranjak menyusul Nino yang sudah jauh darinya. Aldo yang tak tahu apa-apa hanya mengangkat alis tak peduli lalu mengobrol bersama Aifal.

Alin segera mengejar Nino. Tapi dia gak bisa diam aja. Salah satu dari mereka harus ngalah. Gak papa lah kalo dia yang harus ngalah. Lagipula dia juga mau tau alasannya kenapa Nino mendiamkan dia kayak gini.

"No!" Panggilnya setelah dekat.

Nino yang baru akan memasuki area toilet cowok menoleh tanpa suara hanya mengangkat alis memandang Alin yang berhenti didepannya.

"Lu napa sih?" tanya Alin langsung.

"Apaan?"

"Lo marah sama gue?" tanya Alin lagi.

"Marah?" tanya Nino mengangkat alis bingung.

"Iyakan Lo marah sama gue?"

"Gue marah kenapa?" tanya Nino datar.

"Terus kenapa Lo gak ada ngomong sama gue?" tanya Alin lagi.

Nino mendesah pelan, lalu mengalihkan wajah, "karena emang gak ada yang perlu di omongin," jawabnya kembali dengan tenang.

Alin menganga, tersentak kecil mendengar perkataan itu. Lalu suaranya mulai melemah, "Elo marah karena gue bareng Aldo kemarin?" tanyanya pelan.

"Gak," jawab Nino singkat.

"Terus kenapa lo gini?"

"Emang gue harus gimana?" balas Nino menoleh. Menatap datar Alin.

"Jangan marah."

"Gue gak marah Alin. Siapa bilang gue marah?"

"Terus kenapa ngabaikan gue selama disini?" tanya Alin lagi. "Lo gak ada omong apapun sama gue. Chat gue juga gak Lo baca. Dan juga, Lo bahkan gak nyusul gue nyari sepatu. Gue sendiri nyarinya."

"Bukannya udah ada Satryo?"

Alun tersentak. Membeku di tempat. "H-ha-a?"

"Gue datang buat cari Lo. Tapi udah ada Satryo buat gendong Lo kan, jadi gue gak diperlukan."

YOUR'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang