SEPULUH

73 7 2
                                    

Luna berjalan santai di koridor belakang sekolah selepas dari kebon belakang. Ketika ingin berbelok di bawah tangga, dia terkejut setengah mati melihat Nino. Pemuda itu berdiri bersandar pada tembok dengan gaya sok keren ala-ala bad boy yang sedang menunggu sang wanitanya.

Yang di mata Luna kaya jamet lampu merah depan gang rumah neneknya.

"Apa sih lo? Ish," sungut Luna kesal karena terkejut, "Katanya sakit, napa bisa sampai sini?"

"Gue cuma pusing bukan patah tulang."

"Kirain stroke?" kata Luna, tak begitu peduli, dia melewatinya begitu aja. Tapi dengan cepat Nino datang menghalanginya.

"Mau kemana?"

"Ke mars. Minggir!"

"Lo gue suruh apa tadi?"

"Dih siapa lo berani nyuruh-nyuruh gue?"

"Obatnya mana? Tanggung jawab dong."

"Ha?" Luna sempet melongo sebentar lalu mendesah pelan, "gue kasih ke Alin, gak dapat dari Alin?"

"Kenapa Alin? Cih gak bertanggung jawab banget Lo, udah bikin gue sakit."

"Dih apaan sih, lebay banget heran," julid Luna, "gue kira Lo butuhnya Alin siapa tahu liat dia Lo cepet sembuh gak ngerepotin gue. Udahlah gue mau nemuin Miss Ara."

Nino kali ini membiarkan Luna melewatinya begitu saja. Berbalik badan mengikuti punggung Luna yang menjauh tanpa ekspresi.

***

Hari ini XII IPA 2 berada di lap, pembelajaran untuk uprak kimia yang akan menjadi materi uprak kimia nanti.

Semuanya fokus pada gelas-gelas ilmiah didepan meja mereka masing-masing. Juga dengan serius mengikuti arahan dari pak Edo didepan tentang senyawa-senyawa yang akan di uji coba besok. Setelah pak Edo selesai menjelaskan didepan, semua mulai menyentuh alat-alat untuk percobaan.

"Lun."

Luna menoleh sebagai respon. Tapi tangannya masih fokus membolak-balik buku.

"Lo tahu Anita anak 10 IPS 3?"

"Siapa?"

"Anak lukis kalo gak salah tapi ikut PMR juga."

"Gak kenal."

"Ih masa? Anak club seni loh tuh."

"Beda cabang elah, gue gak seapal itu kali," lanjutnya lalu memeriksa bahan-bahan didepannya.

"Emang kenapa?" tanya Dea iku kepo.

"Dia habis didatangi sama Feli," jelas Rena.

"Feli anak OSIS bukan, Lo tahu kan Lun?"

"Gak," jawab Luna seadanya.

"Masa Lo gak kenal sih? Katanya lagi deket sama Aldo."

"Urusan sama gue apa coba," sewot Luna gak suka.

"Ih gak seru!" seru Dea memanas-manasi.

Luna hanya memutarkan mata dengan bosan.

"Kenapa emang kok sampai di datangin?"

"Katanya sih habis di antarin pulang sama Aldo, terus ya Feli cemburu kali."

"Loh bukannya Aldo sama Serena ya sekarang?" sahut Leni di sebelah meja yang ternyata diam-diam ikut menguping.

"Serena siapa?"

Lalu mereka mulai antusias untuk membahas Aldo, di siswa teladan yang tampan dan si sukai guru itu.

YOUR'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang