Step 5

60 7 35
                                    




"Yen udah deh gk usah, lo gk serem apa denger cerita gue yang beberapa waktu lalu." Yuri menahan tangan yena yang hendak pergi.




"Hh... Gue cuma penasaran aja yul, lo tau kan gue orangnya kepoan." Yena.





"Ya tapi penasaran lo itu bakalan bawa sesuatu yang buruk tau gk, kalo lo celaka gimana?" Yuri.




"Percaya sama gue yul, kalo gk lo ikut deh biar celaka bareng2."




Plak




"Sembarangan lo, udah diem disini bentar lagi juga bel pulang." Yuri, btw kelas mereka lagi jamkos.




"Ck, po-




"Nanti gue temenin bareng hangyul juga." Yuri.




Yena hanya mendengus, karena keposesifan temen dari smpnya ini.
































Tidak lama setelah nya, bel pulang berbunyi, kelas seungyeon mulai sepi, hanya tinggal dirinya saja yang berkutat dengan buku dan pulpen.




"Pulang?"




"Duluan aja gyul, belum beres." Balas seungyeon.




"Mmm, gue mau ngasih tau aja sih,


Gebetan lo mau ketemu kata yuri."







Brak




"S-serius yeon, gak usahh natap gue gitu napa." Hangyul merinding kan ditatap macem pen diterkam.





"Dimana?" Seungyeon.




"Digerbang sekolah sih, gue juga suruh ikut ada yuri juga." Hangyul.





"Gk bisa, gue ada urusan." Seungyeon membereskan bukunya lalu keluar kelas, pulang lewat gerbang belakang.




Tau kan kenapa..

























Yena hanya menghela nafas ketika mendengar jawaban hangyul tentang seungyeon yang tak datang.




"Udalah bersyukur yen, dia gk dateng." Yuri.




"Hhh,, yaudah gue pulang duluan males jadi nyamuk." Yena menatap kedua manusia yang sekarang hanya salah tingkah?






"Bareng aja yen." Tawar hangyul.




"Heh gue mau taro dimana, di kok depan ya kali." Protes yena.




"Eh iya lupa bawa motor." Hangyul.




"Yaudah bay." Yena melongos pergi ke halte bus.
















































"Hahaha.... Hah, lihat ukiran ini bagus sekali, bagaimana kalo gue buat yang baru, kaya...




"AAAKKHHHH Sak-it."




"Sakit hah, gue suka teriakan lo, merdu banget." Kembali, seungyeon melakukan yang seharusnya tidak dia lakukan.




"Jangan tolong." Entah korban keberapa, tetapi diruangan ini sudah banyak sekali orang-ah atau bisa disebut mayat yang berserakan.




"Ssssttt, gk perlu nangis, karena gue BENCI AIR MATA."




Jleb




Cras




Kreek




"Be-reng-sek." Sang korban terbata-bata.





Seungyeon hanya tersenyum miring dengan darah yang menghiasi wajah tampannya.




"Hahaha, sebaiknya lo berkaca jang wonyeong-sshi, lo lebih brengsek dari gue yang hanya memanfaatkan kekayaan para lelaki diluar sana,

Lihat jalang kecil ini, seharusnya kau berada disekolah, tapi malah menggoda para lelaki untuk uang, menyedihkan." Seungyeon kembali tertawa.




"Psi-ko-pat brengsek cuih." Wonyeong mengumpat meludahi wajah seungyeon yang kembali tersenyum miring.




"Gue emang psikopat, dan apa urusannya sama lo, dan ini." Seungyeon menyeka wajahnya yang diludahi dan...





Cuih




Meludahi wajah wonyeong bahkan lebih dari satu kali.
"Kayaknya lo nantangin gue yah, oke kita lihat seberapa kuat nya lo sampe waktu kematian lo jang wonyeong."




Dan yah kembali terulang suara suara tusukan yang begitu mengilukan tapi seperti alunan musik yang indah ditelinga seorang cho seungyeon.




Seungyeon tersenyum puas melihat karyanya, tubuh bersimbah darah dengan beberapa bagian tubuh yang terpisah, bahkan seungyeon mengambil jari manis korbannya untuk dikoleksi, mengerikan.




Selesai dengan wonyeong, seungyeon menatap korban selanjutnya yang pasti akan berakhir sama seperti wonyeong.




"Hai kim...




















































....

"Apa wonyeong hilang."??






Tbc.

Ayo ayo kim siapa?

PSIKOPAT - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang