awal dari segalanya

133 11 0
                                    

Ini bukan akhir dari segalanya tapi ini awal dari sebuah permainan

-
-
-

Happy reading

-
-
-

" Cih, kertas apa- eh tidak mungkin.... " Ucap Zero kaget. Dengan isi kertas yang berada ditangannya sekarang.

Zero segera bergegas menutup jendela, segera ia berlari keluar kamarnya tidak lupa membawa barang barang yang ia butuhkan tanpa menutup pintunya yang sekarang sudah terbuka lebar.

Zero berlari dengan cepat menuju pintu keluar tanpa menutup pintu keluar tapi tak selebar pintu kamarnya.

Setelah keluar Zero melewati angin yang sedang menerpa tubuhnya, kedinginan? Saat ini ia tak peduli. Zero tetap berlari didalam genggam tangan kanannya terdapat kertas yang ia dapatkan. ( Yang udah baca di chapter sebelumnya pasti tau. )

Duak

Zero tersandung batu saat sedang berlari membuatnya kesakitan tapi ia tetap mencoba untuk berlari tapi sayang cairan merah pekat keluar dari lutut kakinya, membuat sang empu meringis kesakitan.

" Uh, sakit sekali... Akh.... " Lirih Zero memegangi lututnya kakinya yang terluka, darah terus keluar dari lututnya. Zero melihat sekitar dan beruntungnya masih ada toko obat yang masih buka.

Segera ia berdiri dan berjalan tertatih tatih menuju toko obat. Sesampainya di toko obat Zero menghampiri ibu apoteker yang sedang melayani pembeli lain. Setelah pembeli itu pergi, " hmm, Bu saya mau beli perban Bu. " Ujar Zero kepada ibu apoteker.

Ibu apoteker melihat Zero dengan teliti dan ia menemukan kaki Zero yang terluka parah, lukanya cukup lebar karena saat ia tersandung tidak sengaja ada besi yang mengenai kakinya lututnya pun terluka tapi tidak parah.

Ibu itu mengangguk dan segera mengambil perban dan pelester menuju tempat Zero yang sekarang terduduk disebuah kursi didekat etalase kaca yang berisi obat obatan.

" Nih nak, ini pelester untuk menutupi luka lututmu. " Ucap ibu apoteker seraya memberikan perban dan plaster kepada Zero, Zero menerimanya sambil tersenyum kepada ibu apoteker dan mulai mengobati kakinya yang terluka dengan obat merah yang baru saja diberikan, " Terima kasih Bu. "

Skip

Zero melambaikan tangannya pergi menjauhi toko obat atau bisa dibilang apotek, ibu pemilik toko obat itu hanya tersenyum dan membalas lambaian tangan dari Zero.

Zero melanjutkan lari setengah berjalan dan dia baru teringat bahwa sebenarnya ia bisa terbang atau membuat portal, " Tunggu dulu " guman Zero pelan.
langsung Zero menghentikan larinya.

Sret....

" Apa yang kulakukan! " Teriak Zero, menghentak hentakan kakinya kesal bagaimana tidak berkat kebodohannya ia tersandung batu dan akhirnya terluka saking paniknya dengan kertas yang ia dapat.

Ia tak peduli lagi dengan kakinya yang barusan terluka beberapa saat yang lalu. Sekarang Zero benar benar seperti orang bodoh saja tidak menggunakan akalnya sebelum pergi, untung saja tidak ada orang ia bisa malu mau ditaruh dimana mukanya nanti.

UFZ and DGF dimensional battle ( Slow update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang