Prolog

240 61 58
                                    

APA kalian percaya akan buku ajaib? Buku yang bisa menuruti semua permintaan yang kamu tulis? Jika buku itu benar- benar ada, apa yang akan kamu tulis dan gambar di kertas kosong itu agar permintaanmu terkabul?

Hujan deras di Ibu Kota membuat jalanan menjadi sangat sepi karena jalanan semakin licin. Gemuruh petir menjadi tanda bahwa manusia di muka bumi harus berada di rumah agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Seorang nenek tua pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar saat hujan turun sangat deras. Akan tetapi, ketika dia sedang mencari kayu bakar matanya tertuju kepada buku tua berwarna merah marun yang terlihat sangat antik di depan batang kayu yang sangat besar. Dia menjatuhkan beberapa kayu bakar yang sudah basah itu ke tanah karena dia cukup tertarik dengan buku yang sudah diguyur hujan itu. Dia sedikit membungkuk dan merangkak untuk menggapai buku yang ada di depan pohon besar itu.

Buku ini? ucapnya dalam hati.

Dia meraihnya dan memutar-mutar buku itu untuk melihatnya lebih jelas.

“Buku keinginan itu benar adanya? Ini pasti akan mahal!” serunya.

Dia adalah nenek tua penjual barang bekas hasil

temuannya di jalan, yang dia jual dengan harga murah tergantung kualitas barang. Nenek itu adalah wanita yang memiliki ilmu mata batin, yang memercayai mitos-mitos dari nenek moyang.

Dia kembali ke rumahnya tanpa membawa kayu bayar basah, lalu masuk ke rumahnya yang terlihat sangat kental akan mistik. Dia pergi ke rak bukunya, lalu menyalakan pelita sebagai penerang ruangan. Dia membuka buku tua yang konon katanya adalah kitab nenek moyangnya.

Dia membuka kitab itu dan menemukan gambar di buku yang sama persis seperti apa yang dia temukan di hutan. “Buku pengabul permintaan. Jadi, buku ini kembali?” katanya. Kemudian dia menatap sebuah lukisan tua yang dia puja-puji, yang ada di depannya, karena dia percaya itu adalah lukisan nenek moyangnya. Dia tertawa bersamaan dengan gemuruh petir yang terus menyambar.

***

Seorang gadis manis sedang berjalan sendirian menggunakan earphone sebagai temannya. Dia bersenandung kecil mengikuti irama lagu yang sedang dia dengar. Sesekali matanya melirik ke kanan dan kiri, melihat pemandangan toko-toko dan mobil yang sedang dilanda kemacetan dari jembatan penyeberangan. Namun, matanya tertuju kepada seorang nenek penjual barang  loak  sedang  dirundung oleh anak-anak SMP yang nakal. Mereka merusak barang dagangannya sambil tertawa. Dengan cepat gadis itu menghampiri sang nenek yang berusaha mengusir anak SMP itu walaupun tidak membuahkan hasil.

“Hei! Kalian! Jangan ganggu nenek itu!” usirnya. Dia menjatuhkan buku-buku yang dia bawa ke jalanan dan mendorong anak-anak nakal itu hingga pergi.

“Huuu ... tidak seru!” sorak para anak nakal itu.

Gadis itu melirik sebentar ke arah nenek yang baru saja dijahili anak nakal itu, lalu berjalan sambil memungut buku yang dia jatuhkan. Tak lupa dia berjongkok di depan nenek malang itu.

“Apa Nenek baik-baik saja?” tanyanya.

Nenek yang memiliki paras  cukup  menyeramkan itu tersenyum menampilkan giginya yang menguning dan berkerak, membuat gadis itu meneguk ludahnya, mengerikan, ditambah perawakan nenek itu layaknya seorang penyihir.

“Terima kasih,” ucapnya dengan nada serak.

Gadis itu tersenyum manis, lalu menatap barang yang dijual nenek itu. Dia menyentuh beberapa barang seperti cincin antik, kalung, gelang, dan terakhir buku.

“Kau mau? Sepertinya kau tertarik,” tawar sang nenek.

Gadis itu tersenyum dan menggeleng, lalu menaruh kembali buku itu. “Ah, tidak. Aku tidak ada uang untuk membelinya. Ini pasti barang-barang antik dan mahal bukan?” tolaknya dengan halus.

OBLIVIATE | CETAK ULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang