Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

Tinggal di Rumah Daska?

20.1K 2.4K 98
                                    

Kirby mendongak, ketika melihat satu cup boba brown sugar diletakkan oleh seseorang di atas meja kerjanya. Andrew! Laki-laki peranakan Chinese yang memiliki kulit sepucat Edward Cullen itu sedang menampilkan senyum lima jarinya. Kirby menaikkan sebelah alis, bersamaan dengan tangan kanannya yang meraih minuman itu.

"Tumben? Biasanya pelit," kata Kirby setengah menggoda, Andrew memang sedikit perhitungan, tapi untungnya laki-laki itu sering mentraktir Kirby. Mungkin Kirby pengecualian.

"Mulut pedes amat ... jualan lagi rame, ya, udah kubawain satu." Andrew membalas sambil masih tersenyum lebar.

Andrew memang memiliki usaha gerai minuman yang ada di beberapa mal di Surabaya. Seperti kebanyakan orang Chinese, laki-laki itu juga memiliki keahlian wirausaha yang patut diacungi jempol oleh Kirby. Mengingat, Andrew adalah keponakan dari pemilik sekolah tempat Kirby mengajar, tapi laki-laki itu memulai semua bisnisnya dari nol, dengan gajinya sebagai konselor di sini.

"Kenapa nggak dua? Miss Sukma?"

Andrew berdecak malas, ia memutar kedua bola matanya. Kadang-kadang Kirby memang tak tahu diri, tapi Andrew menyukai Kirby sebagai teman, perempuan itu tipe yang bisa memahami seseorang dengan sangat baik. Kirby adalah sosok yang tidak mudah menilai seseorang dari satu kejadian, ya, mungkin karena dia mencintai ilmu yang ia pelajari semasa kuliah, jadi mudah menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Sedikit berbeda dengan Andrew, dia asal memilih jurusan kuliah, yang penting lulus, jadi sarjana, urusan pekerjaan, itu gampang.

"Miss Sukma? Tuh, udah habis," kata Andrew, ia melempar pandangan pada Sukma yang hanya nyengir dan kembali fokus pada layar laptopnya. Kirby tebak, perempuan itu pasti sedang streaming Drama Korea.

"Kurang ah kalau cuma segelas, kan kamu tahu, aku boba lover. Love boba pake banget."

"Belilah, bangkrut aku kalau ngasih terus ke kamu, By. Satu, mana cukup?"

"Nah itu tahu." Kirby tergelak membuat Andrew menatapnya sebal.

"Bantuin jualan, nanti upahnya dua cup boba."

"Enak aja! Ogah," tolak Kirby dengan wajah yang bersungut-sungut. Andrew tertawa keras, lalu melangkah menuju meja kerjanya.

Kantor untuk konselor sekolah di SMA Tjahya Pertiwi ini lumayan luas, ada sebuah ruangan konseling khusus di dalam ruangan ini, yang diperuntukkan untuk sesi konseling dengan murid. Sebuah ruang tamu yang khusus digunakan jika ada pertemuan dengan wali siswa. Dan tiga meja kerja untuk Kirby, Andrew serta Sukma.

"By, ayo nanti nonton," ajak Andrew, Kirby berhenti menyedot bobanya.

"Nggak lagi ngajakin kencan, kan?"

Andrew melotot sambil menggeleng. "By, inget ... Tuhan itu satu kita yang nggak sama."

Kirby tergelak, ia lalu memperhatikan sebuah salib yang ada di atas meja Andrew. Memang benar, cara amin mereka saja sudah berbeda. Andrew memang tampan, secara usia juga hanya di bawah Kirby setahun, tapi perbedaan mereka luar biasa besar. Baik Kirby dan Andrew sama-sama tidak akan mau mengalah satu sama lain, untuk urusan keyakinan. Untungnya, Kirby tidak terbawa baper, karena kadang, Andrew bisa semanis ini. Mereka murni sebagai rekan kerja dan teman. Lagipula, Andrew sudah punya pacar.

"Iya, iya ... yah sayang sekali." Kirby pura-pura sedih. "Mau nonton apa btw?"

"Ya, nanti kamu aja yang pilihlah, yang komedi kalau perlu, By. Ngelu ndas-ku, By," ucap Andrew, sesekali laki-laki itu menggunakan Bahasa Jawa dengan aksen medoknya.

"Kenapa lagi?" Kirby mengajukan pertanyaan yang ia sudah tahu jawabannya.

"Soal Mamilah, apalagi? Kan kamu tahu, By. Aku lagi nunggu Winda selesai S-2. Mami maksa buat jodohin sama anak temen arisannya."

Repihan Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang