Sikat Gigi

58 33 19
                                    

Hari menatap Seo Changbin yang tengah Asik memakan es krimnya sendirian, pikirannya mulai mengingat kejadian barusan yang menimpa laki-laki ini yang menurutnya sangat ganjil itu.

“Ada apa?” tanya Seo Changbin.

Hari yang terkejut karena kepergok sedang menatap lurus ke arah laki-laki itu mulai tersenyum kikuk, lalu menggeleng.

Seo Changbin yang melihat gelagat Hari lantas hanya mengangguk lalu memakan kembali es krim ketiganya.

“Changbinie-ya,” panggil Hari.

Laki-laki itu menoleh, lalu membersihkan sisa es krim yang mencair di tangannya.

“Apa?”

“Apa kamu yakin kamu tidak terluka?” tanya Hari dengan hati-hati.

Laki-laki itu menatap lugu Hari, lalu menggeleng. “Tidak.”

“Apa tidak sakit?”

Dia menggeleng kembali.

Hari menghela napas lega kemudian memijat pelipisnya.

Tangan Hari mulai bergerak mengambil tisu basah yang ada di meja samping kanan Seo Changbin, lalu membersihkan tangan laki-laki itu dari lengketnya sisa es krim.

“Kalau lengket, gunakan ini. Jangan dikulum, ya,” kata Hari, lalu membersihkan kedua telapak tangan besar milik Seo Changbin.

Tiba-tiba mata laki-laki itu mengeluarkan cahaya biru. “Astaga!”

“Mengapa?”

“Matamu! Apa karena terjatuh tadi? Katakan! Ayo, kita ke dokter!” serunya dengan nada panik, lalu beranjak untuk mengambil jaketnya.

Seo Changbin yang kebingungan hanya melihat arah ke mana Hari pergi dan tetap duduk manis di atas sofa yang empuk itu.

Hari menghampirinya. “Ambil jaketmu. Ayo, kita ke dokter!” Hari menarik tangan Seo Changbin. Namun, laki- laki itu menolak untuk beranjak.

“Aku baik-baik saja, Hari,” katanya.

Hari yang tidak mengerti tentang mata Seo Changbin kini mendengkus kesal. “Astaga! Lihat saja matamu Changbinie, mengeluarkan cahaya!” kesal Hari.

“Mataku memang seperti itu, Hari. Apa kamu tidak tahu?” Seo Changbin memiringkan kepalanya karena heran dan bingung dengan gelagat Hari yang heboh.

Hari melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Seo Changbin. “Hah?”

Hari mematung.

Laki-laki itu tersenyum manis ke arah Hari. “Mataku akan mengeluarkan cahaya biru jika aku belajar sesuatu. Ketika aku pergi tadi, aku belajar banyak hal.”

Hari duduk di samping kiri Seo Changbin. Mata laki- laki itu tidak berpaling dari gadis yang mematung itu.

Hari tertawa kikuk. “Hah? Benarkah? Bodohnya aku.” Hari memukul kepalanya, tetapi dicekal oleh Seo Changbin.

“Jangan sakiti dirimu sendiri, Hari.” Seo Changbin menjauhkan tangan Hari dari kepalanya dengan sangat lembut, lalu menggenggamnya, tak lupa sorotan mata hangat ke arah Hari.

Hari yang gugup kini memalingkan wajah dan menarik tangannya dari tangan besar milik Seo Changbin.

“Ada apa? Kamu marah? Wajahmu memerah, maaf ....” Seo Changbin mulai menunduk karena dia mengira Hari marah kepadanya.

Mata Hari membulat lalu mengisyaratkan jika dia tidak marah. “Tidak, Changbinie. Aku tidak marah. Kalau wajah perempuan sedang memerah, tandanya dia malu. Dari mana kamu tahu jika wajah merah itu marah?” Mata Seo Changbin kembali mengeluarkan cahaya biru.

OBLIVIATE | CETAK ULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang