Seo Changbin

109 41 42
                                    

Suara gaduh terdengar di pagi buta membuat Hari yang tengah tidur cantik terbangun lalu dengan ceoat berlari ke arah ruang tamu dan betapa terkejutnya dia ketika Seo Changbin sedang merusak televisi miliknya.

“Astaga! Apa yang kamu lakukan?” Hari menghampiri Seo Changbin dengan perasaan tak percaya. Dia menutup mulutnya karena televisinya dirusak oleh laki-laki itu.

“Menolongnya,” jawabnya dengan enteng. Hari memukul lengan kekar Seo Changbin.

“Kau gila, ya! Menolong siapa?” bentak Hari yang membuat laki-laki itu menunduk ketakutan.

“Manusia di dalam sana. Dia terperangkap. Sepertinya dia dikurung di dalam tabung tipis ini. Jadi, aku merusaknya agar dia bisa keluar,” jawabnya dengan nada sedih dan menunduk.

Hari mulai dibuat geram oleh laki-laki manis itu. Hari mengentak-entakkan kakinya karena kesal dan menjambak rambutnya sendiri.

“Astaga! Orang yang kamu maksud tidak ada di televisi itu. Dia sedang bekerja di tempat lain dan muncul di televisi., bukan berarti dia terperangkap, bodoh!” bentak Hari yang membuat Seo Changbin merasa sangat bersalah.

Mengapa kamu lakukan itu? Apa aku lupa menuliskan kata pintar di buku itu? ucapnya bermonolog seraya menjambak rambutnya sendiri. Namun, matanya tertuju kepada kedua tangan Seo Changbin yang terluka akibat menghancurkan televisi milik Hari.

“Lihat! Tanganmu sekarang terluka, Changbin. Astaga,” kesalnya.

Laki-laki itu mulai menatap tangannya yang terluka.

“Maaf kalau aku membuatmu marah. Maaf sudah menghancurkan benda itu,” gumamnya dengan suara hampir tak terdengar.

Hari menarik napasnya dan mengangguk, lalu menarik lengan kekar laki-laki itu menuju sofa. Kemudian dia mengambil kotak P3K untuk mengobati luka laki-laki itu.

“Apakah itu sakit?” tanya Hari dengan nada lembut dan meniup luka Seo Changbin yang baru saja dia obati.

Seo Changbin mengangguk.

Hari mengelus kedua tangan Seo Changbin  dan menatap laki-laki yang tetap menunduk itu. “Maaf, ya, sudah mengatakan kamu bodoh dan membentakmu. Aku hanya terkejut. Mengapa kamu lakukan hal itu? Seharusnya aku tidak membentakmu. Itu salahku,” ucap Hari dengan sangat lembut.

Seo Changbin mulai menatap Hari.

“Saat aku keluar dari kamarmu, tidak sengaja aku menginjak benda panjang yang ada di sana. Tiba-tiba benda itu menyala. Aku cukup terkejut dan melihat ada wanita menangis sedang disiksa oleh pria jahat dalam kotak itu. Jadi, aku berusaha untuk menolongnya. Sepertinya aku gagal menolongnya,” ucapnya jujur.

Seketika Hari tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban lugu laki-laki itu.

“Astaga. Ha-ha-ha .... Jadi kamu menghancurkan televisiku hingga melukai tanganmu hanya karena melihat drama di sana?” tanya Hari yang jelas tidak dimengerti oleh Seo Changbin.

“Apa maksudmu?”

Hari terus saja tertawa terbahak-bahak hingga perutnya sakit. “Sudah-sudah, itu cukup konyol. Mengapa kamu tidak pintar? Itu hanya drama, hanya tipuan, Changbin. Astaga,” katanya seraya menahan dirinya agar tidak tertawa.

“Jadi, dia hanya berpura-pura?” Hari mengangguk.

“Ternyata aku bodoh, ya.”

Hari kembali tertawa ketika menjadi jawaban lugu dari Seo Changbin.

“Ada apa denganmu? Mengapa tertawa?” Seo Changbin menatap Hari dengan wajah bingung.

“Tidak. Ha-ha-ha .... Tidak. Hanya saja kamu imut, lucu, dan polos. Haruskah aku mengajarimu banyak hal?” kata Hari, lalu menghentikan tawanya.

OBLIVIATE | CETAK ULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang