Rainy Day

51 25 18
                                    

HARI membuka bekalnya dengan senyum yang merekah karena ini kali pertama dia mendapatkan bekal makan siang dari rumah, sejak insiden pesawat membawa kedua orang tua dan adik bayinya yang masih di perut ke surga.

Sejak itu dia hanya sendirian dan bekerja mati-matian untuk sekolah, seperti apa yang orang tuanya inginkan.

Hari tersenyum dengan air mata di pelupuk matanya. Dia senang melihat bekal makan siangnya, sangat lucu, yang dibuat oleh Lee Min Ho. Namun, dia sedih karena itu mengingatkannya saat masih di bangku sekolah menengah pertama. Mamanya selalu membuatkan bekal makan siang seperti apa yang Lee Min Ho buatkan untuknya.

Hari mulai melahap makanan itu sedikit demi sedikit seraya melihat manisnya nasi yang dibentuk. Dia sengaja memakan itu secara perlahan karena dia ingin menikmati bekal makan siang pertamanya saat dia menjadi mahasiswi.

Dia memakan bekalnya hingga tandas, tak tersisa, lalu beranjak pergi ke loker pribadinya untuk menaruh tempat bekal yang sudah kosong. Ketika dia sampai di loker dan membuka pintu lokernya, dia sedikit tertawa ketika melihat ada sekotak susu rasa vanila dengan surat kecil yang menempel di depan susu tersebut.

Aku lupa memberikan ini. Bagaimana makan siangnya?

Kamu suka?

-Lee Min Ho

Hari menarik kertas kuning yang ada di depan kotak susu tersebut lalu tersenyum dan terkekeh. Dia membawa susu tersebut dan meminumnya. Tak lupa dia menaruh kembali kotak bekal di dalam lokernya. Ketika dia menutup pintu loker dan kembali membukanya karena dia melupakan sesuatu.

Kotak bekalnya sudah menghilang dan meninggalkan note kuning berisikan surat pendek.

Wah, kamu menghabiskannya. Apa itu enak? Kamu suka? Akan aku buatkan lagi bekal makan siang yang enak untukmu.

-Lee Min Ho

Hari yang bingung mulai berpikir. Dia ingat jika dua laki-laki dewasa yang ada di apartemennya bukan laki-laki biasa, melainkan laki-laki setengah dewa, hingga membuat Hari harus terbiasa dengan hal-hal ajaib yang akan menghampiri dirinya setiap harinya.

Bel pulang telah berbunyi. Hari sedang berdiri di depan pintu keluar kampus dan menggerutu karena sekarang hujan lebat.

“Astaga! Berapa lama ini akan terus seperti ini? Aku lelah berdiri!” gerutu hari. Dia mulai menjulurkan tangannya ke depan dan membiarkan air hujan membasahi telapak tangannya.

Apa aku terobos saja? Kasihan Lee Min Ho dan Changbinie, pasti mereka menungguku, batin Hari.

Ketika Hari menaruh tasnya di atas kepala dan hendak berlari keluar tiba-tiba pergelangan tangannya ditarik oleh seseorang bersamaan dengan payung yang ada di atas kepala Hari.

Hari menoleh ke tangannya, lalu ke arah orang sedang menahan pergelangan tangannya.

“Changbin?” sahut Hari heran.

“Lee Min Ho di sini!” celetuk Lee Min Ho.

Hari menoleh ke belakang tubuh Seo Changbin yang ternyata juga ada Lee Min Ho yang sedang bersandar di tembok gedung seraya melambaikan tangannya.

“Jangan berpikir untuk lari. Sekarang sedang hujan deras,” sahut Seo Changbin lalu menarik Hari untuk berjalan ke arah Lee Min Ho yang sibuk meminum susu pisang yang entah dari mana asalnya susu itu.

“Bagaimana bisa?” tanya Hari kepada kedua laki-laki itu.

Lee Min Ho yang mendengar itu lantas mengedikkan bahunya, lalu membuang botol susu kosong ke sembarang arah, dan tiba-tiba botol itu lenyap sebelum dia menyentuh jalanan.

OBLIVIATE | CETAK ULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang