Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

Kirby yang Tak Dikenali

20.3K 2.6K 67
                                    

Sudah tiga tahun Kirby tidak pernah merasa gugup ketika bertemu seorang laki-laki, sejak ia putus dengan mantan pacar terakhirnya. Namun, kali ini bertemu kembali dengan seorang Daska Atharya telah berhasil membuat perasaannya kacau. Kirby kehilangan kosa kata yang biasanya mudah ia keluarkan, ketika bertemu dengan wali siswa.

Daska membuatnya seperti keledai dungu, hingga Sukma menyenggol tangannya untuk berbicara. Dengan mata yang mengerjap beberapa kali, dan berusaha mengendalikan dirinya. Kirby berdehem untuk memulai pembicaraan dengan Daska, yang saat ini sudah duduk di atas sofa berwarna keemasan, sofa super empuk yang juga diduduki oleh Kirby.

"Mohon maaf mengganggu waktunya, Bapak ...?"

Kirby menggantung kalimatnya, berakting seakan-akan tidak mengenal Daska sebelumnya. Walau hati kecilnya meneriaki kata bodoh berulang kali, Kirby tetap pada sikap profesionalnya sebagai seorang konselor sekolah.

"Daska Kim, panggil saja Daska," kata laki-laki itu, dengan suara beratnya yang membuat Kirby hampir berteriak—demi apa pun, Kirby merindukan suara itu. Sial, dia terlihat seperti seorang jalang sekarang.

"Baik, Pak Daska, saya Kirby dan ini rekan saya, Sukma. Kami adalah konselor di sekolah Raya Kim, adik Pak Daska."

Daska menganggukkan kepalanya, laki-laki itu sepertinya masih sama, tidak banyak bicara seperti dulu. Entah mungkin karena kepribadiannya atau sariawan menahun, Kirby juga tidak yakin. Karena dulu, Kirby dan Daska beda jurusan, hanya saja fakultas mereka berdekatan, Daska ada di Fakulta Ekonomi, sedangkan Kirby ada di Fakultas Psikologi. Jadi, dia tidak begitu mendapatkan banyak informasi soal kepribadian Daska semasa kuliah. Hanya saja, beberapa selentingan yang ia dengar, Daska memang sosok yang tidak begitu banyak bicara. Tapi, bukan berarti anti sosial, Daska memiliki beberapa teman akrab, seingat Kirby, ada tiga teman yang sering nongkrong dengan Daska di kafetaria kampus.

"Jadi, tujuan kami untuk berkunjung adalah untuk membicarakan soal Raya Kim, adik Anda. Beberapa kali, saya sebagai konselor sekolahnya sudah melakukan konseling dengan Raya untuk beberapa alasan." Kirby mengambil napas, berhadapan dengan Daska seperti membatasi kadar oksigen yang masuk ke paru-parunya.

"Raya beberapa kali membolos, tidak memenuhi tugas kelasnya, pernah ketahuan merokok dan kasus yang kami temui terakhir, kami mendapatkan kiriman foto Raya yang sedang berciuman panas di sebuah kelab malam, juga beberapa fotonya yang sedang mabuk."

Kirby menatap Sukma, memberikan kode pada Sukma untuk memberikan bukti foto itu pada Daska.

"Ini Pak Daska, bisa Anda lihat sendiri," kata Sukma sewaktu perempuan itu menyerahkan ponselnya pada Daska.

Laki-laki itu lalu mengamati ponsel Sukma, tampak serius memperhatikannya. Dahinya membentuk beberapa kerutan, seperti sedang berpikir keras. Untuk beberapa saat, Daska hanya diam sambil memperhatikan foto itu, sedang Kirby? Perempuan itu diam-diam mengamati Daska yang tampak lebih tampan dan dewasa di usianya yang menginjak angka ke tiga puluh satu tahun, badannya lebih berisi daripada dulu, dengan rambut yang tertata rapi menggunakan jel. Kemeja abu-abu yang melekat pada tubuh Daska dan sebuah dasi hitam bergaris putih membuat laki-laki itu seperti khayalan Kirby soal billioner muda dan tampan. Mungkin Daska sudah memenuhi semua ekspektasi Kirby soal laki-laki idaman yang menjadi khayalan babunya selama ini.

"Saya tidak pernah mendapat laporan soal Raya selama ini." Daska mengeluarkan suaranya, terdengar sedikit keberatan.

"Kami sudah berusaha menghubungi orang tua Anda, tapi sulit. Setiap telepon ke rumah selalu pembantu Anda yang mengangkatnya. Kami tidak punya akses untuk menghubungi Anda, karena data siswa hanya sebatas nomor orang tua, Anda juga tidak tercantum sebagai wali Raya." Kirby memberikan penjelasan, meski perasaannya sedang aneh, Kirby tetap bisa bersikap profesional.

Repihan Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang