Fall

64 36 22
                                    

HARI menata rambutnya dengan sangat apik, menatap dirinya di pantulan cermin panjangnya, dan melihat penampilannya apakah ada yang kurang atau berantakan.

Seo Changbin datang dan berdiri di ambang pintu kamar Hari.

“Eoh, kamu baru bangun, ya?”

Seo Changbin mengangguk lalu menggosok mata dengan tangan kirinya.

Hari tersenyum dan menghela napasnya. “Aku akan pergi kuliah. Kamu di rumah saja, ya,” sahut Hari, lalu keluar dari kamarnya diikuti oleh Seo Changbin yang baru saja bangun itu.

Tangan Hari beralih memijat pelipisnya. “Ada apa?” tanya Hari kepada Seo Changbin.

“Aku ikut,” cicitnya.

Hari menghela napasnya, pusing.

“Kamu di sini saja. Aku harus pergi kuliah. Untuk makanan ada di meja sana. Kalau lapar kamu bisa makan semuanya kalau sanggup, oke,” perintahnya.

Seo Changbin masih terpaku dan mulai memainkan jari tangannya.

“Ada apa?” tanya Hari. “Aku ikut,” katanya lagi.

Mendengar itu Hari mulai menarik napas lelah dan membuangnya kasar. “Astaga Kamu di rumah saja. Aku akan kembali jam tiga sore,” sahut Hari.

“Jam tiga sore?” tanya Seo Changbin dan dibalas anggukan dari Hari. Gadis itu menarik tangan kekar laki-laki itu menuju jam milik Hari yang ada di atas meja belajar milik gadis itu.

“Lihat, aku akan kembali saat jarum pendek ini ada di angka tiga,” sahut Hari menjelaskan kapan dia akan kembali ke rumah dan didengar Seo Changbin secara saksama.

Seo Changbin menatap lugu ke arah Hari. “Ada apa? Kamu takut?”

Dia menggeleng.

“Ingat, selama aku pergi, jangan berbuat hal-hal yang aneh, ya. Jangan lupa mandi dan gosok gigi, oke. Setelah makan, kamu boleh makan es krim. Ingat, hanya satu! Jangan dua atau lebih, ya!” perintah Hari.

Seo Changbin mengangguk mengerti.

Hari mengelus kepala Seo Changbin. “Pintar. Aku pergi dulu. Aku sudah menyiapkan baju yang akan kamu pakai ada di sebelah sana.” Hari menunjukkan baju yang sudah dia siapkan untuk Seo Changbin.

“Aku pergi dulu. Ingat, jadilah laki-laki manis. Aku akan kembali jam tiga sore, oke.”

Dia mengangguk. Seo Changbin mengikuti arah ke mana Hari pergi hingga dia berhenti di depan pintu keluar rumah yang tertutup rapat.

Dia menatap kakinya. “Jam tiga, Hari pulang.”

Dia bergegas untuk mandi seperti apa yang Hari katakan dan perintahkan. Lalu dia makan karena merasa cukup lapar hari ini. Dia tidak memakan es krimnya karena ingin memakannya bersama Hari, saat Hari pulang nanti.

Seo Changbin mematuhi apa yang Hari katakan. Selama Hari tidak ada, dia hanya menatap jam milik Hari.

"Jam tiga, Hari pulang." ucapnya bermonolog. Dia menuju pintu keluar rumah Hari untuk kesekian kalinya.

Namun, saat dia mandi, Seo Changbin kebingungan membedakan antara pasta gigi dengan facial wash milik Hari. Karena bingung, dia mencampurkan kedua isi dari facial wash dan pasta gigi di sikat giginya. Dan hal itu membuatnya mual-mual karena rasanya yang aneh. Seketika dia trauma untuk sikat gigi.

Selama Hari pergi, dia hanya pergi ke depan pintu keluar dan ke kamar Hari lagi untuk mengecek jam. Saat dia melihat keluar jendela, tiba-tiba dia mendengar suara yang tak asing di telinganya.

“Hari pulang!” serunya, lalu berlari ke arah pintu. Tak lama kemudian muncullah Hari dengan wajah yang murung.

“Hari, aku merindukanmu. Aku sudah mengikuti apa yang kamu katakan!” serunya. Namun, dia diacuhkan oleh Hari.

OBLIVIATE | CETAK ULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang